"Tuan Muda. Anda sudah datang?" Bastian menyapa dan membungkuk, saat jaraknya hanya beberapa meter dengan Arsenio. Arsenio berbalik badan dan tersenyum tipis. "Apa semuanya sudah siap? Bagiamana langkah selanjutnya?"***Satu hari sebelumnya."Bastian, di mana ponselku?" tanya Arsenio, duduk santai di ranjang sambil menghabiskan sarapannya. "Ponsel Anda, ada di tangan Tuan Alex. Ayah Anda sendiri yang memintanya kemarin. Maafkan saya, Tuan Muda," jawabnya terdengar pasrah.Arsenio melepaskan sendok serta garpu itu, "Aish, bagaimana bisa aku berkomunikasi, kalau ponselku disita seperti ini?" Kemudian mendesis kesal. Hampir saja ia melemparkan sendok beserta garpu itu, seandainya tidak bisa menerima situasi. "Ayah, tidak akan menemukan apa-apa dengan menyita ponselku. Tidak ada hal penting yang harus ia ketahui," rutuknya benar-benar jengkel."Mungkin, Tuan Alex, hanya ingin Anda beristirahat tanpa memikirkan pekerjaan dan yang lainnya." Bastian menimpali. "Tetap saja salah. Aku me
Arsenio memasuki mansion. Bola matanya mengedar cepat. Memperhatikan sekelilingnya yang tampak sepi dan tenang. Saat di halaman depan pun, Arsenio tidak menemukan hal yang perlu diwaspadai. Pengamanan kali ini tidak seketat sebelumnya. Arsenio bisa merasakan adanya cela lebar di setiap area mansion.Bahkan anggota Setan Merah yang berjaga pun hanya beberapa orang saja. Tidak sebanyak di awal. Mungkinkah sesuatu terjadi, yang membuat Setan Merah pergi? Sekiranya itulah yang Arsenio pikirkan, sampai keningnya mengerut tajam. "Kamu kenapa?" tanya Malik heran, ketika mendapati Arsenio sedang celingak-celinguk.Arsenio menggeleng cepat. "Bukan apa-apa. Aku hanya sedang mencari Elisha. Mengapa dia belum keluar dari kamar," kilahnya sembari tersenyum kecil. Bersikap tenang, meskipun sedang berada di kandang macan. "Heum, aku akan minta pelayan untuk meminta Elisha cepat ...""Itu tidak perlu. Aku sudah siap!" seru Elisha dari lantai dua, sembari melenggang anggun menuju anak-anak tangga di
Sebelum melanjutkan sesuatu yang bahagia di kediaman Malik. Mundur satu hari sebelumnya. Leonardo sedang berkendara dengan kecepatan tinggi di jalanan beraspal Apple Blossom City. Pikirannya kacau balau, seperti sampah yang berserakan di di pembuangan terakhir. Tiba-tiba ponselnya berdering. Leonardo memilih untuk tidak mempedulikannya. Berpikir mungkin anak buahnya yang sedang menghubungi atau mungkin Malik. Bisa jadi, wanita licik itu, Elisha. Deringnya berhenti, setelah beberapa saat. Leonardo masih enggan melirik benda pintar yang tergeletak begitu saja di kursi sebelahnya.Leonardo hampir melewati perbatasan Apple Blossom City dengan Mugger City. Lagi-lagi ponselnya berdering, kali ini dengan hembusan napas malas, Leonardo melirik benda pintarnya yang terus menerus bernyanyi itu.Leonardo langsung menginjak rem, ketika mendapati nama yang tertulis di layar pipih itu.'Big Bos'Leonardo menepikan mobilnya ke sisi kiri. Tepat di bawah terowongan, yang menjadi pembatas dua wilayah
"Berhenti!" Anindira berteriak dari kejauhan. Ia baru saja tiba di sana, begitu mengejutkan sekaligus mengguncang mentalnya, mendapati dua pria yang sangat berarti dalam kehidupannya saling berhadapan.Leonardo memejamkan matanya erat-erat, merasakan adanya gejolak berbeda yang sedang menyerang raganya. Apa lagi kalau bukan suara dari wanita yang pernah mengisi relung hatinya itu.Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Around. Segera dia ingin melayangkan pukulan. Namun, sebelum tangan itu mampu mewujudkan keinginannya, Leonardo sudah lebih dulu menggenggam pergelangan tangannya. DOOOORRRR ...Leonardo melepaskan tembakan ke udara, lalu dalam hitungan detik dengan gerakan cepat dia memutar tubuh Around, sehingga posisi tangannya menekuk ke belakang. Menekan tubuh Around dengan sebelah kakinya. Sementara tangan yang satunya langsung menodongkan senjata. Alhasil, Around tak mampu berkutik. "Keparat kau, Leonardo!" Around mengumpat sambil meludahi wajah Leonardo. Emosinya memuncak lan
