Share

Perasaan Hanley

Author: Anna Sahara
last update Last Updated: 2025-04-15 19:50:39

Pagi itu, Mery terkejut melihat hasil pekerjaan Adrie. Dia hampir tidak percaya. Semua diselesaikan dengan sempurna dan tidak ada celah sedikitpun untuk mencari kesalahan.

Mery senang untuk pencapaian Adrie, tapi karena masih terselip rasa iri dalam dirinya, tidak ada pujian yang keluar untuk sang asisten.

"Terima kasih, kamu boleh kembali ke tempatmu," ucap Mery dengan tegas.

Kini, wanita yang selalu berpenampilan elegan itu mulai berpikir. Bagaimana jika Hanley mengetahui ini? Adrie tidak hanya polos cantik, tapi juga pintar dan bertanggungjawab. Dia bisa diandalkan dalam segi apapun.

Hanley bisa saja memberi apresiasi yang tinggi pada gadis itu. Tidak, Mery tidak ingin hal itu terjadi.

'Hasil laporan kali ini harus menjadi milikku, Hanley pasti senang, dan aku tidak mau nama Adrie terlibat di dalam tugas ini,' gumam Mery sembari menatap iri pada Adrie. Dia pun tidak sabar untuk menunjukkan hasil pekerjaan itu.

Akan tetapi, hingga siang menjelang, Hanley belum juga menampakkan batang hidungnya.

Hanya Rauf yang sesekali datang melemparkan tugas pada kedua wanita beda usia itu.

"Kenapa Hanley belum datang juga? Tidak biasanya dia terlambat sampai selama ini?" tanya Mery pada Rauf.

"Hanley, Hanley, dia itu atasanmu, Bu, main asal sebut nama saja kamu," tegur Rauf dengan nada bercanda.

"Alah macam tidak paham saja," di depan Adrie, Mery pun sengaja menunjukkan hubungan dekatnya dengan sang atasan. "Aku dan Hanley itu sudah kenal lama, kita sangat dekat, tidak ada batasan di antara kami," dia memperjelas.

Ketika nama Hanley disebut, Adrie semakin menundukkan kepala. Mengingat kejadian tadi malam, hatinya mencelos. 'Apa sekarang dia jijik padaku?' pikir Adrie yang mana dia telah menceritakan pengalaman buruknya yang pernah dilecehkan saat lulus SMA dan itu membuatnya trauma berdekatan dengan pria.

Hatinya terasa pilu membayangkan pandangan buruk Hanley terhadapnya, namun ada rasa puas juga dalam diri Adrie.

Bukankah itu lebih baik?

Dengan mengetahui keadaan Adrie yang sebenarnya, Hanley tidak akan menaruh perasaan lebih terhadapnya seperti yang dilakukan para karyawan pria di kantor itu..

Siapa yang mau berdekatan dengan gadis ternoda? Apalagi Hanley adalah pria berkelas yang dihormati oleh kalangan atas.

Di kediamannya, Hanley baru saja terbangun. Jam dinding sudah mendekati angka 11, namun pria itu masih enggan untuk meninggalkan tempat tidur berukuran king size itu.

Sesekali Hanley memijit pelipisnya. Akibat kurang istirahat, kepalanya masih terasa pusing. Ya, satu malam penuh, Hanley tidak dapat memejamkan mata. Alhasil, pria itu baru bisa tertidur saat pagi menjelang dan terbangun pada siang harinya.

"Adriella, kenapa malang sekali nasibmu? Betapa jahatnya pria yang tidak bermoral itu," gumam Hanley dengan mata yang masih terpejam.

Meski tidak ada penjelasan secara detail pelaku yang telah melecehkan Adrie, namun Hanley mengutuk keras perbuatan pria yang telah melakukan perbuatan bejat itu.

"Pantas saja kamu selalu menghindari para pria, bahkan kamu terkesan takut padaku." Perasaan Hanley bercampur aduk. Ada rasa iba, tapi dia juga kagum dengan sikap tegar wanita itu.

Masih terbayang oleh Hanley, bagaimana Adrie menceritakan kisah kelamnya. Tangis gadis malang itu pecah hingga Hanley merasa bersalah dengan pertanyaannya. Dia telah membuka luka lama yang bahkan belum pernah terobati.

Klik.

Seorang wanita cantik yang telah berumur memasuki kamar Hanley. Dia adalah Heba, ibu dari 4 orang anak, termasuk Hanley sebagai anak kedua.

"Hanley, kenapa belum bangun juga?" tegur Heba sembari menarik selimut putra keduanya. "Sudah jam berapa ini? Apa kamu tidak ke kantor hari ini?"

"Sebentar lagi, Mom." Hanley masih bermalas-malasan. Entah kenapa hari ini terasa berbeda dengan hari sebelumnya. Dia seperti tidak berselera.

"Tidak ada kata sebentar lagi, kamu harus segera bangun, jangan seperti adikmu!" balas Heba dan berusaha meraih lengan putranya.

Mendengar sang mama menyebut adiknya, Hanley segera membuka mata dengan lebar. Sudah lama mereka tidak membahas keberadaan si anak manja itu.

