Share

Part 3

Penulis: Manda Azzahra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-05 16:40:26

Aku tersentak ketika Bang Malik menggoyang-goyangkan badanku. 

"Bangun, Cha. Truk sudah mau berangkat."

Aku membuka mata dengan perlahan. Rupanya aku tadi tertidur pulas karena kelelahan hingga tidak terasa sudah jam empat subuh. 

Bang Malik meraih tanganku dan kembali menggendong ranselnya yang penuh sesak itu. Warung yang kami singgahi itu ternyata buka selama dua puluh empat jam sebagai tempat persinggahan truk-truk muatan yang singgah, atau sekedar melintas. 

Hari ini truk dari Pekan Baru yang bermuatan pupuk, akan melintasi Medan menuju  Banda Aceh. Ibu pemilik warung sudah menitipkan kami kepada supir yang sudah lama dikenalnya.

"Hati-hatilah di jalan. Semoga kalian selamat sampai di tujuan. Jaga baik-baik adikmu itu." Pesan ibu penjaga warung, sambil memberikan kami bungkusan untuk bekal di jalan. 

Truk melaju dengan kencang, membawa sejuta angan, yang kini bermain-main di dalam pikiran kami. 

Aku dan Bang Malik saling menatap sambil melempar senyum, berharap ada kehidupan yang lebih baik menunggu di sana. 

*******

Medan 2019

Aku melupakan semua firasatku tentang Pak Malik. Meyakinkan hati, bahwa dia adalah orang yang berbeda. Malik sudah mati walaupun aku tidak sepenuhnya yakin. 

Masih terlintas sekelabat ingatan saat para preman itu memukuli Bang Malik habis-habisan. Wajahnya basah tertutupi darah.

Tubuh nya tersungkur tak berdaya. Lalu lengan besar dan kuat itu memikul tubuhku yang meronta-ronta menjauhi tubuh Bang Malik yang tak bergerak.

"Ngelamun aja woi, kesambet baru tau." Sebuah tepukan di pundak menyadarkanku dari lamunan. "Masih kepikiran sama yang namanya Malik?" tanya Aira, pemilik rumah tempatku menumpang. 

"Nggak lah, beda. Yang ini lebih ganteng," jawabku santai. 

"Emang bener, dia anak Bos kamu? Bukannya kemarin kamu bilang anaknya jauh lebih muda?"

"Ya, aku juga heran. Kayaknya baru kemarin  mereka ngadain pesta anaknya yang kuliah ke luar negeri. Tau-tau udah jadi bos aja." Aku dan Aira cekikikan. 

"Bisa aja kan, kalau Bos kamu itu punya anak yang lain. Mana tau suaminya juga punya simpanan." Aira mengoceh semakin tak karuan. 

"Nyari temen?" sindirku pelan. 

Aira terkekeh dengan ucapanku. 

"Eh, Cha, ntar malam kamu cabut dulu ya. Mas Harris lagi ada di Medan. Dia mau datang malam ini," ujarnya tanpa bisa dibantah. 

Aku dan Aira sudah lama saling mengenal. Dulu kami bekerja di sebuah club malam sebagai pelayan pengantar minuman.

Aira adalah seorang yang ramah tamah dan mudah beradaptasi dengan tamu-tamu yang baru dikenalnya. Wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang seksi mampu menggoda para tamu lelaki untuk tidak segan-segan memberikan uang tips yang banyak. 

Tak jarang dia juga mau menemani para tamu untuk minum-minum. Hingga pada suatu hari ada lelaki paruh baya yang sangat tertarik pada kecantikannya. 

Aira selalu dimanja dengan segala kemewahan. Hingga suatu hari dia membuat keputusan untuk bersedia menjadi istri simpanan lelaki setengah tua tersebut. 

Hidupnya kini berkecukupan, tak perlu repot-repot lagi bekerja di club tersebut. Bahkan kini dia tinggal di sebuah rumah bergaya khas Belanda di kawasan elite, kota Medan. 

Aira pun mengajakku untuk tinggal bersamanya tanpa harus membayar, karena paling hanya sebulan sekali suami sirinya itu datang untuk menjenguk.

