Share

bab 7. Daging atau Lengkuas

Acara perkenalan dokter Marzuki telah usai, dan seluruh perangkat desa beserta seluruh keluarganya diundang dalam rangka makan bersama dengan dokter Marzuki tersebut.

"Mbak, kamu ikut makan bersama dengan dokter Marzuki gak?" sebuah tepukan membuatku menoleh.

Rama.

"Ikutlah. Kan aku lapar. Kamu sendiri ikut nggak?" tanyaku pada Rama.

"Ikut juga dong. Rejeki nggak boleh ditolak. Pamali." Rama cengengesan.

"Ya sudah. Ayo ke ruang tengah balai desa," ajakku.

"Ayok. Tapi bukankah Mbak tadi sudah makan sebelum berangkat ke balai desa?" tanya Rama.

"Ye biarin. Kan lapar lagi, Ram. Masak sih nggak boleh makan lagi?!" tanyaku sewot.

"Mbak lapar apa mau pedekate sama dokter Marzuki?" tanya Rama penuh selidik.

Aku melempar tatapan maut padanya. "Emang apa urusannya sama anak kecil kayak kamu?!" tanyaku sewot.

"Jangan panggil aku anak kecil, Mbak La. Namaku Rama!" Seru Rama sambil ngeloyor mendahuluiku ke ruang tengah balai desa.

"Dasar aneh, Rama. Kalau enggak belajar, ya pasti nonton kartun. Capek deh," gumamku dalam hati, tapi tak urung, aku mengikutinya juga.

"Mbak, lihat! Keduluan tuh sama Mbak Juleha sama Mbak Ayu. Mereka nempel-nempel ke pak Dokter!" Seru Rama sambil menunjuk kedua teman sekolahku itu.

Aku menghela nafas panjang. "Biarin Ram. Biar saja mereka caper sama dokter Marzuki. Tapi Mbak yakin dokter Marzuki itu jodohnya Mbak," sahutku.

Rama tertawa mendengarnya. "Ya sudah, ayo ambil makanan Mbak." Rama mendahuluiku mengambil piring.

Ayah Juleha yang merupakan bendahara desa dan paman Ayu yang merupakan kepala desa ini pasti membuat mereka mudah mendapatkan akses untuk ikut makan bersama dokter Marzuki.

Aku pun mengambil piring dan mulai menata nasi serta lauknya. Ada bakso, sate, capcay kuah, nasi goreng, dan rendang.

"Wah, disini ada yang baru jadi korban gosting lo, Dok," kata Juleha sambil melirik ke arahku.

Dokter Marzuki memandangku tanpa berkata apa-apa.

"Iya. Makanya jadi cewek jangan kecentilan deh. Dibaikin cowok, eh jadi gede rasa," timpal Ayu memanaskan suasana.

Aku menghela nafas. "Setidaknya aku cukup tahu diri, kalau mengaku sudah punya pacar, nggak ganjen sama laki-laki lain. Sampai bikin risih ngeliatnya," sahutku.

"Apa kamu bilang, La?!" Juleha melotot mendekatiku.

"Ju, jangan!" Ayu berdesis lirih seraya menggelengkan kepalanya. "Ada banyak orang disini. Jangan bikin keributan. Itu bukan tujuan kita kesini kan?" sambung Ayu lagi.

Juleha berdecak kesal tapi dengan menghentakkan kaki dia tetap menuju ke arahku. Beberapa pasang mata mulai memperhatikan kami.

Dokter Marzuki yang sudah selesai mengambil makanan menyingkir ke arah bapak-bapak. Dengan menggandeng anak perempuan nya, dokter itu lalu duduk dan makan dengan tenang.

Aku terdiam sambil tetap mengambil rendang yang ada di hadapanku. Tiba-tiba gerakan tanganku terhenti saat melihat Juleha yang menyerobot daging besar yang menjadi incaranku.

"Wah, ada daging besar. Cocoklah sama yang kurus seperti aku. Yang punya badan sudah berisi, lebih baik mengalah ya," tukas Juleha.