Hanley bangkit dan duduk bersila. "Mom, kapan Ashley kembali?"

"Entahlah," suara Heba terdengar berat. "Itu urusan daddy."

"Ini sudah 4 tahun, Mom, mau sampai kapan kalian menyembunyikannya?" Mendadak Hanley geram mengingat kelakuan adiknya yang juga pernah melecehkan seorang gadis tanpa memberi pertanggungjawaban.

"Dia belajar di luar negeri, bukan sembunyi," bela Heba.

"Tidak, kalian menyembunyikannya," Hanley tidak mau kalah. "Aku juga belajar di luar negeri, tapi setiap tahun aku pulang ke rumah ini, tidak seperti Ashley yang sengaja dilarang pulang."

"Sudahlah, tidak usah membahas masalah itu lagi!" Setelah memastikan Hanley bangun, Heba hendak meninggalkan putranya itu. "Sekarang cepat mandi, makan siang dan berangkat ke kantor!" tukasnya.

"Bagaimana dengan keluarga gadis itu, Mom?" Terdorong oleh perasaan yang kuat terhadap Adrie, Hanley mulai penasaran dengan wanita yang dilecehkan adiknya.

Nasib mereka pasti sama, pikir Hanley.

"Itu bukan urusanmu!" Gerah dengan pertanyaan anaknya, Heba langsung beranjak keluar.

*

Setelah makan siang, Hanley meninggalkan rumah. Ketika menginjakkan kaki di kantor, tempat yang pertama kali dilirik adalah meja Adrie.

"Ke mana dia?" pikir Hanley saat tidak menemukan Adrie. "Apa dia masih bersedih dan tidak mau bekerja lagi?"

Plakk.

Rauf mendaratkan sebuah pukulan kecil di punggung Hanley membuat pria itu terkejut.

"Apa-apaan sih!" bentak Hanley sembari mengangkat tinjunya.

"Hayo ketahuan loh lagi mikirin siapa?" Rauf menahan tawanya. "Aku lihat dengan jelas kalau dari tadi matamu tertuju ke meja Adrie terus!" ledeknya.

Tidak ingin menyembunyikan perasaannya, Hanley pun berkata jujur. "Di mana dia? Apa dia tidak masuk kerja?"

"Tenang saja, dia masih kerja untuk perusahaan ini, lagi makan siang mungkin."

Hanley lega mendengarnya. Kedua pria itu pun memasuki ruangan yang sama.

Tepat pukul 3 sore, sebuah pesan masuk ke ponsel Hanley.

[Mama mendaftarkanmu ke sebuah acara dating online, kamu harus pulang cepat.]

Decak kesal langsung terdengar dari mulut Hanley. "Tidak ada bosannya dia menjodohkanku."

Rauf langsung paham kegalauan bosnya. "Coba saja, siapa tahu kali ini cocok."

Hanley mendesah. "Aku tidak ingin pulang ke rumah malam ini."

"Aku tidak mau lembur, Bos." Rauf khawatir disuruh menemani Hanley..

"Tidak ada yang mengajakmu."

Pada saat jam pulang karyawan, Hanley lagi-lagi dikagetkan dengan keberadaan Adrie. Gadis itu masih sibuk berkutat di depan komputer, sementara Mery dan karyawan lain sudah bersiap-siap untuk pulang.

"Lembur lagi?" tanya Hanley.

"Yap, begitulah." Mery yang menjawab. "Ada banyak kerjaan, tapi jangan khawatir, Adrie masih menghubungiku saat dia kesulitan. Itu artinya dia tidak sendirian mengerjakan semua pekerjaan kami."

Seperti biasa, Hanley lebih dulu meninggalkan ruangan itu. Namun kali ini, dia tidak berniat untuk pulang.

"Cepat bawa mobilku, aku masih ada kerjaan di kantor!" suruh Hanley sembari menyerahkan kunci mobilnya pada Rauf.

"Kamu pulang naik apa?"

"Untuk apa memikirkan itu, masih banyak kendaraan di luar sana."

"Bagaimana dengan dating mu?" Rauf mengingatkan.

"Ah bullshit semua itu." Sebelum Mery turun, Hanley bergegas menuju lift. Dia tidak ingin terlihat oleh wanita yang sering meminta tumpangan itu.

Suara sepatu pentopel terdengar mendekati ruangan Adrie. Dia segera berdiri dan menoleh saat mendengar pintu ruangan terbuka.