Tapi tentu saja dengan satu syarat, kapan pun dan jam berapa pun laki-laki itu datang, aku harus segera angkat kaki dari rumah. Termasuk malam ini, seperti yang dia katakan barusan. 

Ah Aira, jalan hidup kita memang tidak ada yang tau. Dia mungkin belum sadar dengan perbuatannya. Betapa tidak, apa yang dia jalani saat ini pastilah menghancurkan hati wanita lain yang ada di suatu tempat. 

"Iya, iya. Aku akan pergi dan menginap di kost annya Vera. Selamat bersenang-senang," ujarku, seraya bangkit dan bersiap-siap.

******

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENCINTAI ABANG ANGKAT    Part 103 ( Ending )

    Aku memohon kepada Mama agar tetap merahasiakan ini kepada semua orang, termasuk om Ridwan sendiri. Aku lebih memilih statusku sebagai yatim piatu yang diadopsi oleh keluarga Om Jaka. Dengan begitu, aku akan belajar memaafkannya, dan memulai hubungan yang baru sebagai menantunya. Itu saja. Aku tak mau lagi ada drama air mata menjelang pernikahan. Biarlah ini sebagai hukuman atas dosa-dosa om Ridwan. Selamanya tidak pernah merasakan kehadiranku sebagai putri kandungnya. Semula Mama memang terlihat keberatan. Namun, melihat sorot mataku yang penuh keyakinan, dia terpaksa menuruti. Egois memang. Tapi, bukankah sebagai manusia yang punya perasaan, aku juga punya hak? Hanya itu satu-satunya cara hatiku bisa menerima kehadiran om Ridwan. Hanya sebagai Papanya Bang Malik."Mama mengerti, maaf kalau kami sebagai orang tua sudah menempatkan luka di hatimu. Menempatkanmu dalam posisi tersulit sebagai korban dari keegoisan orang-orang dewasa."Lagi, kata-kata yang sama seperti yang Aira ucapk

  • MENCINTAI ABANG ANGKAT    Part 102

    Siang ini aku memasak makan siang, membereskan rumah, sementara Aira membawa Alya untuk pergi imunisasi. Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Aku membukakan pintu depan. Sesosok wanita itu kini berdiri kembali di hadapanku. Teringat saat terakhir kali kami saling menatap seperti ini. Tubuhnya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Apa dia sakit? Dia tampak ragu untuk melangkah. Entah karena malu atau takut. Aku pun merasa demikian, masih merasa canggung dan tidak tahu bagaimana harus bersikap. Bukankah seingatku kami memang tak seakrab itu? Tapi entah kenapa gejolak hati ini ingin sekali memeluknya. Menumpahkan rasa rindu yang entah sejak kapan mengikutiku. Selalu berharap dapat kembali bertemu dan membicarakan apa saja layak nya seorang teman, atau..Ibu. "Silahkan masuk, Ma." Aku menawarinya dengan suara yang tertahan. Ingin sekali aku menyentuh dan memeluknya, namun dia juga terlihat sama takutnya denganku. Mama melangkahkan kaki masuk ke dalam. Memperhatikanku dari atas samp

  • MENCINTAI ABANG ANGKAT    Part 101

    Sudah beberapa hari ini kerjaku hanya uring-uringan dan bermain bersama Alya saja. Suntuk juga rasanya menjadi pengangguran, setelah bertahun-tahun lamanya hidup dari kerjaan satu ke kerjaan lainnya. Mungkin aku tak lagi mempermasalahkan soal uang. Karena kini, Bang Malik yang menanggung semua kebutuhanku. Tapi tetap saja itu tak sesuai dengan jalan hidupku yang sehari-hari harus mengurung diri di rumah. Seperti biasa, Bang Malik menyempatkan diri untuk datang selepas bekerja. Aku mengajaknya ke balkon atas. Dia bilang sangat senang melihat bulan bersamaku, seperti waktu itu. "Abang punya sesuatu buat kamu," ucapnya. Aku menoleh untuk melihat apa yang dia bawa. Dia mengeluarkan sebuah kotak mungil dari kantong celana. Jantungku sudah ser-seran. Berharap apa yang ada dipikiranku, benar adanya. Kemudian dia membuka dan menunjukkannya kepadaku. Seperti yang kukira, itu sebuah cincin. Cantik sekali. Senyumku pun mengembang. Adegan seperti ini persis seperti yang ada di drama-drama ro

