Home / Romansa / MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA / bab 6. Pertanyaan untuk Dokter Marzuki

Share

bab 6. Pertanyaan untuk Dokter Marzuki

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2023-05-17 18:02:11

Aku menelan ludah dan berdiri. Sementara bapak yang ada di depan selaku moderator mendelik melihatku, seolah anaknya ini bisa kentut sewaktu-waktu.

"Anu ... Dok, itu ...,"

"Sebutkan nama dulu, Mbak," tukas dokter Marzuki tersenyum.

"Uhm, baik."

Aku mendelik pada Rama yang cengengesan di belakangku. 'Awas saja sampai rumah kamu nanti!'

"Nama saya Layla. Tapi bukan Layla dan Majnun," tukasku tersenyum malu. 'Tapi Layla dan Marzuki,' lanjutku dalam hati.

"Ya Mbak Layla. Silakan pertanyaannya?"

"Dokter, sebenarnya saya mau nanya. Saya itu kadang suka pusing kalau enggak sarapan. Itu kenapa ya Dok?" tanyaku akhirnya.

Dokter muda itu tersenyum. "Baik, Mbaknya suka pusing? Kalau pusingnya suka nggak sama Mbak? Kalau pusingnya nggak suka sama Mbak, mending Mbak tinggalin deh. Karena tandanya cinta Mbak bertepuk sebelah tangan."

Geerrrr!

Terdengar gemuruh dan beberapa tawa di penjuru balai desa ini.

Dokter Marzuki tersenyum lagi. Kan, hobi kok tersenyum sih. Kan jadi bikin gede rasa!

"Bercanda ya Mbak. Kepala pusing itu pada usia muda, biasanya terjadi karena beberapa hal. Yang pertama adalah anemia atau kurang darah akibat diet atau makanan yang dikonsumsi kurang bergizi dan menstruasi yang berlebihan. Kedua hipoglikemia atau menurunnya kadar gula darah dalam darah, ini disebabkan karena diet sehingga asupan karbohidrat kurang.

Yang ketiga teknan darah rendah. Bisa diakibatkan karena kurang istirahat. Lalu yang keempat bisa karena stres. Stresnya macem-macem sebabnya bisa karena faktor pelajaran yang menumpuk, mikirin ulangan, atau pacar. Kalau Mbak Layla ingin mengetahui penyebab pasti pusingnya, silahkan datang ke puskesmas besok. Sudah jelaskan Mbak Layla?" tanya dokter Marzuki panjang lebar.

Aku mengangguk dan merasa berdebar. Duh, senyumnya membuat diabetes, kata-katanya membuat jantung berdebar lebih kencang. Kalau bisa jadi istrinya, entah apa yang akan terjadi pada diriku. Ya Allah!

"Untuk warga yang lain, ada lagi yang ditanyakan?" tanya dokter yang mirip dengan Rey Mblayang itu tersenyum.

"Saya!"

"Saya!"

"Saya!"

Beberapa emak-emak tampak mengangkat tangan, termasuk emakku yang rupanya telah pindah duduk di bangku depan sendiri. Huft, entah kapan ibuku berteleportasi ke sana.

Aku menahan tawa, saat melihat reaksi bapak yang mendelik saat melihat ibu ikut mengacungkan tangan. Wah, ada apa dengan wanita yang telah melahirkanku? Apa yang akan ditanyakannya? Semoga bukan pertanyaan aneh bin ngawur.

"Baiklah, silakan Mbak yang berjilbab hitam di depan." Terdengar suara dokter Marzuki sambil menunjuk teman di samping Juleha.

"Dokter Marzuki, perkenalkan nama saya Ai, lengkapnya Ai lope you. Eh, bercanda Dok. Nama saya Ayu." Ayu yang duduk di sebelah Juleha bertanya dan tersipu diiringi gumaman dari beberapa warga desa.

Hadeuh, Ayu!

Dokter Marzuki tertawa meihat Ayu yang sepertinya nervous itu. "Silakan pertanyaannya dilanjutkan Mbak Ayu," kata dokter Marzuki.

"Saya punya banyak jerawat nih. Boleh dong beri saran agar jerawat saya menghilang dari wajah?" tanya Ayu.

"Ehem, jerawat ya." Dokter Marzuki tampak berpikir sejenak.

"Coba Mbak, jerawatnya disayang-sayang. Karena sesuatu yang disayang-sayang biasanya akan menghilang dengan sendirinya."

Geeerr lagi. Dan Ayu tampak tersenyum simpul.