[SELAMAT!][Anda naik lima level.][Level anda saat ini, Mafia Bermerek #kelas kejam.][Sistem Mafia Terkuat telah diupgrade. Silahkan tekan 'Ya' untuk langkah selanjutnya.] Arsenio lantas menekan 'Ya', seperti yang diperintahkan. Ada perasaan was-was mengusik pikiran. Namun, segera dikendalikan kembali. TRING ...Cahaya jingga berkilau terang, membuat Arsenio menutupi matanya dengan sebelah tangan. "Apa yang terjadi?" Dia bertanya-tanya.Dalam hitungan detik, model dari layar notifikasi pun berubah. Tidak lagi seperti sebelumnya. Kali ini tampak lebih canggih, modern dan mengagumkan. [Selamat datang, dalam Sistem Mafia Terkuat type 5.0.]Tidak seperti sebelumnya, hanya berupa tulisan, yang terbaru ini, selain tulisan muncul juga suara laki-laki. [Kali ini, untuk bisa mendapatkan Poin Kemenangan dan Poin Aksi akan berbeda.]#1. Setiap kali melakukan perlawanan fisik, akan mendapatkan Poin Aksi.[Satu pukulan = 5 Poin Aksi.][Dua pukulan = 10 Poin Aksi][Tiga kali pukulan bertubi
Sementara itu, di rumah sakit All Star Hospital. Ruang VVIP, yang kini sudah tak ditempati lagi. Namun, sudah berdiri banyak orang di sana. Pria tua sambil membawa tongkat besi, yang diperuntukkan untuk menopang langkahnya setiap waktu. Ada lima pria bertubuh atletis dan otot-otot kekar, menggambarkan bahwa mereka rajin berolahraga. Akan tetapi, sedang menundukkan kepala di hadapan pria tua tersebut, tanpa sepatah kata. PLAKKKK ...PLAKKKK ...Suara tamparan terdengar nyaring, menyeruak mengisi ruangan tersebut. Mereka tertunduk malu, menyembunyikan wajah yang memerah akibat luapan emosi pria tua itu. Alexander Guan menatap nanar mereka sili berganti. Wajah yang semula sudah memerah, kini berubah kelabu. Terbayangkan bagaimana marah sekaligus kecewanya, ketua Naga Merah itu?Dirinya yang baru saja kembali dari genung All Star Group, setelah memeriksa kondisi perusahaan itu, tak menduga akan mendapatkan kejutan luar biasa diluar dugaan. "Apa-apaan ini?! Bagaimana bisa, Arsenio perg
DWAAARRRRRR ...Leonardo melemparkan sebuah bom, berukuran bola bekel ke arah Arsenio. Sebelum pemuda tiga puluh tahun itu sempat menjauh, bom tersebut sudah meledak lebih dulu di udara. Kekuatan ledakannya tidaklah besar. Namun, setidaknya mampu membuat Arsenio tersungkur di tanah dengan posisi tengkurap."Tuan Muda!" Bastian berlari setelahnya. Tak peduli asap yang masih membumbung di sana. Dia menutup hidung dan mulutnya dengan sebelah tangan, supaya asap bekas ledakan tidak terhirup."Cepat, tangkap Malik dan seluruh orang yang ada di sini!" titah Alexander Guan cepat."Baik, Tuan!"Cale bergegas pergi. Nyatanya, kedua pria yang seperti langit dan bumi itu, tidak datang seorang diri. Sudah bersiap anggota Naga Merah di belakang. Berjaga-jaga untuk memungkinkan yang ada.Perintah telah diturunkan, mereka segera bergerak. Mengepung area halaman luas itu, dengan membawa persenjataan lengkap.Malik yang memang sudah tidak memiliki tenaga lagi, masih berusaha untuk melawan Anggota Naga
Sky Blue Hospital. Tiga puluh tahun yang lalu.Mobil ambulance baru saja berhenti tepat di depan pintu masuk. Para petugas medis, bergegas mengeluarkan pasien yang berada dalam kondisi kritis dan hamil besar. "Nyonya besar, sepertinya akan melahirkan!" terang Bastian, yang masih berusia dua puluh tahun saat itu. "Baik!" Dokter itu mengangguk, segera dia memerintahkan stafnya untuk membawa wanita hamil tersebut ke ruang bersalin. Namun, sebelum itu Clarissa berucap lebih dulu. "Sematkan keturunan ini!" Dia mengangkat sebelah tangannya dan mata berkaca-kaca. Wanita cantik itu, kembali menjerit dan meringis kesakitan. Seluruh tubuhnya sudah bermandikan keringat dan cairan merah mengalir dari kedua pahanya.Tidak ada yang dipikirkannya selain merasakan nyeri luar biasa di bagian perutnya."Nyonya tenang saja. Kami akan menyelamatkan Tuan Muda kecil." Dokter menjawab dengan nada bergetar. Ia tak bisa memastikan apakah bayi alam kandungan itu akan selamat atau tidak? Keberhasilannya san