Share

DEWA PENYELAMAT

last update Last Updated: 2024-01-04 00:48:10

"Tidak!" teriak Shiera, seketika berdiri.

"Hei, hei, hei ... jangan coba-coba membantah, gadis manis. Kau ikuti permainan kami, atau bersiap angkat kaki dari perusahaan." Vania memicing keji, menatap Shiera penuh benci.

"Aku lebih baik keluar dari tempat laknat itu dari pada harus berurusan dengan kalian semua!"

"Aaah ... begitu rupanya. Baiklah, kalau begitu aku menyerah. Sekarang duduklah kembali, Shiera," kata Ron lembut, mendorong gelas dan botol gin menjauh dari mereka.

Shiera menatap curiga.

"Aah, Shiera. Jangan menatapku seperti itu, sayang. Pak Dave menitipkan mu di meja kami, tentu kami tidak akan berani menyakitimu, bukan."

Shiera tahu itu hanya jebakan belaka, namun ia tetap duduk perlahan, karena Shiera ingat bahwa Dave melarangnya pergi kemana pun.

Sret! Cuup ....

"Urgh!"

Cekrek!

Shiera mendorong kuat tubuh Ron, mengumpat marah.

"Stop mengumpat dan melarikan diri, Shiera, atau foto ini akan menyebar ke seluruh dunia!" Vania mengancam, menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan foto saat Shiera dicium oaksa oleh Ron.

"Aaah, itu foto yang sangat indah, Vania. Kau sangat hebat. Lihat, Shiera tampak sangat menikmati ciumanku, bukan," celetuk Ron santai, dengan nada mengejek. Sialnya, foto itu memang terkesan bahwa Shiera sangat menikmati pergumulannya dengan Ron. Adegan yang seharusnya Shiera berusaha menjambak rambut Ron untuk menjauhkan kepala baunya dari bibirnya, menjadi seolah Shiera sedang sangat menikmati pergumulan itu.

"Buang foto itu, Vania!"

"Maka habiskan dulu minumannya."

"Tidak! Aku tidak minum alkohol."

"Aah, Sayang. Jangan berbohong. Bukankah malam itu kau menikmati meminum tequila bersama kami. Atau, malam ini kau juga ingin melakukannya beramai-ramai seperti waktu itu?" tanya Ron mencibir.

"Bang*at! Kalian semua memang orang-orang paling bere*sek!"

"Ssst ... jangan memancing keributan atau aku akan menyebarkan fotomu, Shiera. Lihat, mereka mulai melihat ke arah kita karena suara jelekmu itu." Vania memelotot kesal.

"Dengar, Vania! Aku bersumpah akan membalas kelakuanmu. Jangan kau pikir aku tidak tahu malam itu kau dan Ron bersekongkol untuk merencanakan semuanya."

Vania tertawa lebar. "Kau gadis pintar, Shiera. Sayang sekali kau begitu lambat mengenali jebakan kecil seperti itu."

Shiera mengertakkan gigi.

"Sekarang, minum ini atau Vania akan menekan tombol kirim dalam hitungan lima, dari seksrang."

"Satu ...."

Shiera menelan ludah dengan kasar, membelalak tidak oercaya menatap Ron dan Shiera.

"Dua ...."

Ragu-ragu, Shiera mengulurkan tangan untuk mengambil gelas yang sudah berisi penuh cairan alkohol yang disodorkan Ron.

"Tiga!"

Shiera mengangkat gelas gin, tangannya gemetar. Namun sebuah tangan terukur, menangkap gelas di tangan Shiera dan menurunkan tangan Shiera dengan perlahan. Shiera cepat mendongak, dan tatapannya jatih pada wajah dingin Dave yang berdiri menjulang seperti seekor beruang di sisinya.

"P-pak Dave ...." panggil Shiera lirih, ketakutan.

"Kau bilang tidak meminum alkohol, Shiera," kata Dave dingin.

"Ya, tapi ...."

"Gin ini berisi kadar alkohol lebih dari 40 persen."

"Bukan begitu, tapi ...."

"Apa kau bermaksud mencicipinya? Kalau iya, tidak seharusnya kau memilih yang ini."

"Saya sudah melarangnya, Tuan. Tetapi Shiera memaksa dan mengancam kami," kata Vania, dengan mulut culasnya yang seperti ular berbisa.

"Tidak!" teriak Shiera seketika.

"Saya saksinya, Tuan. Vania benar, Shiera memaksa kami memberikannya padanya."

Dave menatap Shiera, mengangkat satu alis.

"Pak Dave ...." Shiera menggeleng pelan, tatapannya penuh permohonan.

"Aah, begini saja. Aku akan memesankanmu minuman dengan kadar alkohol yang masih bersahabat bagi pemula, sementara itu karena botol minuman ini telah di buka, maka biar aku dan Ron menyelesaikannya."

