Sentuhannya terasa memabukan. Merasa sangat familiar dan ingin terus memohon padanya jangan sampai semua kenikmatan yang aku rasakan sekarang hilang.
Aku menatapnya seperti anak anjing dan dia tahu itu, saat tangannya menyusuri perutku yang rata. Aku haus dengan semua sentuhan laki-laki ini.
"Bagaimana, gadis bodoh?" Aku tahu itu sebuah hinaan tapi aku malah mengangguk, tapi mengerti dengan otak bodoh dan mesum pula.
"Kau akan menyesal!" Aku menggeleng, saat Edmund membasahi bibirnya, aku menggigit bibirku dan menatapnya, dia menatapku miring saat jari-jari tangannya yang panjang menyusuri celah sempit milikku yang sudah basah, aku terbaring pasrah saat tangan Edmund menggerayangi seluruh tubuhku.
Tangannya menyusuri kaki jenjang milikku. Dia menciumnya begitu dalam, tatapan matanya begitu dalam dan panas membuatku ingin meledak seketika. Ya Tuhan, laki-laki ini memuja seluruh tubuhku. Apa aku bisa bilang seperti itu? Lihat! Edmund seper
Aku pikir, setelah dia mencolok tubuhku dia akan berubah sedikit lembut. Nyatanya Edmund tetap seperti setan yang berbuat semena-mena. Aku hanya memasang wajah cemberut karena terlalu kesal pada Edmund.Dia menyuruhku untuk laundry. Masih pagi sekali sekarang, padahal aku ingin tidur dengan selimut busuk milikku dan bermimpi indah. Terbebas dari kukungan Edmund brengsek."Tuhan, kenapa aku harus punya bos brengsek seperti ini?""Aku mendengarnya!" Suaranya membuatku langsung melototkan mataku. Semoga dia tidak menambahkan hutangnya dan membuatku seperti budak. Jika aku anak kecil, aku akan mengadu pada orang tuaku jika Edmund jahat, walau dia tampan dan kaya. Oh shit! Kenapa kau harus memuji Edmund brengsek itu? Baiklah, aku menarik kembali kata-kataku.Aku melirik ke samping, Edmund yang memakai kemeja berwarna baby blue dinaikkan sebatas sikunya dan tidak dikancing menampakkan dadanya yang berbulu. Tahukah dia jika otakku ini mes
Aku berusaha untuk melepaskan pakaian yang melekat di tubuhku, aku tidak kuat lagi. Rasanya sangat menyiksa.Aku terduduk di atas ranjang, dengan Edmund yang memperhatikanku dengan tatapan mencemooh."Kau tidak ingin menyentuhku, Tuan?" Aku memohon padanya, tapi Edmund hanya tersenyum miring. Jika tubuhku tidak panas seperti ini, aku tidak akan meminta padanya.Aku bangkit, menanggalkan blazer yang melekat di tubuhku, mendekati Edmund, menjilati bibirku, aku akan menggoda dirinya. Kuhirup aroma tubuhnya dalam, mengelus-elus dada Edmund yang hanya menunduk melihatku seperti cacing tersiram minyak panas."Tuan ..." Itu ada suara memohon dan juga penuh godaan, Edmund tidak terpengaruh sama sekali. Aku menutupi mataku, menggigit bibirku ingin disentuh, aku ingin jari-jari tangan Edmund menyentuh seluruh tubuhku. Menunggu begitu lama, tapi saat membuka mataku, Edmund tak kunjung menyentuhku, sialan! Bahkan aku sudah merendahkan harga di
Aku menatapnya diam, aku menyukai semua yang ada dalam dirinya. Baiklah! Jangan kalian berpikiran jika aku jatuh cinta pada bajingan ini. Terlalu dini bicara cinta, memangnya siapa yang mau hidupnya terus tersiksa karena hidup bersama Edmund bastard?Saat jari-jari tangannya yang panjang memegang gelas cocktail tersebut membuatku meremas tangannya sendiri. Edmund terlalu sempurna untuk kugapai. Oh shit! Setan apa yang sedang merasuki pikiranmu, Em?Kami masih berada di rumah Edmund. Laki-laki itu sedang berada di luar, setelah acara minum teh bersama, sekarang Edmund ingin minum itu. Walau dengan pakaian kerja yang menempel di tubuhnya tapi dia tetap terlihat tampan, entah kenapa akhir-akhir ini aku melihat Edmund sebagai orang yang tampan.Harusnya Edmund jelek seperti setan bukan? Baiklah, aku memang belum pernah melihat setan, walau perlakuan Edmund lebih dari setan, jadi secara tidak langsung aku berinteraksi dengan setan setiap saat.