"Kalau masalah jerawat sebenarnya tergantung beberapa hal ya Mbak Ayu, sebenarnya yang lebih berhak menjawab adalah dokter kulit, tapi saya akan menjawab secara umum. Pertama penyebab jerawat itu adalah ketidakseimbangan hormon, stres berlebih, kurang nya menjaga kebersihan wajah, terlalu banyak makan yang berminyak dan juga tidak cocok dalam hal kosmetik."

Dokter Marzuki terdiam sejenak memandangi kami yang terdiam dan menunggu lanjutan jawaban dokter Marzuki.

"Cara agar jerawat berkurang atau menghilang adalah makan-makanan yang segar, buah dan sayur, mengurangi gorengan, menjaga kebersihan wajah, kalau bisa menghindari stres, dan memakai kosmetik yang cocok Mbak Ayu. Seperti itu. Apa bisa dipahami?" tanya dokter Marzuki.

Ayu mengangguk dan wajahnya tampak sumringah. Ah, sepertinya bukan hanya wajah Ayu yang sumringah. Tapi wajah semua warga terutama bani Hawa di sini pasti bersemangat mempunyai seorang dokter yang seperti dokter Marzuki.

Bapakku melihat arloji sejenak lalu menulis sesuatu di atas kertas dan memberikannya pada dokter Marzuki.

Dokter Marzuki menerima secarik kertas tersebut, lalu tersenyum dan mengangguk-angguk.

"Baiklah, mengingat jamnya yang terbatas, boleh deh satu pertanyaan lagi. Silakan," kata dokter Marzuki.

Beberapa orang mengangkat tangan. Dan suasana di balai desa bergemuruh sekali lagi.

"Baiklah, karena tadi dua perempuan. Sekarang silakan bapak yang berkopyah hitam dan duduk di depan untuk bertanya," tukas dokter Marzuki tersenyum sambil menunjuk pak Agus yang merupakan pak RT dengan jempol tangan kanannya.

Pak Agus pun mengajukan pertanyaan dan dijawab dengan baik pula oleh dokter Marzuki.

"Baiklah, karena menurut pak Jaka waktu sudah habis, saya berikan lagi micropone ini pada beliau selaku moderator." Dokter Marzuki lalu menyerahkan micropone pada bapakku yang segera menutup acara perkenalan dokter Marzuki.

Next?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 97. Kematian Tiara (Tamat)

    Tiara mendelik, dia langsung terduduk di ranjang hotel dan memutar ulang video yang menampilkan sosoknya yang sedang marah-marah. "Sial*n! Siapa yang telah merekam dan mempermalukanku? Ini pasti kerjaan bocil genit itu! Bisa-bisa nya mas Marzuki mencintai anak kecil padahal aku masih hidup. Aku tidak terima! Aku akan membalas bocil itu!"Tangan Tiara mengepal. "Tapi apa yang bisa aku lakukan untuk membuat mas Marzuki meninggalkan bocil itu?!"Tiara berdiri lalu mondar mandir di dalam kamar hotelnya, mencari ide untuk membuat Marzuki membenci Laila. Mendadak sebuah ide terlintas di kepalanya. "Ah, betul juga! Kalau wajah Laila menjadi cacat, Mas Marzuki dan Yasmin pasti tidak mau mendekati bocil itu lagi. Dan saat itulah aku akan merebut perhatian mereka. Mereka pasti akan menerima perhatian dariku," desis Tiara dengan penuh keyakinan. Dia lantas membuka internet lalu mencari tahu di online shop tentang barang yang bisa membantu rencananya. ***Laila dengan tangan gemetar mencelupk

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 96. Tiara Ditalak

    Tiara yang sudah mengenal suara di belakang nya menghela nafas dan berbalik ke belakang. "Hai, Mas Rizki. Kamu sampai di sini juga?" tanya Tiara berbasa basi seraya menyedekapkan kedua tangan di depan dadanya. "Tentu saja. Setelah kamu minggat, aku langsung memerintahkan orang untuk mencari keberadaan kamu. Ternyata kamu di sini. Jauh-jauh dari jakarta ke kota terpencil ini hanya untuk mengganggu suami orang. Ck, ck, aku tidak menyangka kalau kamu akan berbuat sesuatu seperti ini. Kamu benar-benar berbakat menjadi pelakor, Ti," sahut Rizki, sang suami. Tiara tergelak. "Pelakor? Hati-hati kalau kamu bicara, Mas! Dia mantan suamiku, jadi aku ...""Memang di masa lalu, dia adalah suami kamu. Tapi saat ini dia kan sudah mempunyai keluarga baru, istri baru, seharusnya kamu tahu diri dan tidak merusak kehidupan rumah tangganya!"Tawa Tiara semakin terdengar keras. "Hahaha! Kamu ini lucu sekali, Mas! Kamu dulu menjadi pebinor dan merebutku dari mas Marzuki sehingga kami bercerai, dan sek

