Henri menenangkan Silvi yang selalu menggunakan amarah saat berdiskusi dengan manajemannya. Henri hanya menginagtkan dia supaya tidak gegabah dalam bertindak jika dia terkena skandal sekali saja semua itu akan berdampak pada karirnya, orang-orang terdekatnya dan tentunya masyarakan akan memandang buruk citranya lebih parahnya tidak akan ada pihak yang mau bekerja sama lagi dengannya.
"Kau tenangkan diri dulu, tidak ada yang membela salah satu pihak, duduklah!" pinta Henri dengan tegas.
"Aku merasa diperlakukan tidak adil disini, semua orang memuji Velope, sedangkan aku selalu diremehkan dan dihna," jawab Silvi ketus.
Henri menggelengkan kepalanya, harus menggunakan bahasa apa untuk berbicara baik-baik dengan Silvi ini. Dikasari makin ngelunjak pakai cara halus dia tidak mengerti.
"Silvi aku tanya kau sekali lagi, kau dan Velope sama-sama dari agensi yang sama dan masuk juga beda hanya satu hari, Apakah kau iri dengan pencapaian Velope?" tanya Henri.
Velope kalang kabut saat sedang serius tiba-tiba ponselnya dirampas orang ia berteriak ada copet. Leon yang mengerjainya tertawa kecil sambil membawa ponsel Velope."Dimana copetnya nona Velope?" tanya Asisten Hanna yang ikut panik."Copet ganteng ada di depan kalian!" seru Leon.Velope dan Hanna merasa jantung mereka mau copot, ternyata hanya dikerjai oleh Leon semata. Mereka mengjela nafas dan menyadarkan diri dulu, lalu mengajak makan malam Leon sambil tertawa geli menertawakan hal yang tidak jelas tadi."Kau sedang melamun apa tadi nona Velope?" tanya Leon sambil menunggu pesanan makanan datang."A-ku hanya sedang istirahat selepas syuting," jawab Velope.Mana dia tahu kalau orang yang dia tunggu sudah berada di lokasi syutingnya dan membuat jantungnya hampir copot karena merampas ponsel seperti seorang copet."Maafkan aku mengagetkanmu tadi, aku sudah memanggilmu tapi tidak ada respon jadi ya aku ambil saja ponselmu agar kau sada
Leon mengantarkan mamanya menuju mobil untuk pulang. Hatinya menjadi bimbang karena mendengar kabar kalau papanya menrindukan Leon."Ingat ya Leon, papamu juga manusia ada salahnya mama ingin kamu meluangkan waktu untuk mengobrol bersamanya," pinta nyonya Atmaja."Nanti Leon akan atur waktu ma, untuk menemui papa," jawab Leon pelan.Mobil nyonya Atmaja melaju meninggalkan kafe, Leon kembai ke studionya mengupload berbagai video endors yang datang baru sempat ia upload ke sosial media hari ini."Akhirnya selesai juga, saatnya rebahan dulu," gumam Leon.Belum sempat ia memejamkan mata ponselnya berdering, ia menagngkatnya karena dari seorang wanita yang spesial di hatinya."Tuan Leon aku berada dilantai bawah studio apakah kau ada waktu luang hari ini?" tanya Velope."Emm aku akan segera turun," Leon mematikan ponsel lalu turun ke lantai bawah secepat kilat.Velope menunggu seorang diri di lantai bawah studio. Leon menepuknya dar
Leon sudsh berdiri dari tempat duduknya. Menurutnya sang papa tidak senang jika dia datang berkunjung ke kediaman utama keluarga Atmaja."Untuk apa aku masih bertahan, sedangkan kedatanganku tidak di inginkan sama sekali?" sindir Leon."Anak nakal sepertimu memang selalu membuat marah irang tua, apa kamu ini lupa siapa yang membesarkanmu?" gertak tuan Atmaja.Leon benar-benar tidak bisa menebak kemauan sang papa. Tidak membiarkan Leon pergi tapi terus menghardiknya seolah semua ini kesalahan yang Leon perbuat. Bagaikan buah simalakama maju mundur tetap salah."Jadi papa ini maunya apa? Ingin mengenbalikan semua yang pernah papa berikan kepada Leon?" tanya Leon kembali duduk."Kau sudah berada di luaran sana cukup lama apakah kau memang sengaja tidak ingin pulang, aku tidak meminta apa-apa darimu, cukup kau harus ingat kalau masih sah menjadi anggota keluarga Atmaja," tegas tuan Atmaja.Leon berdiri lagi dari duduknya. Ia menyampaikan tak per
Leon menatap Velope tajam, sebenarnya apa yang diinginkan oleh Velope, apa yang ingin disampaikan kenapa seperti begitu penting, jantung Leon begitu berdebar semakin cepat tak sabar ingin mendengarkan apa yang dikatan Velope."Cepat katakan nona Velope aku ingin mendengarkan berita indah dari mulutmu," ucap Leon bersemangat."Kau begitu tidak sabaran tuan Leon," balas Velope dengan manis.Velope meminum kopinya tidak langsung menjawab apa yang dikatakan barusan agar Leon penasaran. Ia memperhatikan wajah tampan Leon yang sedang menunggu jawaban darinya."Kau menjadi tidak asyik nona Velope, aku menjadi malas," Leon merebahkan tubuhnya dimeja."Haha aku hanya ingin bercerita denganmu tuan Leon, karena saat ini hanya kau mungkin yang bisa aku percaya," ucap Velope.Tak menunggu lama lagi Velope melepaskan segala unek-unek di dalam hatinya kepada Leon. Malam minggu ini penuh kesan bagi Leon karena bisa menghabiskan waktu bersama Velope sang puj
