Share

Hutang 25A

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 11:50:33

Beberapa hari sebelum nya,

"Memang bagaimana cara kamu untuk menyelidiki Dara adalah Amira?" tanya Desi penasaran.

"Aku apes, Mbak. Ketemu begal dihajar bolak balik. Lalu saat begal itu ninggalin aku yang pura pura pingsan langsung kabur dan sembunyi.

Aku lalu pura pura menyamar sebagai orang gila dan berjalan ke rumah Amira, aku amati rumahnya beberapa hari. Lalu aku tahu jika Dara keluar dari rumah Amira. Di kesempatan yang lain, aku juga melihat Amira keluar dari rumahnya," sahut Arif pendek.

Desi dan Sri manggut manggut.

"Lalu apa rencana kamu? Ingat, Arif, ibu sudah banyak masalah dan sedang berusaha mengeluarkan Desi dari penjara. Jadi setelah kamu pura pura mati, kamu jangan libatkan kami dalam rencana kamu," ujar Sri.

Arif mengangguk.

"Ibu dan mbak Desi tenang saja. Ya sudah, aku yang pernah menjadi gelandangan dan pura pura menjadi orang gila ini akan mencari korban orang gila untuk menggantikan aku terbakar di tempat tertentu. Ibu dan mbak Desi tenang saja. Aku hanya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 26 C

    Rita berdiri beberapa meter di belakang, mengintip dari balik mobil yang diparkir miring. Matanya menyipit. Ia menatap tajam, memperhatikan mobil yang dimasuki Handoko—sebuah fortuner hitam, platnya agak kusam. Ia segera menoleh ke mobilnya sendiri, sebuah hatchback putih.Tanpa pikir panjang, Rita masuk ke mobil, menyalakan mesin, dan mulai mengikuti Handoko dari jarak aman.Handoko masih sibuk menelepon Amira ketika mobilnya melaju pelan menuju pertigaan. Tangannya memegang setir, tapi perhatiannya terpecah.Rita mengepalkan tangan. Matanya menajam. Jangan-jangan… jangan-jangan selama ini Reno hanya menyamar. Menyamar sebagai Handoko. Atau… mungkin memang sejak awal namanya bukan Reno. Apapun alasannya, dia meninggalkannya begitu saja. Membuat hubungan Rita dan Arif kandas karena salah paham, lalu menghilang seperti bayangan.Rita mengatur napas. Tidak. Ia tidak akan membiarkan pria itu berlalu begitu saja.Handoko kini berjalan ke area parkir. Ia membuka ponselnya dan menelepon Ami

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 26 B

    Lalu ia menulis ulang pesan yang sama dan mengirimnya ke nomor polisi itu.Tak ingin hanya bergantung pada mereka, Amira akhirnya menelepon ketua RT dan tetangga-tetangganya. Kali ini, beberapa mengangkat.“Pak… tolong… rumah saya… ada yang menggedor-gedor… tolong ke sini, saya takut…” suaranya panik.Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki terdengar di luar. Ramai. Teriakan. Cahaya senter.“Amira! Ini Pak RT! Kami di sini!”Lampu rumah tiba-tiba menyala kembali. Amira segera bangkit dan membuka pintu kamarnya. Ia berlari turun, membuka pintu rumah, dan di hadapannya sudah berdiri lima orang tetangga, termasuk Pak RT.Wajah Amira basah oleh air mata. “Terima kasih… terima kasih… Bapak-bapak sudah datang. Ada orang… ada orang aneh… dia—”Pak RT mengangguk. “Kami nggak lihat siapa-siapa di sekitar sini. Tapi kami akan patroli muter daerah sini. Kamu ikut kami dulu aja.”Amira mengangguk. Malam itu juga, ia dibawa ke kantor polisi untuk membuat laporan resmi.---Pagi harinya, Handok

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 26 A

    Handoko tersenyum. "Kamu tidak usah khawatir. Tentang hal itu, biar menjadi urusanku. Aku hanya ingin kamu dan nyaman. Dan seraya menunggu acara pernikahan kita digelar, tinggallah di rumahku. InsyaAllah aman, Mir. Ada dua asisten rumah tangga di sana. Kalau kamu curiga aku masuk ke kamar kamu tanpa izin, kunci saja pintunya," saran Handoko terkekeh. Amira mengangguk dengan tersenyum malu. "Kamu minta mas kawin atau mahar apa, Mir?" tanya Handoko.Amira menatap wajah Handoko dan tersenyum malu. "Aku minta mahar seperangkat alat salat dan uang tunai sejumlah tanggal berapa kita menikah nanti, Mas," jawab Amira. Handoko menatap sungguh-sungguh ke wajah Amira yang memerah. "Baiklah. Deal! Sekarang apa yang akan kita lakukan?" tanya Handoko. Amira berpikir sejenak. "Aku... akan di rumah ini lebih dulu dan memastikan apakah ada teror lagi atau tidak, Mas," sahut Amira. Handoko menghela napas panjang. "Ya sudah kalau itu mau kamu. Aku pulang dulu, Mir. Hari ini klien agak banyak,"