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 95. Rayuan Tiara

    "Mas, tolong aku!" ujar Tiara dengan penuh harap menatap ke arah Marzuki. "Aku mengalami KDRT! Aku kabur dari suamiku! Tolong tampung aku di rumah kamu, Mas!" seru Tiara lagi dengan sangat memelas. Laila mendelik, sebenarnya dalam hatinya sangat ingin mencakar dan menjambak Tiara. Tapi ditahannya karena Laila tidak mau mengotori tangan nya dengan memegang sampah. Wajah Marzuki menegang melihat Tiara yang datang menemui mereka, apalagi di hadapan Yasmin. "Kok kamu bisa kesini?" tanya Marzuki dengan wajah parau. Ditatapnya wajah dan tubuh Tiara yang terdapat lebam-lebam di beberapa tempat. "Mas, kalau enggak di sini, aku harus kemana? Lihatlah luka-luka di tubuhku ini. Aku dipukuli suami ku. Tidakkah kamu kasihan, Mas? Aku hanya punya kamu. Kamu kan tahu kalau orang tuaku meninggal sejak SMA dan aku bisa hidup karena bantuan kamu," ujar Tiara dengan wajah memelas. Baru saja Laila hendak merespon ucapan Tiara saat Marzuki menunjuk wajah Tiara dengan serius. "Kamu tahu bahwa hanya a

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 94. Ulang Tahun Laila

    Laila terbangun dan merab* ranjang di samping nya."Kok kosong? Mana mas Marzuki ya?" gumam Laila lalu duduk di atas ranjang dan melihat sekeliling kamar."Mungkin masih salat di masjid atau lihat tivi. Hm, ini kan hari Minggu. Puskesmas libur dan hanya on call," ujar Laila lagi. Dia melihat ke arah jam di kamar. "Sudah jam lima nih. Musti mandi dulu sebelum salat."Laila pun bergegas ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar lalu segera membersihkan diri. Setelah mandi dan menunaikan salat subuh, Laila mengering kan rambut nya dengan hair dryer lalu keluar dari kamar. "Mama! Selamat ulang tahun!" seru Yasmin riang begitu Laila membuka pintu kamarnya. Laila yang saat itu sedang mengenakan daster warna kuning merasa sangat bahagia dan terkejut saat melihat kue berbentuk lingkaran mungil yang sedang dipegang oleh Yasmin. Lalu dari arah belakang tampak Marzuki yang sedang mengenakan celemek dan membawa sendok sayur sedang berjalan menuju ke arah Laila dan Yasmin. Sedangkan bi Inah

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 93. Semakin Mesra

    Laila terbangun saat merasakan dinginnya AC yang menyentuh kulitnya, dengan segera di Laila menarik selimut nya lagi. "Dingin ya?" sapa sebuah suara yang berbisik di telinga Laila. Laila mengangguk manja. Dan Marzuki yang ada di belakang Laila memeluk erat sang istri semakin erat. "Ya sudah. Aku peluk lagi. Atau kamu mau kita mengulang yang semalam?" tanya Marzuki seraya menciumi pundak dan punggung Laila sehingga perempuan itu terkikik geli dan manja. "Mas, geli tahu!" bisik Laila lalu membalikkan badannya ke arah Marzuki. Mereka saling bertatapan di dalam remang cahaya lampu kamar tidur. Laila memandang jam bulat melalui pundak Marzuki yang tertempel di dinding kamar. 'Masih jam satu rupanya.'Marzuki meletakkan tangannya ke pipi Laila dan berbisik merdu. "Kenapa kamu memandang kearah belakang ku? Aku hanya ingin kamu menatap ke arahku, Sayang."Marzuki menangkup wajah Laila lalu mengecup pipi istrinya perlahan. Laila mengalihkan pandangan nya ke arah Marzuki. "Lalu aku harus

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 92. Saat Ibu Kandung Bertemu dengan Anaknya

