Share

Bab2# Siapa Dia?

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 09:59:56

“Itulah faktanya, Grace!” Memanfaatkan keterkejutan Grace, Max mendorong tubuh sang istri menjauh. “Cepat pergi dari sini!” tunjuknya pada pintu kamar.

Beribu pertanyaan bersarang di dalam kepala Grace. Berbagai pertanyaan ingin dia ketahui jawabannya. Mengapa Max tiba-tiba mandul? Lalu, bagaimana nasib Leon, jika Max kini dinyatakan mandul?

Namun, semua pertanyaan itu masih tertahan. Grace yang begitu shock memutuskan untuk mundur sejenak, dia tidak lagi memaksa Max untuk menyentuhnya.

Wanita itu keluar tanpa kata dari kamar Max, menuju salah satu kamar tamu di rumah itu.

Niat dia menenangkan pikiran pun berakhir gagal, sebab pikirannya yang buntu justru membuatnya sulit tidur. Hingga pagi ini, Grace dibuat sakit kepala karena terus memikirkan kenyataan ini.

"Argh ...!" Grace menarik kuat rambutnya karena merasa kesal. Dia bahkan tidak bisa berpikir saat ini. "Aku harus lakukan apa? Bagaimana dengan Leon?"

Di dalam kamar luas dengan interior mewah, wanita itu mondar mandir. Di saat kebingungan melandanya, telepon Grace berbunyi hingga menampakkan nama Brian pada layar datar itu.

"Brian ...?" Grace bertanya pada diri sendiri. Mengapa Brian menghubunginya pagi sekali.

"Hallo," sapanya setelah menerima panggilan.

"Anda sudah berhasil, Nyonya?" tanya Brian langsung pada inti penuh dengan harapan.

"Uhm, belum. Kenapa tanya itu?"

Brian terdiam di ujung panggilan, hingga membuat Grace penasaran. Grace tahu jika Brian menghubunginya pasti terjadi sesuatu pada sang anak.

"Cepat bicara, Brian!"

"Ehm ... begini Nyonya, Tuan Muda Leon mengalami sesak napas semalam. Saya ingin menghubungi Anda, tapi ... saya takut menganggu waktu Anda," ungkap Brian.

"Mengapa Leon bisa sesak? Apa dia kecapekan?"

"Tidak, Nyonya. Tuan Muda sepertinya merindukan Anda. Kemarin siang pun mudah marah, meski perawat tidak lakukan salah."

Grace mengangguk paham, meski tidak terlihat Brian. "Hm, tapi aku tidak bisa menghubungi Leon sekarang. Aku tidak ingin Max tau anak itu."

"Saya pikir Anda sudah mendapatkannya, sehingga kita bisa melakukan tes kehamilan minggu depan," sahut Brian.

"Kamu tahu, Brian…." Grace memberi pernyataan menggantung, kemudian melanjutkannya lagi, "Kata Max, dirinya mandul!"

"Apa?!" Brian ternganga mendengar pernyataan Grace. "Mengapa bisa mandul? Tapi ..." Brian menggantung ucapannya, seolah meragukan Grace.

"Apa kau menuduhku selingkuh?!" Grace berdecih. Dia bisa membaca ke arah mana Brian berpikir.

Untuk satu hal itu, Grace jamin, dia hanya pernah sekali disentuh begitu intim oleh seorang pria. Dialah Max, suaminya hasil dari pernikahan perjodohan kedua orang tua.

"Tidak, Nyonya, bukan maksud saya seperti itu." Brian pun tidak kalah terkejut. Mengapa Max mengatakan dirinya mandul, padahal dia bisa menghasilkan Leon. "Anda tidak tau mengapa dia mengatakan itu? Atau ... ini hanya alasannya saja agar Anda menjauhinya."

Grace menggeleng lemah. "Aku tidak tahu. Tapi yang jelas aku harus mencari info. Apa yang terjadi padanya," tekadnya.