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 25 B

    Dengan cepat ia membuka laptop dan menyalakan aplikasi CCTV yang terpasang di luar rumah.Rekaman menunjukkan sosok berpakaian serba hitam, berjaket dan bercadar, berdiri sejenak di depan rumahnya sebelum melempar batu lalu kabur. Tidak terlihat wajah. Tidak ada plat kendaraan. Hanya bayang hitam.Amira menelan ludah. Ia masuk ke kamar, mengunci pintu, dan memeluk lutut di ranjang. Detak jantungnya berpacu, sementara waktu terasa lambat.Lima belas menit kemudian, bunyi bel terdengar di luar pintu. Amira tanpa berpikir panjang segera berdiri dan berlari ke arah ruang pintu. "Mas! Mas Handoko sudah datang!?" seru Amira sambil membuka pintu, tapi kemudian Amira terkejut karena tidak ada siapapun di luar pintu rumah nya. "Astaga! Siapa yang memainkan bel pintu rumah!" seru Amira takut. Dia segera berlari ke arah kamar, lalu meraih ponsel lagi dan menghubungi Handoko."Mas... tolong... Aku diteror lagi!""Aku hampir sampai. Lima menit lagi. Jangan panik.""Mas... aku nggak bisa tinggal

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 25A

    Beberapa hari sebelum nya, "Memang bagaimana cara kamu untuk menyelidiki Dara adalah Amira?" tanya Desi penasaran. "Aku apes, Mbak. Ketemu begal dihajar bolak balik. Lalu saat begal itu ninggalin aku yang pura pura pingsan langsung kabur dan sembunyi. Aku lalu pura pura menyamar sebagai orang gila dan berjalan ke rumah Amira, aku amati rumahnya beberapa hari. Lalu aku tahu jika Dara keluar dari rumah Amira. Di kesempatan yang lain, aku juga melihat Amira keluar dari rumahnya," sahut Arif pendek. Desi dan Sri manggut manggut. "Lalu apa rencana kamu? Ingat, Arif, ibu sudah banyak masalah dan sedang berusaha mengeluarkan Desi dari penjara. Jadi setelah kamu pura pura mati, kamu jangan libatkan kami dalam rencana kamu," ujar Sri. Arif mengangguk. "Ibu dan mbak Desi tenang saja. Ya sudah, aku yang pernah menjadi gelandangan dan pura pura menjadi orang gila ini akan mencari korban orang gila untuk menggantikan aku terbakar di tempat tertentu. Ibu dan mbak Desi tenang saja. Aku hanya

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 24 B

    Desi mengusap wajahnya yang lelah. “Aku juga berat, Ma. Tapi kita nggak bisa biarkan Dewi hancur di sana sendirian.”Mereka terdiam. Lalu, dari kejauhan, terdengar suara langkah kaki. Seorang pria bertubuh tegap dan berpakaian gelap muncul dari balik bayangan pohon. "Ibu... Mbak Desi! Kalian sudah keluar dari penjara kan? Tolong sembunyikan aku!" desis Arif."Astaga, Arif!" seru Desi dan Sri secara bersamaan, lalu mereka sontak berlari ke arah Arif yang berjalan sempoyongan ke arah rumah Sri. "Kamu kenapa, Rif?! Kamu mau sembunyi dari siapa!?" tanya Sri panik dan iba melihat kondisi anaknya yang memprihatinkan. Arif dengan baju compang camping dan hampir tak kuat menyangga tubuhnya sehingga harus dipapah oleh Desi dan Sri ke ruang tamu rumah mereka, menoleh ke kanan dan ke kiri lalu menatap ke arah ibu dan kakaknya itu. "Kita cerita di dalam saja. Mana mbak Dewi? Bukan kah kalian sudah bebas dari penjara bersama?!" tanya Arif. Sri dan Desi berpandangan. Walaupun mereka bingung de

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status