Meghentikan mobil dengan perasaan lega. Setelah bergelut dengan waktu akhirnya sampai juga. Hanya terlambat lima menit, kedua putra kembarku pasti belum keluar. Menepikan mobil, dan menatap ke arah sekolah. Para murid sudah berhamburan keluar.
Mengembangkan senyuman saat melihat kedua putraku. Umar dan amir kebanggaanku. Satunya mencintai taekwondo satunya lagi ahli memanah dan penembak jitu. Walau keduanya mempunyai hobby yang berbeda, tapi stamina fisik keduanya sangat sempurna menurun dari suamiku. Kuakui, mas arya memang sempurna. Tapi sayang kelakuannya minus.
Tunggu, kulihat seperti seorang wanita muda mendekat ke arah kedua putraku. Seperti tak asing dengannya. Aku mendekat ke arah mereka dan menyembunyikan diri di balik pohon yang berada di dekat mereka. Saat melihat dari dekat, membuatku terkejut. Wanita itu adalah bu arya. Untuk apa dia menemui putraku. Apakah ibu mertuaku yang menyuruhnya
MELEDAKNYA EMOSI MIRANTI“Hati-hati, Mah. Stefani sangat licik. Dia bahkan pernah menjebakku dengan memberi obat tidur dalam minumanku, supaya aku mengakui kalau bayi yang ada dalam kandungannya itu adalah anakku! Padahal dia sendiri yang sudah menjual diri pada om-om!” ucapan umar tak mengagetkanku. Walau tadi aku belum begitu jelas mendengar dari mulut buaya betina itu.“Mamah mengerti cara menghadapinya. Menyingkirlah!” perintahku tegas pada kedua putraku.“Miranti, bagaimana caramu menghadapiku. Kau hanya bisa bersembunyi di balik ketiak putra-putramu! Dan suamiku mas arya, juga sering bercerita kalau kau tak lagi menggairahkan. Tubuhmu tak lagi menarik. Banyak gelambir di sana sini. Dan bau apek tak harum seperti diriku. Bagian kewanitaanmu juga tak lagi membuatnya berselera. Mas Arya sendiri yang bercerita kepadaku, Kalau daerah itu sudah ‘tak enak’ lagi. Berbeda dengan diriku yang masih leg
KEKESALAN MIRANTISaat aku sedang menyelesaikan administrasi, mendengar ada keributan di luar. Tak peduli, toh bukan urusanku. Setelah selesai, segera keluar klinik. Namun aku dikejutkan oleh segerombolan pria yang berusaha menghadang jalanku.“Nah, ibu ini yang sudah berusaha menculik wanita dalam mobil itu!” Kata salah satu orang dari mereka. Orang itu adalah penjual air mineral. Aku yakin Stefani sedang berusaha memfitnahku.“Tunggu! Saya tidak menculiknya.” Jawabku santai, malas berurusan dengan mereka. Kalau tidak aku selesaikan, stefani akan jadi pemenangnya. Lihat saja stefani, apa yang akan aku lakukan padamu.“Mana ada maling ngaku. Ayo kita bawa saja ke kantor polisi!” Ucap salah satu orang dan di setujui oleh yang lain.Aku harus tetap tenang, walau rasanya lelah sekali tubuh ini. “Apa wanita tadi berteriak?”“Iya, dia meminta pertolongan kepada ka
MENGURUS SI PELAKOR“Stop!” kututup telinga. Kupingku terasa panas mendengar ocehannya. Menghentikan mobil di pinggir jalan. Kutatap wajahnya dengan tajam. Aku benci sekali melihat wajah yang sok cantik itu. Kuraih rahangnya dengan kasar, lalu menengadahkan wajahnya menghadapku.“Kau tetap merasa tidak bersalah?”“Lepaskan aku!” stefani terus berteriak.”Kau salah, karena tujuan awalmu sudah tidak benar! Cintamu yang ditolak oleh anakku lalu mengincar papahnya. Bagiku itu sangat menjijikkan! Dan kau juga menyalahkanku atas dosa kalian! kau pikir kau cantik? Itu karena polesan. Aku akan buktikan padamu kalau aku lebih menarik darimu!” kulepas rahangnya dengan kasar.“Apa yang bisa kau banggakan wanita bunting?! Tubuhmu lebih mirip dengan gajah!”Kurangajar. Kuangkat tanganku ingin memukulnya. Kuurungkan niat. Tak ingin mengotori tangan untuk wanita liar sepert