Shiera membelalak kaget, menggeleng cepat. "Tidak ...." katanya.

"Kenapa?" tanya Dave, menatap Shiera dengan tatapan mengancam.

Shiera seketika menunduk. "Maksud saya, tidak perlu mengganti minuman saya, Pak. Ini saja."

"Baiklah, kalau begitu bergeserlah. Aku dan Ron akan menyelesaikan botol ini."

"T-tuan Dave, tapi ...."

"Kenapa, Ron?" tanya Dave, duduk tepat di samping Ron. Shiera berdiri untuk berpindah di sisi Vania, namun Dave menahannya.

"Ayo, Ron. Kita mulai."

"T-tuan Dave, maaf sebelumnya. Tapi, Shiera yang memaksa kita untuk memesan ini, jadi seharusnya dia yang bertanggung jawab atas minumannya, Tuan. Shiera bahkan mengancam akan menyebarkan foto pribadi saya di sosial media jika kami tidak menuruti keinginannya. Vania mencoba keberuntungannya untuk menjatuhkan Shiera di depan Dave, dengan wajah memelas.

"Aah, begitu rupanya. Kau licik juga ternyata, Shiera."

"Pak Dave ...."

Dave tersenyum miring. "Baiklah. Aku akan menemui manager hotel dan meminta rekaman cctv di atas sana, sebagai bukti untuk melaporkan Shiera ke polisi atas tindakan mengancam dan meresahkan," kata Dave tenang, mendorong gelas gin ke tengah meja.

Ron dan Vania seketika mendongak, menatap kamera cctv yang berada tepat di atas meja mereka. Wajah keduanya memucat dengan sangat cepat.

"Kau pikir ke mana aku sejak meninggalkan Shiera di meja ini, hah?!" gertak Dave, suaranya kembali dingin dan mengancam. Sorot matanya tajam bagai seekor ceetah yang siap menerkam.

Vania membeku di tempatnya, tidak berani menjawab.

"Ayo, Ron. Ambil gelas pertamamu, dan kita berduel. Kalau aku menang, maka Vania harus menghancurkan ponselnya dan kau di larang keras berada pada jarak kurang dari lima meter dari Shiera. Tetapi kalau kau menang, maka aku akan melepas Shiera sebagai sekretarisku dan keselamatannya pun tidak lagi menjadi tanggung jawabku."

Shiera membelalak lebar. Nekat sekali pria ini. Apa dia yakin bisa menang dari Ron. Ron bahkan sejak belum cukup usia sudah menyelinap keluar masuk bar menggunakan identitas orang dewasa. Bagaimana kalau sampai Ron yang menang. Apa itu artinya Shiera harus menyerahkan diri pada Ron dan Vania, atas sebuah permainan yang sama sekali tidak disetujuinya.

"Sial! bisa-bisanya Dave menggunakan diriku sebagai tropii taruhan, tanpa persetujuanku!" batin Shiera kesal. Tetapi terlambat. Dave bahkan sudah mengambil gelas pertamanya.

Satu, dua, tiga, lima gelas mereka berdua habiskan tanpa bergetar sedikit pun. Wajah Dave memerah, tetapi jauh dari itu semua tampak baik-baik saja, sementara Ron tampak mulai limbung. Gelas kedelapan di tangannya berguling tumpah di atas meja karena tangannya bergetar.

"Kau kalah!"

"Tidak! Aku bekum kalah. Gin ini bekum kosong."

"Tapi kau menumpahkan satu gelasmu, jadi nikamati kekalahanmu, Ron."

"Satu gelas lagi!" teriak Ron.

"Baik. Pegang gelasmu dengan baik."

Ron memegang gelasnya dengan dua tangan, sementara Dave mengisinya.

Tring!

Bunyi gelas beradu, Dave dan Ron mendekatkan gelas ke mulut masing-masing. Dave menenggak habis minumannya dalam sekali teguk, sementara Ron meminum setengahnya dan menumpahkan setengah ke bajunya.

"Kau kalah. Kemarikan ponselmu, Vania."

"Tuan. Saya akan menghapus fotonya. Tolong jangan ponsel saya."

"Perjanjian adalah perjanjian. Kemarikan ponselmu."

Gemetar, Vania mengulurkan ponsel miliknya ke tangan Dave.

"Bukan! Itu bukan ponsel yang dia gunakan untuk mengambil fotoku!" teriak Shiera, menunjuk ponsel di genggaman Dave.

Dave menatap Shiera, kemudian perlahan lehernya berputar, beralih menatap Vania dengan tatapan murka.

Vania cepat-cepat menbuka tas, mengeluarkan ponselnya yang lain. "M-maaf, saya salah mengambil," kata Vania terbata.

