Share

bab 6. Pertanyaan untuk Dokter Marzuki

Aku menelan ludah dan berdiri. Sementara bapak yang ada di depan selaku moderator mendelik melihatku, seolah anaknya ini bisa kentut sewaktu-waktu.

"Anu ... Dok, itu ...,"

"Sebutkan nama dulu, Mbak," tukas dokter Marzuki tersenyum.

"Uhm, baik."

Aku mendelik pada Rama yang cengengesan di belakangku. 'Awas saja sampai rumah kamu nanti!'

"Nama saya Layla. Tapi bukan Layla dan Majnun," tukasku tersenyum malu. 'Tapi Layla dan Marzuki,' lanjutku dalam hati.

"Ya Mbak Layla. Silakan pertanyaannya?"

"Dokter, sebenarnya saya mau nanya. Saya itu kadang suka pusing kalau enggak sarapan. Itu kenapa ya Dok?" tanyaku akhirnya.

Dokter muda itu tersenyum. "Baik, Mbaknya suka pusing? Kalau pusingnya suka nggak sama Mbak? Kalau pusingnya nggak suka sama Mbak, mending Mbak tinggalin deh. Karena tandanya cinta Mbak bertepuk sebelah tangan."

Geerrrr!

Terdengar gemuruh dan beberapa tawa di penjuru balai desa ini.

Dokter Marzuki tersenyum lagi. Kan, hobi kok tersenyum sih. Kan jadi bikin gede rasa!

"Bercanda ya Mbak. Kepala pusing itu pada usia muda, biasanya terjadi karena beberapa hal. Yang pertama adalah anemia atau kurang darah akibat diet atau makanan yang dikonsumsi kurang bergizi dan menstruasi yang berlebihan. Kedua hipoglikemia atau menurunnya kadar gula darah dalam darah, ini disebabkan karena diet sehingga asupan karbohidrat kurang.

Yang ketiga teknan darah rendah. Bisa diakibatkan karena kurang istirahat. Lalu yang keempat bisa karena stres. Stresnya macem-macem sebabnya bisa karena faktor pelajaran yang menumpuk, mikirin ulangan, atau pacar. Kalau Mbak Layla ingin mengetahui penyebab pasti pusingnya, silahkan datang ke puskesmas besok. Sudah jelaskan Mbak Layla?" tanya dokter Marzuki panjang lebar.

Aku mengangguk dan merasa berdebar. Duh, senyumnya membuat diabetes, kata-katanya membuat jantung berdebar lebih kencang. Kalau bisa jadi istrinya, entah apa yang akan terjadi pada diriku. Ya Allah!

"Untuk warga yang lain, ada lagi yang ditanyakan?" tanya dokter yang mirip dengan Rey Mblayang itu tersenyum.

"Saya!"

"Saya!"

"Saya!"

Beberapa emak-emak tampak mengangkat tangan, termasuk emakku yang rupanya telah pindah duduk di bangku depan sendiri. Huft, entah kapan ibuku berteleportasi ke sana.

Aku menahan tawa, saat melihat reaksi bapak yang mendelik saat melihat ibu ikut mengacungkan tangan. Wah, ada apa dengan wanita yang telah melahirkanku? Apa yang akan ditanyakannya? Semoga bukan pertanyaan aneh bin ngawur.

"Baiklah, silakan Mbak yang berjilbab hitam di depan." Terdengar suara dokter Marzuki sambil menunjuk teman di samping Juleha.

"Dokter Marzuki, perkenalkan nama saya Ai, lengkapnya Ai lope you. Eh, bercanda Dok. Nama saya Ayu." Ayu yang duduk di sebelah Juleha bertanya dan tersipu diiringi gumaman dari beberapa warga desa.

Hadeuh, Ayu!

Dokter Marzuki tertawa meihat Ayu yang sepertinya nervous itu. "Silakan pertanyaannya dilanjutkan Mbak Ayu," kata dokter Marzuki.

"Saya punya banyak jerawat nih. Boleh dong beri saran agar jerawat saya menghilang dari wajah?" tanya Ayu.

"Ehem, jerawat ya." Dokter Marzuki tampak berpikir sejenak.

"Coba Mbak, jerawatnya disayang-sayang. Karena sesuatu yang disayang-sayang biasanya akan menghilang dengan sendirinya."

Geeerr lagi. Dan Ayu tampak tersenyum simpul.

"Kalau masalah jerawat sebenarnya tergantung beberapa hal ya Mbak Ayu, sebenarnya yang lebih berhak menjawab adalah dokter kulit, tapi saya akan menjawab secara umum. Pertama penyebab jerawat itu adalah ketidakseimbangan hormon, stres berlebih, kurang nya menjaga kebersihan wajah, terlalu banyak makan yang berminyak dan juga tidak cocok dalam hal kosmetik."

Dokter Marzuki terdiam sejenak memandangi kami yang terdiam dan menunggu lanjutan jawaban dokter Marzuki.

"Cara agar jerawat berkurang atau menghilang adalah makan-makanan yang segar, buah dan sayur, mengurangi gorengan, menjaga kebersihan wajah, kalau bisa menghindari stres, dan memakai kosmetik yang cocok Mbak Ayu. Seperti itu. Apa bisa dipahami?" tanya dokter Marzuki.

Ayu mengangguk dan wajahnya tampak sumringah. Ah, sepertinya bukan hanya wajah Ayu yang sumringah. Tapi wajah semua warga terutama bani Hawa di sini pasti bersemangat mempunyai seorang dokter yang seperti dokter Marzuki.

Bapakku melihat arloji sejenak lalu menulis sesuatu di atas kertas dan memberikannya pada dokter Marzuki.

Dokter Marzuki menerima secarik kertas tersebut, lalu tersenyum dan mengangguk-angguk.

"Baiklah, mengingat jamnya yang terbatas, boleh deh satu pertanyaan lagi. Silakan," kata dokter Marzuki.

Beberapa orang mengangkat tangan. Dan suasana di balai desa bergemuruh sekali lagi.

"Baiklah, karena tadi dua perempuan. Sekarang silakan bapak yang berkopyah hitam dan duduk di depan untuk bertanya," tukas dokter Marzuki tersenyum sambil menunjuk pak Agus yang merupakan pak RT dengan jempol tangan kanannya.

Pak Agus pun mengajukan pertanyaan dan dijawab dengan baik pula oleh dokter Marzuki.

"Baiklah, karena menurut pak Jaka waktu sudah habis, saya berikan lagi micropone ini pada beliau selaku moderator." Dokter Marzuki lalu menyerahkan micropone pada bapakku yang segera menutup acara perkenalan dokter Marzuki.

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status