"Baiklah, Nyonya, kabari saya jika Anda sudah siap."

"Katakan pada Leon, aku akan menelponnya nanti. Sampaikan peluk ciumku untuknya."

Setelah mengakhiri telepon dari Brian, Grace bergegas mengambil tas kemudian melangkah keluar kamar. Akan tetapi, langkah Grace terhenti oleh seorang wanita yang baru saja masuk dari pintu utama ke dalam rumah Max.

‘Freya Houston?’ batin Grace bertanya, sembari memindai penampilan wanita itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Freya Houston, wanita yang selalu berada di sisi Max dan sangat terobsesi pada pria itu, Grace tahu sebab dia sempat mencaritau kabar terkini sang suami sebelum memutuskan kembali.

Wanita bergaun merah merah ketat dengan potongan belahan dada terbuka, disertai belahan pada bagian paha. Wanita itu melangkah dengan percaya diri dalam sepatu heels tinggi yang mencolok, melengak lenggok menenteng tas yang bernilai jutaan Dollar.

Grace bisa menilai harga tas itu, sebab dia pun pebisnis luar negeri yang tentu saja bisa menilai berapa nominal yang dikeluarkan wanita itu untuk membayar satu buah tas.

"Aku tidak yakin dia bisa membelinya sendiri," gumam Grace mengamati Freya.

Begitu pula dengan Freya, wanita itu juga terkejut saat kedatangannya disambut oleh wanita yang belum pernah dia temui, terlebih di dalam rumah Max.

"Max ...!" Freya berseru manja mencari keberadaan pria itu. Matanya melihat kesana-kemari, menelisik hampir di sekeliling ruangan. Namun, dia tidak juga menemukannya. "Ke mana sih dia?"

Grace yang terus bergeming seraya memandangnya membuat Freya merasa kesal. "Heh, siapa kamu berani melihatku seperti itu!" bentak Freya.

Namun, Grace tidak menjawab. Freya menghampiri Grace dengan penuh selidik, melihat dari atas hingga ujung kakinya. "Kamu ... pasti sepupu Max, 'kan?"

Grace tetap bungkam, wanita itu tidak memedulikan yang dilakukan Freya padanya.

"Tapi ... kalian tidak mirip?" Lagi, Freya masih menggali keterangan.

Sementara di dalam kamar, Max baru saja selesai setelah mengunakan pakaian rapi. Dia hendak ke kantor. Akan tetapi, suara kegaduhan di lantai bawah sangat menarik perhatiannya.

Samar-samar dia mengenali dua suara wanita.

"Freya? Grace? Ada apa dengan mereka?" gumam Max. Pria itu membawa langkahnya menuruni tangga. Dia melihat kedua wanita saling cek-cok, atau lebih tepatnya, Freya terlihat mencecar Grace yang terus menutup mulut.

Merasa waktunya terbuang sia-sia untuk meladeni wanita yang tidak penting, Grace hendak melangkah meninggalkan Freya. Namun tangannya dicekal oleh wanita itu.

"Hei, tunggu! Kurang ajar kamu tidak menjawabku!"

Hal itu tentu saja memicu amarah Grace. Dia menghentikan langkah, sorot matanya menjadi murka. "Aku tidak peduli siapa kamu! Minggir!"

Freya menjadi naik pitam atas ucapan Grace, dia pun mengangkat tangannya ke atas hendak melayangkan tamparan.

Grace dalam keadaan terdesak. Wanita itu reflek menahan, dan salah satu tangan lainnya siap membalas.

Saat itulah, Max muncul. "Grace?! Hentikan!" gertak Max dengan tatapan tajam.

Grace seketika menurunkan tangannya dan Freya langsung menghampiri Max, mencari perlindungan seolah dirinya yang dianiaya.

"Siapa dia, Max? Mengapa dia kasar padaku?" adu Freya memutar balik fakta.

Grace tercengang dengan ucapan Freya yang menuduhnya. "Bohong, Max! Dia yang justru ingin menamparku!"