Dave mengambil ponsel di tangan Shiera, merampas juga ponsel Ron di atas meja.

"Ambil cek untuk mengganti dua ponsel yang lain, besok di bagian keuangan, termasuk pesangonmu. Kau di pecat!" Dave berdiri, menarik lengan Shiera.

"Tapi, Pak ...."

"Aku tidak memelihara karyawan licik sepertimu!" jawab Dave sambil berlalu pergi, mencengkeram erat lengan Shiera.

"Apa kau bisa membawa mobilku?" tanya Dave di perjalanan kembali menuju temoat parkir.

"B-bisa."

"Aku sangat pusing. Sialah! Apa yang bere*sek itu campurkan pada minumannya."

"A-apakah Pak Dave baik-baik saja? Apa kita perlu ke dokter?" tanya Shiera takut.

"Tidak. Kita pulang, cepat."

Shiera membantu Dave duduk di kursi penumpang, menidurkan sandaran kursi Dave, dan segera berlari ke balik kemudi.

"Maaf, Pak Dave. Tetapi saya tidak bisa menyetir dengan jeceoatan tinggi."

"Lakukan saja sebisamu," kata Dave, matanya teroejam rapat.

Shiera segera memacu mobil secepat nyalinya berani melakukannya.

"Apa saya mengantar Pak Dave pulang dulu? Setelah itu saya bisa pulang menggunakan taksi."

"Tidak. Kau pulang dulu."

"Tapi bagaimana Pak Dave nanti bisa pulang. Bapak tidak aman untuk menyetir sendirian, Pak."

"Ke tempatmu lebih dekat. Aku butuh toilet."

"B-baik, Pak," kata Shiera, mempercepat laju kendaraannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENAKLUKKAN BOS AROGAN   MAKAN SIANG

    Dave terbahak melihat wajah kesal Shiera. Baru pertama kalinya dia berhasil membuat Shiera begitu kesal."Aku senang sekali melihatmu begitu kesal. Wajahmu yang cemberut itu sangat manis sekali."Plak! Shiera memukul tangan Dave yang berusaha mencubit dagunya yang lancip."Nah, begitu lebih manis, Sayang. Semakin kau sulit ditaklukkan, kau semakin menarik."Shiera menatap marah pada Dave sebelum kembali menatap keluar jendela.Dave mengemudi dengan senyum lebar, beberapa kali matanya melirik ke arah Shiera yang masih cemberut kesal.Lima puluh menit, mobil keluar dari pintu tol."Di mana ini?""Kota Milea.""Kau membawaku keluar kota hanya untuk makan siang?""Kau tidak mau seseorang menemukan kita, kan?"Shiera kembali cemberut."Ada kedai mie yang sangat aku sukai di rest area.""Rest area? Tapi ini sudah keluar tol.""Hmm. Kita akan berputar dan masuk kembali, karena rest area yang akan kita tuju berada di sisi perjalanan pulang.""Astaga ...!" Shiera menepuk dahinya.Dave tertawa

  • MENAKLUKKAN BOS AROGAN   MAKAN SIANG

    "Pak Dave, tolong ijinkan saya mengikuti presentasi itu sekali ini saja. Saya berjanji akan memberikan yang terbaik untuk perusahaan, dan saya akan membuat Anda memenangkan tender itu." Vania mengiba di depan Dave, saat pria itu berjalan keluar ruangan.Tiba-tiba saja Dave mendadak tuli. Pria itu berjalan menjauh dari Vania, diikuti Shiera."Dave, kau bilang tender itu untuk perusahaan pribadimu, kan?" tanya Shiera, begitu keduanya berada di dalam lift dan bebas dari jangkauan telinga panjang Vania."Hm," jawab Dave singkat."Tetapi kau maju menggunakan nama perusahaan ini?""Tidak. Aku mengatasnamakan perusahaan cabang.""Bodoh!" umpat Shiera.Dave membelalak kaget, menatap Shiera tidak setuju."Kau ini Direktur Tinggi Perusahaan, tetapi begitu bodoh.""Kenapa kau mengatakan itu?""Apa perusahaan itu masih membuka kesempatan untuk tender lain?""Ya. Waktunya masih dua hari lagi.""Kalau begitu biarkan Vania melakukan presentasinya untuk perusahaan ini, atau perusahaan cabang mana pun