  • MENCINTAI ABANG ANGKAT    Part 100

    Lagi-lagi aku berucap kata maaf. Mengaku salah telah meninggalkannya meski tahu dia sedang hamil dan membutuhkan seorang teman. "Alya sedang tidur," ucapnya. "Alya? Keponakanku?" Aira mengangguk. Aira menuntunku masuk ke kamarnya. Ada box bayi dengan mainan yang menggantung di atasnya. Bayi mungil itu tertidur pulas di dalamnya. Aku memberanikan diri untuk menggendong. Menciumi wajah dengan pipinya yang chubby itu. Sungguh terlihat seperti boneka. "Maafkan Tante, sayang. Maafkan Tante karena tidak ada di saat kamu lahir ke dunia ini." Aku kembali menciuminya sampai tubuh itu menggeliat karena merasa terganggu. Aku kembali mengunjungi kamar yang dulu aku tempati, Aira masih di kamarnya menidurkan Alya kembali. "Itu masih kamar kamu. Tinggallah lagi di sini. Aku sudah berpisah dari Mas Harris." Dia mengabarkan meski aku sudah mendengarnya dari Bang Malik. "Kenapa? Apa karena aku?""Entahlah, tapi kurasa itu keputusan yang benar. Aku juga tidak ingin nantinya Alya juga ikut merasa

  • MENCINTAI ABANG ANGKAT    Part 99

    Kami keluar dari gedung pusat SunCo. Aku memang sudah meminta izin kepada Bang Malik untuk menemui Haikal. Dan dia sama sekali tidak keberatan. "Ingat, ya. Kamu sekarang calon istri Abang. Jangan macam-macam," ancamnya. Dia sengaja tak ikut agar tak ada rasa canggung dengan sikap Haikal. Benar saja, sejenak Haikal langsung takut untuk mendekatiku sebelum dia tahu bahwa pria itu hanya mengantarku sampai di luar. Mobil melaju ke arah jalan yang sudah tak asing lagi bagiku. Kemudian dia memasuki gerbang yang sudah setahun ini tak pernah lagi ku kunjungi. Lagi, seperti merasa pulang ke rumah sendiri. "Aku belum gajian. Kita makan siang di sini aja. Gratis," ujarnya sembari melangkahkan kaki ke ruangan. Tak ada yang berubah. Mereka terlihat asik makan dengan lahapnya. Sampai sepasang mata itu menangkap kedatangan kami. "We! Chaca datang. Tengok tu, we. Itu Chaca." Oji berteriak histeris seperti melihat selebriti yang berkunjung ke aula makan dapur SunCo. Puluhan pasang mata menatap

  • MENCINTAI ABANG ANGKAT    Part 98

    Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya kami mulai memasuki kota Medan. Aku meminta Bang Malik untuk segera singgah ke rumah nenek. Aku sangat ingin bertemu dengannya. Bukankah mereka keluarga pertama yang harus aku kunjungi? Nenek berdiri mematung dengan tubuh tuanya. Matanya berkaca-kaca saat aku menangis memohon maaf. Nenek memang tak tahu bagaimana caranya menunjukkan kasih sayang, tapi kali ini dia begitu erat memelukku. Tak tahan juga rasanya menahan rindu. "Kau sudah dewasa," ujarnya. "Jangan lagi bersikap seperti itu." Aku kembali menangis di pelukannya. Bang Malik tertidur di ruang tamu beralaskan ambal. Aku sudah menyuruhnya untuk tidur di kamar, namun dia menolak. "Di sini lebih nyaman," ujarnya. Untuk pertama kalinya aku melihat dia tertidur dengan pulas. Napasnya teratur dengan kedua tangan diletakkan di atas dada.Wajahnya terlihat lelah, hingga tak sadar kalau kini om Jaka juga ikut tertidur di sampingnya. Kupungut ponsel yang sedari tadi tergeletak begitu s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status