    "Mama! Papa!" Yasmin melambaikan tangan pada Laila dan Marzuki dari layar ponsel. "Sayang!" Laila memberikan kecup jauh untuk gadis kecil itu."Mama dimana?" tanya Yasmin lagi."Bagaimana ini, Yang? Kita jemput Yasmin di pintu masuk hotel. Daripada nanti dia bertemu dengan Tiara lebih dulu."Marzuki menoleh pada Laila dan terlihat bingung."Baiklah Mas, ayo kita jemput mami dan Yasmin." Laila menarik tangan Marzuki dan mereka berjalan menuju gapura pintu masuk hotel."Mama!"Yasmin berlari dan menghambur memeluk Laila. "Hap!"Laila memeluk Yasmin beberapa lama, lalu melanjutkan langkah menuju papi dan mami kemudian mencium punggung tangan keduanya."Yasmin sudah makan?" tanya Laila sambil mengelus kepala Yasmin perlahan. "Belum, Ma.""Ayo makan dulu ke resto. Restonya bagus dan ada kolam renangnya." Laila berjalan mendahului Marzuki dan orangtuanya menuju ke resto."Yasmin mau makan apa?" tanya Marzuki."Ayam goreng, Pa."Marzuki segera menulis ayam goreng krispi di kertas menu l

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 91. Perselisihan

    Dokter 91"Insyallah saya lebih baik dalam mengasuhnya daripada sang ibu kandung yang menelantarkannya. Dan jangan coba-coba mendekati suami saya setelah Mbak dengan semena-mena membuangnya. Tolong jangan hadir sebagai orang ketiga diantara kami. Terimakasih atas pengertiannya," kata Laila seraya memandang tajam pada Tiara. Laila melihat tangan Tiara yang putih terkepal di atas meja kafe. "Kalem saja Mbak. Bukankah mbak sudah punya suami juga? Jadi mari kita berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga kita."Tiara menatap tajam ke arah Laila. "Tunggu saja Laila. Saya pastikan kita akan segera bertemu lagi. Bagaimanapun Yasmin itu adalah darah daging saya. Dan saya pastikan Mas Marzuki akan menceraikan kamu!"Tiara mengacungkan telunjuknya ke arah Laila. Dan Laila menurunkan telunjuk Tiara dengan santai. "Oh ya? Baru ingat kalau masih punya darah daging? Kemana saja kamu selama ini saat Yasmin kesepian dan tidak punya teman bermain karena ibunya menghilang?"Kamu yang tidak tahu

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 90. Kehadiran Masa Lalu

    "Tiara?" gumam Marzuki kaget.Laila juga tidak kalah kagetnya karena dia ingat betul siapa Tiara itu."Tolong! Ada yang berprofesi dokter di sini? Atau tenaga medis? Perempuan ini dadanya tidak bergerak lagi."'Ya benar! Walaupun aku belum pernah melihat fotonya, tapi aku yakin dia pasti ibunya Yasmin. Garis wajah dan lengkung bibirnya yang sensual sama persis dengan gadis kecil itu. Kenapa dia di sini. Apa mas Marzuki sengaja mengajakku ke sini untuk mencari ibu Yasmin lagi? Tapi perempuan itu butuh tenaga medis untuk menyelamatkan nyawanya. Ya Tuhan, jika mas Marzuki yang melakukan CPR, hatiku tidak ikhlas karena kalau memberikan nafas buatan, bib*r mereka akan langsung bersentuhan. Bagaimana ini?' gumam Laila bingung.Hati Laila berperang antara rasa cemburu dan rasa kemanusiaan. Digenggamnya tangan Marzuki yang berdiri di sebelahnya. Terasa dingin dan tatapan matanya seakan juga menyiratkan kegalauan dan kebimbangan hati.'Mas, apakah masih ada namanya di hatimu?'Laila menghela

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 89. Bulan Madu

    Aku tidak ingin kamu hanya menjadi seperti pelangi di langit ku, yang hanya muncul setelah hujan sejenak kemudian meninggalkan pergi.***Beberapa hari setelahnya,"Wah bagus sekali kamar hotel yang kamu pesan, Mas," kata Laila seraya membuka tirai kamar dan memandang keluar. Langsung terlihat kolam renang yang dikelilingi perpaduan rumpun mawar dan pohon palem botol sebagai pagar hidupnya."Kamu suka?" tanya dokter Marzuki memeluk Laila dari belakang. Hembusan napasnya terasa hangat di telinga.Sekarang musim liburan sekolah, dan Marzuki memutuskan untuk mengajak Laila bulan madu di Bali, sedangkan Yasmin ingin menghabiskan liburannya di rumah Ambar dan Iwan. "Suka banget Mas. Makasih ya," sahut Laila lalu membalikkan badan dan mengecup hidung dokter Marzuki dengan lembut."Kamu ..., minta jatah ya?"Pertanyaan Marzuki membuat Laila nyaris tersedak."Apa? Nggak kok! Memang kalau istri mencium suami lebih dahulu berarti minta gituan ya?" tanya Laila manyun tapi tetap mengalungkan ked

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status