  • MENAKLUKKAN BOS AROGAN   KEMBALI KE KANTOR

    Shiera berjalan memasuki gedung kantor yang sudah satu minggu ia tinggalkan. Rasanya agak asing, datang ke tempat ini sebagai orang lain."Shiera! Kau ke mana saja, hah? Ku pikir kau benar-benar mengundurkan diri."Shiera tersenyum menatap sahabatnya."Bukankah sudah aku katakan aku sakit, waktu mengunjungi kakak ku?""Ya, sih.""Nah, kalau begitu ayo sekarang kembali bekerja sebelum bos galak kita datang.""Kau tahu, Shie, satu minggu ini dia begitu uring-uringan seperti buaya kelaparan.""Oh, ya?" tanya Shiera, menatap ingin tahu."Hm. Karena dia memintaku menggantikanmu sebagai sekretaris, tetapi pak Steve memberinya Vania, dengan alasan aku terlalu vital untuk dikeluarkan dari bagian keuangan.""Jadi Vania menempati ruanganku?""Oh, tidak. Aku juga bertanya-tanya soal itu. Pak Dave memintanya tetap bekerja dari tempatnya. Mungkin karena pak Dave malas berada dekat-dekat dengan Vania," jelas Tasya, sahabat Shiera.Shiera nyengir puas. "Baguslah," katanya.Shiera kembali pada pekerja

  • MENAKLUKKAN BOS AROGAN   PERNIKAHAN

    Pagi menjelang acara pernikahan. Sebuah acara pernikahan tertutup dan tersembunyi, hanya dihadiri beberapa tokoh pernikahan dan tiga saksi yang tak lain adalah orang kepercayaan Dave sendiri. Bahkan kakak Shiera tidak bisa hadir karena pekerjaannya tidak dapat ditinggalkan sama sekali. Pria itu hanya menjadi saksi virtual menggunakan ponsel."Selamat atas pernikahan kalian."Shiera dan Dave menoleh kaget, saat keduanya bersiap memasuki mobil dan pulang."Papa?!"Pria tua beruban itu berjalan mendekat, mengangguk lemah."Tuan." Shiera menyapa takut, pria yang juga merupakan mantan bosnya di perusahaan itu."Maaf aku datang terlambat.""Tidak apa. Semuanya sudah selesai," jawab Dave dingin."Aku hanya ingin menyampaikan ini padamu, Dave. Mungkin bisa berguna kalau suatu saat nanti ibumu mengetahui perihal pernikahan kalian." Ayah Dave mengeluarkan amplop coklat lebar dan menyerahkannya pada Dave."Apa ini?" tanya Dave, menerimanya."Jangan di buka sekarang. Nanti saja kalau sudah di ruma

  • MENAKLUKKAN BOS AROGAN   HASRAT CINTA

    Perlahan Dave menarik dagu Shiera hingga wajah manis itu mendongak menatapnya, lalu dengan lembut ia menempelkan bibirnya pada bibir ranum Shiera."Aku mencintaimu, Shiera. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu," bisik Dave di antara lumatan bibirnya yang tak pernah ingin dia lepaskan."Dave ....""Hm."Tidak ada lagi kata yang mereka ucapkan, hanya hati mereka yang saling berbicara. Tanpa Shiera mengatakannya pun, Dave tahu Shiera telah jatuh cinta padanya, sama seperti dirinya."Shiera. Aku akan menikahimu," bisik Dave, melepas pagutan mereka dan menghapus sisa basah pada bibir Shiera."Bagaimana dengan orang tuamu, Dave? Apa mereka setuju?"Dave diam."Dave?"Dave kembali menatap Shiera. Tanpa pria itu mengucapkan kalimatnya, Shiera mengangguk. Tatapan mata Dave sudah cukup berbicara dan membuat Shiera mengerti."Aku tidak tahu, Dave. Apakah baik menikah tanpa persetujuan orang tuamu.""Aku sudah dewasa, Shiera. Di sini, pria

  • MENAKLUKKAN BOS AROGAN   JANGAN PERGI DARIKU

    Dave membeku di kursinya, mendengar penolakan keras kedua orang tuanya tentang wanita pilihannya."Kau ini putra pengusaha terpandang, Dave. Pemilik perusahaan terbesar di kota. Apa kata orang kalau kau menikah dengan wanita murahan seperti dia," cerca ibu Dave dengan wajah kesal."Mama! Shiera bukan wanita murahan, Ma. Dia wanita baik-baik.""Dan berasal dari golongan rendah. Memangnya kamu tahu latar belakang orang tuanya? Bukankah dia tinggal sendirian di sini?""Shiera memiliki kakek, Ma.""Pria pembersih kaca gedung itu?"Dave menghela nafas panjang."Dave, Dave ... kau itu sudah mama jodohkan dengan Vania. Itu kenapa papa kamu memberikan perusahaan itu padamu, supaya kau bisa lebih dekat dengan Vania.""Tapi aku tidak menyukai dia, Mama. Dia gadis manja yang tidak bisa apa-apa. Sangat berbeda dengan Shiera.""Aah! Memang seharusnya Papa mengganti posisi wanita itu sebelum kau masuk. Papa juga begitu, sih. Jelas-jelas Vania memiliki pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi, ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status