Share

TANTANGAN RON

Shiera berjalan beriringan dengan Dave, sengaja menahan sedikit langkahnya agar tidak berada tepat di sisi Dave. Shiera tidak ingin seseorang menganggapnya wanita murahan karena berjalan dengan atasannya terlalu dekat. Mereka datang hanya sebagai atasan dan sekrrtaris pada umumnya, bukan sebagai apa pun.

"Kenapa? Malu berjalan denganku?" tanya Dave dingin, saat langkah kaki Shiera semakin melambat.

Shiera mendongak. "Tidak."

"Kalau begitu kenapa menjauh?"

"Saya tidak menjauh. Hanya saja langkah kaki Tuan terlalu lebar," jawab Shiera datar.

"Kalau begitu pegang lenganku agar aku bisa menahan langkahku dan menyamakannya dengan langkahmu yang pendek."

Shiera menatap belakang kepala Dave, senyumnya mencibir. Dalam hati ia berteriak, "Ogah!"

"Kalau tidak mau, maka kau yang harus menyamakan langkahmu denganku, jangan berjalan di belakangku seperti seorang gundik!"

Shiera menelan ludah, menatap kesal Dave sembari memperlebar pangkah kakinya untuk menjajari pria itu.

"Jangan membuatku malu saat di pesta nanti. Bersikaplah biasa, jangan terlalu canggung seperti ini. Banyak klien penting di sana."

"Baik, Tuan."

"Dua kali Tuan kau sebutkan, apa kira-kira hukuman yang pas buatmu agar kau mengingatnya?"

"M-maaf, Pak Dave." Shiera cepat-cepat meralat ucapannya.

"Satu kali lagi, aku bersumpah akan menghukummu sampai kau traima dan akan mengingatnya terus seumur hidupmu, untuk tidak memanggilku Tuan!"

"Maaf. Saya tidak akan mengulanginya lagi," jawab Shiera pelan.

"Dave! Oh Dave beruang ku yang galak, akhirnya kau datang." Seorang wanita berumur mengenakan pakian sangat minim menghambur memeluk Dave di pintu masuk ruangan pesta.

"Ya, Anita. Aku datang. Dan selamat ulang tahun." Dave melepas pelukannya, mengeluarkan kotak mungil dari dalam saku dan membukanya di hadapan wanita itu. Sebentuk kalung dengan berlian sebesar telur puyuh tergeletak menyilaukan di dalamnya. Wanita itu membelalak senang. Tentu saja, wanita mana yang tidak akan senang diberikan gadiah semahal itu.

Shiera menatap dalam diam, menunggu Dave menyelesaikan acara pemberian kado.

"Woow, Dave. Ini sangat indah. Kau pasti menghamburkan banyak uang untuk ini, Sayang."

"Tidak juga. Hanya seperseribu dari uang di dalam dompetku."

"Hahaha ...." Wanita itu tergelak, mengangkat kalung berlian dari dalam kotaknya. "Mau memasangkannya untukku?" tanya wanita itu manja.

"Dengan senang hati, Madam."

"Jangan menyebutku madam! Aku belum setua itu, kau tahu."

Dave tersenyum smirk, membalik tubuh Anita dengan lembut dan memasangkan kalung bermata hijau itu di lehernya.

"Cantik sekali. Terima kasih, Dave. Sekarang masuklah. Oh, ya ... siapa gadis ini. Kau belum memperkenalkannya padaku."

"Dia Shiera, sekretaris pribadiku."

"Aaah ...." Anita menatap Shiera dengan tatapan tertarik.

"Selamat ulang tahun, Nyonya. Maaf tidak membawa apa oun untukmu, karena Pak Dave tidak mengatakan ini acara pesta ulang tahun." Shiera menyapa, mengukurkan tangan dengan senyum ramah yang terkembang manis di bibirnya.

"Tidak perlu, Sayang. Tidak ada yang membawa kado untukku kecuali Dave, karena sebenarnya hari ulang tahunku sudah lewat 12 hari. Pesta ini, bukan pesta ulang tahun."

"Oh, baiklah Nyonya."

"Jangan memanggiku Nyonya, sayang. Aku bahkan belum pernah menyandang gelar itu."

Shiera menggerakkan kepala dan sebelah alisnya. "Jadi, bagaimana aku harus memanggilmu?"

"Anita. Panggil saja begitu. Itu akan terkesan lebih akrab, bukan."

"Tapi ...."

"Tidak ada tapi! Dan masuklah kalian berdua seksrang, banyak yang menantikan kehadiranmu, Dave. Ini akan menjadi pesta kolega yang sangat menyenangkan." Anita mendorong tubuh Dave dan Shiera memasuki area gemerlap pesta.

Shiera menatap seluruh ruangan menggunakan sudut matanya. ia baru menyadari, lantai tertinggi Hotel Royal Cristallyne ternyata berupa bar terbuka yang sangat luas. Pemilik acara sepertinya sudah menyewa seluruh lantai bar khusus untuk pestanya, karena seluruh yang berada di tempat ini sepertinya saling mengenal satu sama lain.

Shiera baru pertama memasuki Bar. Selama ini dia hanya bisa membayangkan bentuk Bar dari novel-novel yang dibacanya, atau dari menonton televisi. Tetapi rupanya gambaran bar yang ia bayangkan tidak terlalu berbeda dengan kenyataannya. Meja bar oanjang dengan empat bartender yang memutar-mutar botol dan melempar-lemparnya dengan gesit, meja-meja bundar dikelilingi beberapa orang yang bercanda dan tertawa-tawa, beberapa gelas kaki tinggi dan botol wine tergeletak di atasnya.