Freya semakin menjadi, mencari perhatian Max. "Tidak, Max, mana mungkin aku bohong. Bukankah tadi kau melihatnya?"

Max semakin menatap benci pada Grace.

"Max, siapa dia?" tanya Freya lagi bersikap manja. Rasa ingin tahunya lebih banyak saat ini.

"Dia ..." Max menyipitkan mata, menyorot tajam. "Dia wanita yang berani mencampakkanku!"

Freya terbelalak. Tentu saja dia tahu siapa wanita yang sudah membuat Max hancur saat itu. Max banyak bercerita tentang Grace, namun Freya tidak pernah bertemu dengannya.

"D-dia, istrimu?!"

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (78)
goodnovel comment avatar
Ugik Kph
apa yang telah terjadi sehingga Max menjadi mandul
goodnovel comment avatar
Lidia Rahayu
kenapa segitu benciny ya si max sama grace ?? lanjut ahhh bacanyaaa
goodnovel comment avatar
~•° Aishiteru °•~
seperti nya misi kamu tak semulus jalan toll Greece. tapi tetap semangat yaa semua demi leon
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab255# Happy Ending

    Sudah hampir satu bulan sejak Chelsea mulai melakukan pencarian terhadap suaminya secara mandiri. Meskipun pihak kepolisian Jerman sudah menutup kasus kecelakaan ini. Pencarian polisi berakhir, bersamaan dengan ditutupnya kasus itu dan menyatakan dua orang sebagai korban. "Kenapa harus berakhir dengan begini, Ken ..." Chelsea meratapi di tempat kejadian sebelum mobil Kenan masuk ke jurang. "Kembalikan suamiku wahai alam. Kembalikan dia meskipun itu hanya abu atau tulang belulangnya ... Ijinkan aku memeluknya sekali lagi. Aku tidak akan marah padamu. Bagaimana aku bisa marah, kalau kau adalah rumah suamiku sekarang, selamanya ...." Wanita itu bahkan tidak kuasa menahan isak tangis. Setiap hari, ia tak kenal lelah, menyerahkan segalanya untuk mencari keberadaan Kenan. "Maaf, Nyonya." Suara Christ yang tiba-tiba pun tidak menghentikan isakan Chelsea. Sang asisten yang telah setia membantu, bersama dengan beberapa orang yang dikerahkan untuk mencari, sudah melakukan segala cara

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab254# Aku Punya Mommy & Daddy

    Kelopak bulu mata lentik membuka matanya perlahan, samar-samar cahaya matahari menembus tirai jendela.Pusingnya pun masih terasa, dan tubuhnya juga masih lemah, namun Grace mencoba mengingat apa yang terjadi. Semua kenangan tentang operasi dan masa koma itu kabur, tapi ada satu hal yang sangat jelas di pikirannya. Anak laki-lakinya, Leon."Ergghhh ..." Grace memegangi kepalanya yang masih berdenyut.Dengan susah payah, ia mengangkat tubuhnya dan menoleh ke sekeliling ruangan. Namun, tak ada siapapun di sana. Kosong!"Apa aku masih hidup?" Grace sendiri hampir tidak percaya dirinya masih bernyawa. Kemudian mengusap perutnya yang seakan tidak ada apa-apa. "Ke mana bayiku?" tanyanya kebingungan, entah pada siapa.Wanita itu lantas menoleh. Di sana, di ranjang yang terpisah, Leon sedang tertidur pulas. Wajah kecilnya tampak damai, meskipun di hati Grace, ada kekhawatiran yang menggantung."Leon, Mommy b