KECURIGAAN ARYA“Jawab, stefani, jawab!” Arya memaksa istri tersayangnya itu menjawab pertanyaannya. Kulihat wajah wanita itu memucat. Sempat melirik ke arahku sekilas. Entah apa yang dia cari. Yang jelas aku takkan mundur walau selangkahpun. Satu persatu konspirasi kalian akan aku hancurkan.“Sayang, kenapa kau mempercayai wanita ular seperti dia? Dia hanya ingin merusak hubungan kita. Dia sudah memukul dan mempermalukanku tadi.” Stefani berdalih, mencoba memperngaruhi Arya.“Aku lebih mengenal Miranti daripada kamu! Jangankan memukulmu, memukul kucing saja dia tidak berani. Miranti juga tidak bisa berbohong dan menyembunyikan apapun dariku!”Arya terlihat sangat marah.“Baguslah kalau kau mengingat itu, Arya wiguna. sembilan belas tahun lebih waktuku terbuang percuma hanya untuk pria tak berguna sepertimu!”“Diam kamu Miranti! Jangan melewati batasanmu. Aku ini masih sua
2O. BANTUAN IBU-IBU KOMPLEKAku membalikkan badan dan mempersilahkan mereka masuk. Mulailah drama ini kumainkan. Dan akulah sebagai pemain utama yang teraniaya.“Ibu-ibu kenal dengan tetangga baru kita yang sedang berada dalam pelukan ibu mertuaku? Dia adalah istri simpanan dari Mas Arya. Ibu bisa merasakan bagaimana perasaan saya yang dihianati? Apalagi istri barunya di belikan rumah di samping rumah saya. Apa kalian bisa membayangkan betapa menderitanya saya? Betapa hancurnya hati saya?” aku berpura-pura menangis. Walau sulit, airmata itu mampu keluar juga sedikit. Ternyata airmataku tak mau keluar lagi untuk menangisi Arya. Saat kau tak menghargaiku lagi arya, saat itu lah takkan ada airmata lagi untukmu.“Apa?! Yang benar, bu?” jawab bu ningsih tetangga yang sudah kuanggap sebagai kakak.“Benar. Gadis yang masih bau kencur itu sudah mencuri suamiku! Mereka sudah menghianati aku, bu!” Kupeluk bu ningsih dengan tangis
FAJAR MEMBUATKU KESALKami semua diam membisu, saat ketua RT datang bersama fajar. Tiba-tiba aku sangat kesal. Ini pasti ulah fajar yang ingin menggagalkan rencanaku.“Ibu-ibu, tolong jangan main hakim sendiri. Dia tetangga baru kita yang harus lindungi dan kita hormati. Kalau ada keaslahan, bisa kita bicarakan baik-baik!” Ucap Pak RT membuat mulut kami terkunci. Tapi tidak denganku. Sebelum stefani yang buka mulut, lebih baik aku mendahuluinya.“Tolong saya, pak ....”“Dengarkan dulu penjelasan saya, pak.” Kupotong ucapan wanita itu.“Baik, saya dengarkan. Tapi lepaskan dulu ibu stefani. Kasihan dia!” Ucap pak rt kembali.Bu Nani melepas tangan stefani dan menjatuhkannya ke tanah. Kulihat kekesalan dari matanya.Keadaan stefani sangat memprihatinkan. Rambutnya acak-acakkan, bahkan ada beberapa helai rambutnya yang lepas karena begitu kuat tarikan yang menjambakny
22. FAJAR MENGHAJAR ARYA“Pake ini.”“Apa?”“GPS.”“Make’nya di mana?” tanyaku sembari mengamati barang yang ada di tangan.“Di jidat lo.” Jawab fajar ketus.“Iih gue tanya beneran, fungsinya untuk apa?”“Ya di tangan, lah. Jangan pernah di lepas supaya gue gampang ngelacak lo kalau sampai terjadi apa-apa dengan, lo. Gue harus pergi. Anak buah gue ada di sekitaran sini. Lo pasti aman. Gue pergi.” Fajar meninggalkanku dengan sejuta tanya. Ada kekhawatiran saat mengingat dia memberikan jam tangan ini. Mungkinkah fajar sudah memperhitungkan segala kemungkinan, termasuk hal buruk yang bisa saja terjadi denganku. Apa mngkin Arya akan tega melakukan sesuatu kepadaku. Kalau dia tak kasihan padaku, paling tidak dengan anak dalam kandunganku ini. Huch, kuhembuskan nafas untuk menetralisir keadaan.“Berhenti, fajar! Jangan jadi pengecut! Hadap
PENYIKSAAN TERHADAP MIRANTIKutatap Arya yang masih menelungkup di atas tanah. Dasar licik, dia pasti ingin mengundang perhatian orang lewat dan berpura-pura membutuhkan pertolongan. Aku yakin pukulan Fajar tak membuat keadaannya parah. Pria licik itu pasti punya rencana jahat terhadap fajar. Aku takkan membiarkan hal itu terjadi.“Bangun Arya! Aku tahu kau hanya berpura-pura!” kutendang tubuhnya pelan. Tetap saja dia berpura-pura tak sadarkan diri. Pandai sekali bersandiwara. Orang tak waras seperti dia tidak bisa diajak bicara, Percuma, hanya buang waktu saja. Kau bersandiwara, akupun akan melakukan hal yang sama denganmu.“Syukurlah kalau kau meninggal, Arya. Tanpa harus repot ke pengadilan, aku sudah menjadi janda. Kedua rumah itu akan menjadi milikku. Dan akan ku usir istri dan juga keluargamu dari rumahku!” Aku melangkahkan kaki perlahan. Akan tetapi baru beberapa langkah, tanganku s