"Hati-hati, Tuan. Jangan merindukan aku." Aku menyeka air mata kosong agar terlihat menyakinkan, seolah aku akan kehilangan Edmund saat dia pergi. Padahal, inilah yang aku nantikan.Edmund hanya berekspresi datar. Dasar tuan brengsek!Edmund ada perjalanan bisnis ke Dubai seperti yang dia bicarakan dengan Ayahnya, walau aku tidak mengerti pekerjaan apa yang dimaksud, levelku hanya sebatas budak Edmund. Menyedihkan sekali bukan?Edmund akan menggunakan jet pribadi milik keluarganya, otakku menghitung-hitung berapa banyak uang yang mereka habiskan, tapi tidak sampai! Otakku hanya mampu menghitung sampai $1000 selain itu kosong.Edmund sudah sangat rapi, hari ini dia memakai sopir dan mengantarkannya ke bandara, Edmund pergi sekitar tiga atau lima hari. Dan hari-hari itu bisa kugunakan untuk berpesta, dan bisa manja-manja seperti Emerald yang jorok. Aku akan pulang ke flat milikku dan melakukan kebiasaan buru
Aku berkaca di depan cermin. Midi dress dengan model kerah heart dan lengan puff sleeves, berwarna nude menambah kesan mewah dan sexy, aku merasa jadi kembaran Kendall Jenner, mungkin sedikit kaca mata hitam, dan heels berwarna nude, menambah semuanya kian sempurna.Dress ini adalah pilihan Daniel, dia mengirimkan untukku walau aku belum mengkonfirmasi padanya, dia benar-benar seorang laki-laki sejati. Semoga semua kebohongan ini tidak terbongkar.Aku cukup merasa percaya diri malam ini, memakai makeup, dan langsung menanyakan Daniel untuk bertemu di tempat yang dituju, tentu saja akan ada candle light dinner yang romantis.Aku memonyongkan bibirku seperti Kendal Jenner agar malam ini Daniel benar-benar terkesan dengan penampilanku."Kau memang cantik, Em. Kau harus jadi orang kaya dan bisa membalas semua perbuatan Edmund." Aku berkata sambil mengangkat kedua alisku, benar-benar berjanji!Manusia sampah seperti Edmund
Kami tiba di Dubai siang hari, matahari begitu terik, aku sangat mengantuk karena tidak tidur sama sekali, dan masih menyimpan dendam Edmund sialan itu!Bahkan seluruh dokumen untuk pergi ke luar negeri milikku sudah tersedia, aku baru tahu ternyata begini perjalanan orang kaya. Kami langsung menuju hotel Edmund menginap, aku mengira jika Edmund menetap di Burj Khalifa, tapi sepertinya bukan di situ.Masih menaruh dendam yang begitu besar pada laki-laki sialan itu, walau tubuhku terasa remuk dan mengantuk luar biasa. Aku hanya ingin tertidur walau di pinggir jalan. Jika di depanku ada jembatan aku akan meloncat dan membiarkan diriku terhanyut daripada bersama Edmund sialan itu.Kami tiba di penginapan Edmund yang hotelnya begitu besar dan megah, berada di sini membuatku semakin merasa kecil dan hina seperti seekor semut.Sudah waktu istirahat, Edmund sedang makan siang, jadi aku langsung menuju restaurant, melihat si bajingan itu s
Aku duduk di hadapan Edmund sambil mengoles mentega ke roti milikku, Edmund hanya menyesap kopi miliknya. Dia begitu ketagihan dengan kopi.Di depan kami sudah tersedia banyak makana terdiri dari pastry atau roti, mentega, selai, kopi, teh, susu, dan buah-buahan. Aku mengambil buah blueberry dan memasukan dalam mulut.Mungkin besok kami akan kembali ke California dan menjalani rutinitas yang penuh siksaan. Aku mendesah lelah, tapi tidak bisa berbuat banyak jika ini yang harus kulakukan. Mengambil buah-buahan dan meletakan di atas roti milikku, dan memakan dalam gigitan besar membuat Edmund terus memperhatikanku. Ada enaknya hidup dengan bastard ini, aku bisa mencoba berbagai makanan enak dan mahal, tanpa makan sandwich setiap hari dalam satu bulan penuh, walau penyiksaan batin yang kuterima luar biasa."Jadi, apa jadwal kita apa, Tuan?""Bukankah kau yang mengatur jadwalnya?" Oh ya, dia benar juga. Hanya saja, Edmund tidak memberi
Aku melihat gumpalan awan yang terlihat cantik, dengan warna putih walau mereka bisa saja berubah jadi monster, dan tiba-tiba menghisap diriku dalam lubang hitam dan aku mati, terbawa arus.Aku hanya melihat ke luar dengan perasaan yang hancur, perasaan yang mati. Aku menghindari Edmund sialan itu, walau sedang berada dalam jet mewah miliknya. Aku menyandarkan kepalaku di jendela pesawat dan merenungi nasibku yang tidak ada bagusnya.Edmund, bastard sialan itu benar-benar membuatku di neraka.Aku hanya tersenyum saat pramugari memberi makanan padaku, senyumannya hangat dan teduh, aku merindukan Mommy, terkadang aku hanya ingin kembali menjadi anak kecil."Mungkin kau ingin bergabung dengan Tuan Edmund?" Aku menggeleng, dan hanya kembali menatap ke luar. Laki-laki bajingan itu sedang berkumpul dengan beberapa kolega bisnisnya yang akan melakukan perjalanan ke Amerika. Walau dalam pesawat, aku bisa mendengar suara mereka tertawa bers