SELAMAT MEMBACA SEMUANYA.
...Sudah cukup lama Tara dan Dinda menunggu Nita dan Ares yang tak kunjung masuk ke dalam rumah. Setelah beberapa menit berlalu tanpa kabar, Tara akhirnya bangkit dari duduknya.“Bentar ya, Mbak. Tara cek Mbak Nita sama Ares dulu. Kok lama banget,” ucapnya sambil melangkah pergi menyusul Ares yang tadi terlihat bicara dengan Satria di depan rumah.Dinda hanya mengangguk pelan, lalu kembali fokus pada gulungan kertas kado di tangannya—melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.Begitu tiba di depan pintu, Tara langsung mendapati Nita masih berdiri bengong bersama Ares. Ia memicingkan mata, heran.“Kok pada bengong sih? Masuk, elah,” gerutunya ringan, lalu ikut menoleh ke arah yang sama dengan mereka. Pandangannya langsung tertahan.Di sana, dua mobil terparkir: satu Hyundai Ioniq 5 berwarna midnight black pearl milik Satria, dan satu lagi mobil pick-up terdapat tiga kardus besar. Tara mengerutkan dahi, biSELAMAT MEMBACA SEMUANYA....Sudah cukup lama Tara dan Dinda menunggu Nita dan Ares yang tak kunjung masuk ke dalam rumah. Setelah beberapa menit berlalu tanpa kabar, Tara akhirnya bangkit dari duduknya.“Bentar ya, Mbak. Tara cek Mbak Nita sama Ares dulu. Kok lama banget,” ucapnya sambil melangkah pergi menyusul Ares yang tadi terlihat bicara dengan Satria di depan rumah.Dinda hanya mengangguk pelan, lalu kembali fokus pada gulungan kertas kado di tangannya—melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.Begitu tiba di depan pintu, Tara langsung mendapati Nita masih berdiri bengong bersama Ares. Ia memicingkan mata, heran.“Kok pada bengong sih? Masuk, elah,” gerutunya ringan, lalu ikut menoleh ke arah yang sama dengan mereka. Pandangannya langsung tertahan.Di sana, dua mobil terparkir: satu Hyundai Ioniq 5 berwarna midnight black pearl milik Satria, dan satu lagi mobil pick-up terdapat tiga kardus besar. Tara mengerutkan dahi, bi
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA....Tiga hari lagi adalah hari ulang tahun Ares yang keempat. Saat ini, Nita, Tara, dan Dinda sedang sibuk membungkus kado-kado untuk para tamu undangan. Sementara itu, si kecil Ares hanya duduk diam memperhatikan ketiga orang dewasa itu dengan raut bingung.Lalu, kenapa ada Dinda? Jawabannya: karena Tara yang memintanya datang untuk membantu mempersiapkan semuanya.Dan apakah Putra tahu soal kehadiran Dinda? Tentu saja tidak. Putra sedang ada urusan pekerjaan di Jakarta dan baru akan pulang dua hari lagi.Ares terus mengamati mereka membungkus kado. Kepalanya miring ke kanan, lalu ke kiri, lalu kembali ke kanan. Alisnya berkerut, dan bibir mungilnya manyun.“Miss Dinda… itu buat Yes?” tanyanya polos sambil menunjuk ke salah satu kado yang sedang dibungkus Tara.Dinda tersenyum. “Bukan, Sayang. Itu buat teman-teman Yes yang datang nanti.”Ares semakin bingung. “Loh… kenapa Yes enggak dapat? Kan
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA…Putra termenung di balik meja ruang kerjanya.Tatapannya kosong, tertuju pada layar laptop yang bahkan tak menyala. Sudah dua hari sejak Tara—adik sepupunya—mengaku menyukai Dinda. Entah serius atau hanya bercanda, ucapan itu terus berputar di kepalanya.Sejak saat itu, pikirannya tak pernah benar-benar tenang. Sunyi terasa nyaring, diam terasa penuh tanya. “Apa yang harus aku lakukan?” gumamnya pelan. Logika dan hatinya terus bertarung—tanpa henti, tanpa pemenang.“Sial…” seru Putra, sedikit berteriak sambil mengacak rambutnya dengan kesal.Di luar, Ares yang hendak masuk ke ruang kerja menatap ayahnya dengan heran.“Papa?” panggilnya pelan dari ambang pintu.Putra tersentak, cepat menoleh ke arah suara itu. “Hey, boy. What’s wrong?”Ares menggeleng pelan, lalu berjalan menghampiri sang ayah. Begitu sampai di depan Putra, ia langsung merentangkan kedua tangannya, meminta digendong.Putra menyam
