Share

Part 23

Mobil memasuki area kompleks, kulirik wajah Haikal tampak muram.

"Minum kopi?" ajaknya.

Eh? Apa dia akan curhat padaku malam ini? Mencurahkan segala isi hati yang saat ini sedang patah? Baiklah, kurasa kini kami sedang senasib. Tidak ada salahnya saling menghibur.

"Boleh," sahutku.

Dia memesan kopi esspresso yang paling pekat. Dahinya nengernyit menyesap kopi kental itu. Pahit, tapi dia terlihat begitu menikmatinya.

"Kayak orang tua!" ejeknya saat melihatku meneguk teh jahe panas yang kupesan.

"Takut gak bisa tidur." Aku beralasan.

"Baca do'a lah," ujarnya seperti seorang ustaz. Cukup membuatku untuk tersenyum.

Dia merapatkan punggung ke sandaran kursi. Berulang kali menghela napas. Aku mengerti sekali bagaimana perasaannya saat ini. Haruskah aku bekerja sama dengannya untuk memisahkan mereka?

Tidak! Aku sudah sering melihat cara itu di ftv yang dulu sering ku tonton, dan semuanya tidak ada yang berhasil. Pemeran utama akan tetap bersama pemeran utama. Aku dan Haikal, hanyalah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anies
ish.. makin penasaran sama gimana sebenarnga perasaan malik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status