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab253# Harapan Terakhir

    Reaksi Brian membuat Max menarik paksa hasil tes kesehatannya. Pria itu dinyatakan cocok menjadi pendonor tulang sumsum untuk Leon.Dengan wajah binar, Max langsung bangkit dari duduknya. "Ayo cepat, ke mana aku harus pergi, Brian!" "Ayo! Aku juga sudah tidak sabar menunggu waktu ini!" Brian langsung bangkit dari duduknya, kemudian melangkah keluar yang diikuti Max.Setelah kurang lebih satu jam proses pengambilan sel tulang sumsum Max, petugas Laboratorium mulai memprosesnya.Max keluar dari ruang periksa dengan langkah yang sedikit terhuyung. Udara dingin di ruang rumah sakit tak bisa mengurangi rasa lega yang perlahan merayap dalam dirinya. "Apapun yang terjadi, Daddy akan berusaha segala cara Leon," tekad Max lirih.Meski perasaan berat masih menggantung, setidaknya ia tahu bahwa tulang sumsum yang baru saja didonorkan untuk Leon, memiliki peluang besar untuk menyelamatkan hidupnya. Hasil tes genetik men

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab252# Kamu Yang Bisa Menolongnya

    Kelopak mata dengan bulu mata lentik itu bergerak pelan. Aroma desinfektan membuat Chelsea sadar seketika. Kepala terasa berat, tubuhnya lelah, dan rasa sakit mulai merayapi seluruh tubuhnya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba mengingat apa yang terjadi. "Kenaann ..." Ia berharap semua yang baru saja ia lihat adalah sebuah mimpi. Namun, sayangnya itu adalah hal nyata yang baru saja dialaminya. Chelsea melihat bekas tanah yang terdapat di sela-sela pada kuku-kuku. "Ini bukan mimpi ..." ratapnya menahan isak. Melihat sang Nyonya sudah sadar, Christ mendekati Chelsea yang terbaring di atas brankar rumah sakit. "Apa yang Anda rasakan, Nyonya?" tanyanya. Chelsea menatap asisten sang kakak, "Katakan kalau semua ini hanya mimpi kan, Christ?" Chelsea berharap asisten itu menggeleng, namun nyatanya Christ menggangguk, hatinya tahu bahwa ini semua kenyataan.

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab251# Selamatkan Bayiku

    Kegelapan langit malam berubah merah menyala karena ledakan mobil Kenan yang masuk ke jurang. Serpihan body mobil pun berterbangan hingga menjadi bagian terkecil. Semua orang mengalihkan wajah, menutup mata dengan lengan masing-masing. "Tidak Keennn ..." Chelsea meratapi terduduk di atas tanah. Tatapannya kosong pada nyala api di angkasa. Arthur memegang pundak Chelsea, menguatkan wanita itu, "Semua akan baik-baik saja, Chel. Kenan pasti selamat ..." Meski sejujurnya Arthur juga ragu akan ucapannya. Jurang dan ledakan sebesar itu mana mungkin tidak menghancurkan tubuh seseorang. Christ berlari ke tepian jurang, lalu menatap ke bawah. Namun, tak ada siapapun di sana. Hanya ada pecahan puing yang berserakan dan masih menyisakan bara api yang berkobar. Kemudian ia berbalik badan lalu menggeleng lirih. Isyarat Christ semakin membuat Chelsea semakin histeris. "Tidak! Kembali padaku Kenaannn ...!" Tangisan Chelsea yang terdengar pilu makin tak terkendali, hingga tiba-tiba semu

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab250# Perbaiki Rumah Tangga Kita

    Setibanya di basecamp yang tersembunyi, Chelsea merasa ada sesuatu yang sangat salah. Tempat itu sangat kacau dan suasana mencekam memenuhi udara. "Apa ini tempatnya, Arthur?" tanya Chelsea penuh keraguan. "Hm, benar ini tempatnya." Belum juga kedua mata Chelsea memindai tempat itu, tiba-tiba ... Brak! Freya dan Kenan keluar dari bangunan sepi dengan pencahayaan minim. Meski demikian, sorot mata Chelsea mampu menangkap siluet bayangan sang suami. "Kenan ...?!" Chelsea hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seruan Chelsea ternyata mampu mengalihkan perhatian kedua orang itu, terutama Kenan. Ia lebih terkejut saat melihat Chelsea juga berada di sekitar tempat itu. Area yang tidak sebaiknya dituju. Namun, di balik semua rasa takut dan kecemasan Chelsea, hatinya semakin teriris saat kenyataan yang lebih pahit terbuka di hadapannya. Di sana, di tengah kekacauan, dia melihat Kenan—dengan jelas berdiri di sisi Freya. Sekarang tampak seperti musuh yang berdiri di samp