Aku tersenyum. 'Terserah Lu deh, Ju!' bisikku dalam hati.

Juleha dan Ayu bergegas mendekati kursi dokter Marzuki. Sementara aku memilih agak jauh ke dari mereka. Tapi aku masih bisa mendengar percakapan mereka.

"Semoga kerasan tinggal di daerah sini, Dokter." Terdengar suara pak Jamal, kepala desa yang juga merupakan paman Ayu.

"Amiin, terimakasih. Insyaallah saya betah. Warga di sini ramah, udaranya sejuk dan makanannya pun cocok di lidah saya," sahut dokter Marzuki tersenyum.

"Wah, Alhamdulillah kalau begitu. Kalau pak Dokter ingin sarapan atau beli lauk, di sini juga ada beberapa warung. Yah, seadanya ya Pak Dokter. Warung ala desa," timpal pak Harun, bendahara desa alias ayah Juleha.

"Iya Pak. Tidak usah khawatir. Saya tidak rewel kalau masalah makanan. Yang penting bersih dan bergizi."

"Kalau butuh bantuan apapun itu, silakan hubungi kami, Dok." Bapakku menimpali.

Dokter Marzuki tersenyum dan mengangguk.

"Apa Dokter sudah punya calon ibu untuk anaknya? Maksud saya, kalau pak Dokter sudah punya calon istri, lebih baik menikah lagi dan diajak kesini. Soalnya kalau malam, suasana desa ini sepi. Takutnya pak Dokter kesepian," sambung pak Harun.

'Wah, kayaknya pak Harun sedang cari mantu nih,' bisik hatiku.

Tapi tak urung aku, Juleha, dan Ayu tampak menunggu jawaban dokter Marzuki dengan harap-harap cemas.

Juleha bahkan dengan terang-terangan menghentikan suapan makannya dan memadang Dokter Marzuki tanpa berkedip.

"Saya belum memikirkan cari istri. Masih fokus bekerja dan merawat anak saya, Pak."

Hhhhh. Alhamdulillah. Masih jomblo. Eh.

"Wah, bagus itu. Tapi kalau pak dokter sedang bekerja, anaknya nanti di rumah dengan siapa?"

"Saya ajak saja Yasmin ke puskesmas, pak Jaka. Dia bisa bermain apapun di taman puskesmas yang ada perosotan nya. Yah, kira-kira sampai nanti saya mendaftarkan kan Yasmin ke KB atau paud.

Kalau memang butuh pengasuh, ya nanti saya mencari orang yang butuh pekerjaan untuk menemani Yasmin saat saya bekerja maupun antar jemput dia ke sekolah nya."

"Dok, boleh tanya?" Juleha pun angkat bicara. Aku meliriknya yang sedang berusaha makan dengan anggun.

"Rumah dokter Marzuki sebenarnya dimana?" tanya Juleha dengan suara dibuat sehalus mungkin.

"Wah, sepertinya anak pak Harun ingin mengenal Dokter Marzuki lebih jauh ya?!" tanya pak Jamal tersenyum.

"Nggak apa-apa kan, Dok? Tak kenal, maka ta'aruf. Ya kan?" Pak Harun tampak membela anaknya.

Semua yang hadir di ruangan tersenyum.

"Rumah asli saya di Surabaya, Mbak. Nanti boleh lah kalau ada yang mau berkunjung ke rumah saya," sahut dokter Marzuki tersenyum.

Juleha pun tersenyum sambil menyendok daging besar yang ada di piringnya, yang tadi sempat menjadi incaranku.

Dan dalam sekali suapan, daging itu masuk ke dalam mulutnya. Seketika wajah Juleha memerah. Dia terbatuk-batuk dan mengeluarkan lagi daging yang ada di mulutnya dengan muka merah padam.

"Uhuk-uhuk!"

"Kamu kenapa, Nduk?" tanya pak Harun khawatir.

"Nggak apa-apa, Pa. Cuma ini Juleha makan lengkuas yang dikira daging," sahut Juleha sambil tersipu.

Aku tersenyum dalam hati. Rasain!

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status