"Pak Dave ...."

"Hm."

"Saya baru pertama kali memasuki Bar," bisik Shiera. Dia tidak ingin menjadi sok tahu, yang kemudian akan mempermalukan dirinya sendiri atau pun Dave. Lebih baik Dave tahu kebih dulu agar pria itu bisa membantunya, atau jauh lebih baik jika membawanya keluar dari sana secepatnya.

"Alkohol?"

"Tidak."

"Baiklah. Di mana aku memintamu duduk nanti, jangan berpindah kemana pun. Aku akan mencarikan teman yang bisa mengerti kau tidak mengkonsumsi alkohol."

"Apakah di sini ada minuman biasa?"

"Aku akan memesankanmu mocktail zero proof."

"Terima kasih."

"Halo, Agusta." Dave menyapa sekumpulan orang di meja terdekat dengan pintu, menyalami tujuh orang yang mengelilingi meja. Shiera tersenyum sopan saat Dave memperkenalkannya sebagai sekretarisnya.

"Mari bergabung, Dave."

"I'm sorry, she doesn't drink alcohol. I don't want to disturb your fun because of her."

"No, no, Dave. Itu tidak akan terjadi."

"Please continue your fun."

Dave membawa Shiera pergi. Pria itu menyapa beberapa orang lagi, lalu berhenti di meja yang entah ke berapa. Shiera membelalak menatap siapa yang berada di sana.

"Duduklah di sini. Kau tidak mungkin belum mengenal Vania, kan?" tanya Dave.

"Tapi, Pak Dave ...." Shiera menatap cemas. Dia benar-benar tidak ingin ditinggalkan bersama Vania dan Ron di meja itu, sementara Dave pergi entah ke mana.

"Hai, Shiera. Duduklah di sini bersama kami, jangan khawatir. Kami akan menemanimu."

"Vania, tolong temani Shiera, ya."

"Baik, Tuan. Jangan khawatir, Shiera aman bersama saya."

"Terima kasih. Shiera, nanti aku kembali. Minuman mu akan segera datang."

"Pak Dave ...."

Dave menoleh.

"Terima kasih."

"Hm. Jangan khawatir."

Dave berjalan menjauh. Shiera menatap punggungnya yang menjauh, dengan perasaan hancur. Dave memang tidak pernah tahu siapa Ron dan apa hubungannya dengan Shiera, juga tentang perseteruan Shiera dengan Vania di perusahaan.

"Aah ... ternyata Tuhan masih mempertemukan kita lagi, Sayang. Rupanya kita memang ditakdirkan berjodoh." Ron meraih dagu Shiera, mata berkilat jahat.

"Jauhkan tangan kotor mu dariku, Ron!" Shiera menepis kasar tangan Ron.

"Kau ditinggal sendirian oleh kekasihmu, dan diserahkan padaku. Itu artinya aku juga boleh menjamahmu!" Ron mengait pinggang Shiera, menarik gadis itu mendekat padanya.

"Lepas! Dan asal kau tahu, Pak Dave sama sekali bukan pacarku. Dia atasanku!"

"Oow ... begitukah. Tapi, sejak kapan sekretaris biasa menemani bos ke acara pesta ulang tahun di bar seperti ini, Shiera?" tanya Vania, memasang senyum iblis di sudut bibirnya yang merah merona.

"Hei, wanita iblis! Apa kau pikir aku mencoba merayu pak Dave, seperti kau mencoba merayu ayahnya selama ini, hah?! Oh, maaf. Bukankah kau juga berusaha merayu pak Dave menggunakan belahan dada mu yang selalu terbuka itu?"

Vania melayangkan tangannya ke depan, namun Ron segera menangkapnya. Vania membelalak menatap Ron.

"Tidak begitu caranya, Sayang. Bermainlah cantik seperti biasa."

Senyum iblis itu kembali terkembang di bibir Vania. "Aah, ya. Maafkan aku, Sayang. Aku terbawa emosi melihat wajahnya yang sok malaikat ini. Baiklah, lakukan permainanmu, Ron."

Ron melepas tangan Vania, dan keduanya kembali duduk.

Ron melambaikan tangan saat pelayan mengantar minuman Shiera.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya pelayan, menunduk sopan pada Ron.

"Tolong bawakan kami sebotol Hendrick's Gin, dan satu gelas kosong baru."

"Tapi, Tuan. Pesan Tuan Dave, Nona Shiera tidak mengkonsumsi alkohol."

"Memangnya siapa yang mau memberinya alkohol? Aku tahu dia tidak bisa mengkonsumsi alkohol. Kami menyiapkan gelas baru untuk Tuan Dave. Dia akan duduk di sini bergabung bersama kami."

"Tapi Tuan Dave sudah memesan tequila terbaik kami."

"Sialan! Kau ini di bayar untuk melayani tamu, bere*sek! Bawakan saja apa yang kami minta dan jangan membantah!" Ron berteriak marah.

Pelayan menatap datar, kemudian berbalik pergi.

"Dasar pelayan sialan!" gerutu Ron, sepeninggal pelayan yang mengenakan seragam hitam berpadu merah darah itu.

Tidak sampai lima menit, pesanan yang Ron minta tiba.

"Nah, Shiera. Kita akan bertaruh. Jika kau bisa menghabiskan tiga gelas kecil gin ini tanpa telanjang di lantai dansa, maka aku tidak akan mengganggumu. Tapi kalau kau menolak, maka bersiaplah malam ini untuk berpesta denganku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status