Leon tidak mau berpikir banyak ia memejamkan mata lebih dulu, ia aka menghubungi sang mama besok pagi setelah banguntidur. Leon tertidur pulas sampai menjelang pagi."Tidurku nyenyak sekali hari ini, emm oh iya lebih baik menelpon mama lebih dulu," Leon mengambil ponselnya."Tuan sarapan sudah siap, tapi aku ingatkan kau untuk menghubungi nyonya besar dulu," Haris mengingatkan Leon.Leon sudah terlihat menelpon mamanya, Haris menjadi tenang dan melanjutkan pekerjaannya sebelum berangkat kuliah hari minggu ini. Beres merapikan barang Leon ia segera sarapan, mandi dan berpamitan berangkat menuntut ilmu."Tuan muda aku berangkat mencari ilmu dulu, sarapan sudah dimeja dan barangmu sudah siap didalam tas tinggal dibawa," ucap Haris segera pergi dari kamar studio itu."Oke Haris, terima kasih atas kerja bagusmu," seru Leon.Leon memencet nomor ponsel mamanya, selang beberapa menit telepon itu tersambung, dan nyonya Atmaja marah-marah karena Leon
Nenek Leon ikut ingginmasak di rumah putranya, mereka seollah haus oleh pengakuan. Seorang menantu perempuan harus menurut apa kata keluarga suaminya. Mereka menunjukkan kekuasaan dan berpikir seorang istri hanya bisa menghabiskan uang suaminya. "Atmaja sudah lama kau tidak bertemu dengan mama, jadi biar mama yang memasak saja, kau juga rindu kan masakan mama?" tanya Nenek Leon. "Mama istirahat saja karena habis perjalanan jauh, Leon ingin memakan masakan mamanya," jawab Tuan Atmaja. Leon bisa merasakan masakaan mamanya setiap hari sementara tuan Atmaja tidak bisa merasakan masakan orang tuanya setiap hari. Itulah yang dijadikan alasan nenek Leon untuk membujuk putranya hari ini. "Ini adalah rumah keluarga Atmaja jadi keputusan ada di tangan papa, tunjukan seorang lelaki tegas yang biasanya papa tunjukkan padaku dong!" sindir Leon. "Kau anak baru kemarin sore sudah berani menentang papamu, inikah didikan dari Lina yang setip hari hanya diam di
Asik dari tuan Atmaja marah besar dan menuding kakak iparnya menghasut Leon untuk membencinya. Padahal Leon adalah darah daging dari sang kakak kenapa begitu tidak menghormati bibinya."Lihatlah istrimu kak, mendidik anak untuk membenci keluargamu sendiri, salahku dimana selalu minta uang padamu, kau kan sudah mapan segala hal tidak ada salahnya membantu perekonomian adikmu!" seru Anna yang berang."Kau lebih tua dari Leon tapi pikiranmu sangat sempit, tentu saja kau salah asal kamu tahu aku menguji Leon untuk keluar dari rumah ini beberapa bulan lalu," jawab tuan Atmaja.Lebih memperjelas ucapannya tuan Atmaja membeberkan fakta bahwa Leon lebih unggul dari Anna yang bisanya hanya meminta uang dan ribut dengan kakak iparnya.Beberapa kali dimodali usaha selalu bangkrut. Leon keluar dari rumah tanpa sepeserpun uang dan fasilitas dari papanya tapi bisa membiayai kuliahnya sendiri."Apa kau tahu biaya kuliah Leon itu berapa satu semester?" tanya tuan
Tuan Atmaja tentu saja akan mewariskan perusahaan perusahaan miliknya kepada Leon karena dia adalah putra semata wayangnya lalu kalau bukan kepadanya siapa lagi dia akan mewariskan perusahaan ini."Apa kau sedang meragukan papamu, kau ini adalah putra kandungku jadi kau yang akan mewarisi perusahaan ini," jawab tuan Atmaja."Papa tenang saja begini saja dulu, aku akan datang ke perusahaan seminggu sekali, tap sebagai karyawan freelance dan papa juga harus menggajiku dengan demikian aku akan mengetahui bagaimana perusahaan itu berjalan," ucap Leon.Selanjutnya Leon meminta papanya berhenti menyuplai keuanagn untuk adiknya dengan kata lain papanya sudah tidak muda lagi dan perusahaan nantinya akan berpindah tangan menjadi milik Leon. Tidak mungkin kan sampai perusahaan itu berpindah tangan adik dari papanya itu akan selalu menggantungkan hidup dari Leon."Kau ini anak yang cerdas, benar-benar anakku, aku bangga padamu, baik papa setuju!" seru tuan Atmaja.