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab249# Bertahanlah

    Grace dengan suara penuh amarah, "Kenan! Kau datang kemari hanya untuk jadi pengkhianat! Tidak tahu malu!" Berdiri tegak, Kenan menatap Grace dengan dingin, "Aku memilih sisi yang benar, Grace. Ini bukan tentang kamu atau aku lagi, ini tentang apa yang seharusnya terjadi." Grace tertawa sinis, "Cih! Sisi yang benar? Kau menjual dirimu kepada Freya, itu yang kamu sebut benar? Jangan lebih rendah dari itu, Ken!" "Aku tidak membutuhkan pembenaran darimu, Grace. Semua ini sudah berjalan terlalu jauh. Tidak ada yang bisa menghentikanku sekarang." Freya, yang sejak tadi diam dan menyaksikan percakapan itu, akhirnya berbicara dengan suara penuh kebencian. Grace tertawa remeh pada Freya, seolah mengejek wanita ular itu. "Apapun yang kau lakukan, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku. Karena kau tidak pernah dicintai sampai mati! Kau tak akan pernah tau apa itu cinta!" ucapnya penuh penekanan, "kasihan sekali!" Suasana di antara kedua wanita itu semakin mencekam. Freya ingin seka

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab248# Lokasi Ditemukan

    Max tampak berjalan mondar-mandir di ruang kantor yang gelap, ekspresinya tegang dan penuh amarah. Matanya yang tajam menatap beberapa anak buah Christ yang berdiri cemas di hadapannya."Bagaimana bisa kalian belum menemukan lokasi Freya?!" bentaknya, suaranya keras dan penuh amarah. "Kalian cuma membuang-buang waktu! Ini sudah terlalu lama, aku ingin jawaban sekarang!"Anak buah Christ, yang satu bernama Markus dan yang satunya lagi disebut Simon saling pandang, tampak bingung dan tertekan."Ma-Maaf, Tuan ... kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kami belum menemukan petunjuk pasti," jawab Markus, suaranya terbata-bata.Max menggeram, berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan mereka. "Berusaha? Itu bukan jawaban yang aku cari! Jika kalian tidak bisa melaksanakan perintah sederhana ini, lebih baik aku cari orang lain yang bisa!"Simon mencoba menenangkan situasi. "Kami benar-benar sudah berusaha, Tuan. Kami akan terus menca

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab247# Menjadi Sekutu

    Kenan terlihat tegang, tapi mencoba menurunkan egonya. "Freya, aku tahu aku salah. Aku tidak mencari pembenaran. Aku hanya ingin tahu di mana basecamp-mu. Aku punya rencana ... rencana untuk melancarkan keinginanmu." Namun, diam-diam, tanpa melibatkan siapa pun. Kenan akan pastikan akan membebaskan Grace. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menebus semua kesalahan." Mendengar ketulusan Kenan, dan betapa pria itu juga memenuhi keinginannya mendapatkan lokasi Grace, Freya terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-katanya. "Kau tidak akan menjadi pengkhianat di dalam basecamp-ku, kan?" "Kau bisa percaya padaku, Freya. Aku akan lakukan apa saja untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Kau akan dapatkan semua yang kau inginkan." Dalam hati Freya melewati banyak perdebatan. Kemudian suara Freya berubah, sedikit lebih lembut. "Baiklah, aku beri kau satu kesempatan lagi. Basecamp-ku ada di kawasan Charlottenburg, dekat Stasiun Zoologischer Garten. Tapi ingat, Kenan. Satu langkah s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status