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA…Walau tadi siang Tara dimarahi oleh Putra karena telah membuat Ares menangis. Tapi yang namanya Tara, tentu saja tak kapok. Meski sempat berkata tak akan mengganggu Ares lagi, kenyataannya mulutnya tetap gatal untuk iseng.Seperti sekarang. Mereka sedang duduk di meja makan untuk makan malam, tapi tetap saja ada keributan—lebih tepatnya, keributan yang diciptakan oleh ulah Tara."Oh, ayo, Cil. Kamu itu masih kecil, bagian paling bagus buat kamu itu dada ayam," ujar Tara sambil menyodorkan sepotong ayam goreng bagian dada ke arah Ares.Ares langsung cemberut. Ia tak terima karena tidak suka bagian dada."Yes tidak suka, Om Tala!" protesnya, lalu mengembalikan ayam goreng itu ke piring lain.Tara masih mencoba membujuk. "Ayolah, Cil, kamu tuh—"Ucapan Tara langsung dipotong oleh Ares, "Tidak mau, Om Tala. Papa aja selama ini kasih Yes bagian paha, kok!""Itu karena papamu nggak tahu mana yang ter
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA … Sudah dua hari Tara menginap di rumah Putra. Entah apa alasannya, ia hanya bilang ingin menghabiskan sebagian libur tengah semesternya di Bandung. Dan ya, selama dua hari ini, kediaman Putra jadi jauh lebih ramai—bukan oleh tamu, tapi oleh pertengkaran kecil antara Tara dan Ares. Setiap paginya, pasti saja ada hal yang diributkan—seperti saat ini. “Papa! Om Tala ngumpetin Dino Yes!” teriak Ares nyaring hingga suaranya menggema di seluruh rumah. “Enggak, ya! Itu salah Ares yang duluan jahil sama Om. Siapa suruh bangunin Om jam enam kurang, pakai suara sirine segala!” bela Tara dengan suara parau dan wajah bantalnya khas bangun tidur. Ares yang kesal karena Tara terlalu tinggi, menaiki kursi makan dengan susah payah demi bisa menatap 'musuhnya' itu lebih dekat. “Apa itu 'suala silen'?” protesnya, mengernyit. “Kan Yes cuma nyanyi lagu dinoooosawuuuus!” Wajahnya menatap Tara dengan sengit dari atas kursi, meski tinggi badannya tetap belum
SELAMAT MEMBACA SEMUANYA…Hari itu, hujan turun tipis seperti kabut yang enggan pergi dari langit. Di dalam rumah, suasana tetap hangat. Ares sedang bermain di ruang tamu dengan dua robot plastiknya, boneka ikan Si Upang, Smurfs, dan tentu saja—Dino.Di meja ruang tamu, Putra duduk bersama sepupunya, Tara—putra dari Jordan Perzando, yang tak lain adalah adik ayah Putra, Johan Perzando. Keduanya menikmati secangkir teh hangat sambil mengobrol ringan.“Gimana kuliah kamu? Lancar?” tanya Putra pada Tara.Tara mengangguk ringan. “Aman, Bang. Lancar-lancar aja, kok,” jawabnya. “Kerjaan Abang gimana?” lanjutnya bertanya.“Alhamdulillah, sejauh ini aman-aman aja,” jawab Putra.“Kalau ngurus si bocah gimana, Bang?” tanya Tara sambil menunjuk Ares dengan dagunya.Putra terkekeh sebelum menjawab, karena saat itu Ares tiba-tiba nyungsep di atas karpet saat hendak mengambil boneka Upangnya.“Untuk sejauh ini gue masi