"Tuan Hanley, apa ada yang ketinggalan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 92

    "Bagaimana jika aku hamil?" Adrie masih berada dalam pelukan Hanley. Keduanya masih sama-sama polos setelah percintaan panas itu.Mereka tidak menggunakan pengaman apapun. Sebelumnya, Adrie pernah hamil dengan hanya sekali berhubungan. Dia menjadi takut kejadian itu terulang lagi.Tidak seperti Adrie yang ketakutan, Hanley justru senang jika itu terjadi. Dia tersenyum, lalu menarik kepala Adrie untuk kemudian dicium dengan lembut, dan perlahan berubah menjadi panas.Adrie membiarkan Hanley hingga merasa puas. Sudah terjadi, jadi sulit baginya untuk menolak. Toh, mereka sama-sama menukangi. Tidak ada yang perlu disalahkan lagi selain orang-orang yang sengaja menjebak mereka.Setelah ciuman itu berakhir, Hanley berkata dengan bangga, "Aku berharap kamu segera hamil, dengan begitu kamu tidak punya alasan untuk menolak pernikahan denganku."Decak kesal terdengar dari mulut Adrie. "Jadi kamu ingin aku hamil tanpa pernikahan? Kamu ingin aku mengalami hal yang serupa untuk kedua kalinya?""T

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 91

    Adrie menatap Sam dengan penuh curiga. "Apa yang kamu masukkan di minuman ini?""Apa yang kamu maksud?" Sam juga menatap heran pada Adrie. Wajah wanita itu memerah membuatnya penasaran. Tatapannya kemudian berpindah pada botol minuman di tangan Adrie."Aku tidak bisa menahannya," kata Adrie sambil mencengkram botol minuman di tangannya. "Pengaruh apa ini? Kenapa aku seperti ini?" tanyanya dengan suara melengking.Merampas botol itu, Sam kemudian menjawab. "Ini pasti kerjaan temanku, aku akan membantumu, Adrie, jangan khawatir."Sam segera merogoh ponsel Adrie. Dia tahu apa yang terjadi dengan wanita itu, jadi dia harus mencari obatnya sesegera mungkin.Setelah menemukan nomor Hanley, Sam segera menekan tombol hijau. Dalam sekejap panggilan itu tersambung.{Sayang, kamu di mana? Bisa kita bertemu sekarang?} Suara Hanley lebih menggebu-gebu ketika bertanya. "Ini aku Sam, Adrie sedang bersamaku sekarang," jawab Sam.Mobil Hanley tengah berada di pinggir jalan. Dia sedang menunggu Rauf

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    bab 90

    Terlalu sering mendengar kata-kata itu membuat Laila penasaran. Apa lagi ibunya selalu bersedih setelah mendengar kata-kata itu, dia pun tidak bisa diam dan ingin segera mengetahui arti di balik kata-kata itu "Lala juga pernah dengar dari tante Alisa kalau Mama itu korban pelecehan, itu artinya apa, Mama?" Laila bertanya dengan polos.Adrie terdiam lama. Matanya basah menatap sang anak. Haruskah dia menjawab pertanyaan itu?"Apa Mama bersedih karena pertanyaan Lala?" Laila ikut bersedih olehnya. "Tidak usah dijawab lagi, Lala juga janji tidak akan bertanya tentang itu lagi."Adrie segera mengulurkan tangannya untuk memeluk Laila. Dengan berderai air mata, dia mendekap putri kecilnya itu. "Kamu akan paham setelah kamu dewasa nanti," kata Adrie pada putrinya. "Sekarang tidak perlu pikirkan hal itu, yang terpenting adalah kamu bahagia bersama dengan mama." Di saat Adrie sedang membersihkan meja makan, dia menerima sebuah pesan da

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    bab 89

    Bagi Ashley, Adrie terlihat jauh berbeda dari sebelumnya. Wanita yang dikenal polos itu ternyata dengan mudahnya tidur bersama Hanley.Apa hal itu sudah sering terjadi? Ashley masih memikirkannya ketika pintu ruangannya terbuka dari luar. Dia segera menoleh pada wanita yang menggunakan blazer biru itu."Untuk apa kamu ke sini?" tanya Ashley. "Bukankah kamu sedang sibuk mempersiapkan pertunangan dengan Hanley? Aku tidak berpikir kamu bisa membagi waktu untuk menemuiku di kantor ini.""Jangan mengejekku seperti itu!" Mery berjalan mendekat. "Aku datang untuk menawarkan sesuatu padamu.""Apa yang kamu rencanakan?" Ashley dan Hanley telah membuat kesepakatan. Keributan di malam sebelumnya membuat Ashley terpaksa mengalah pada kakaknya. Terlepas siapapun yang dipilih Adrie untuk menjadi pasangannya, maka yang kalah harus berlapang dada untuk menerima kekalahan."Tentu saja tentang Adrie dan Hanley."Melihat keseriusan di wajah Mery, Ashley segera bangkit dan menuju sofa. Di sana, mereka

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 88

    "Adriella itu bekasku, dia hanya pantas untukku saja."Satu kalimat itu membuat kesabaran Hanley menipis. Dia seketika menginjak pedal rem hingga mengakibatkan mobil berhenti mendadak.Ciiittt ...Beruntung jalan raya malam itu sedang sepi. Tidak ada bahaya setelahnya.Dengan amarah yang menggebu-gebu, Hanley turun dan mengitari mobil. Tepat setelah membuka pintu mobil untuk Ashley, dia berteriak pada adik bungsunya itu."Turun sekarang juga ...!" Perintah Hanley. Dia jengah berhadapan dengan Ashley. Selain itu, dia juga khawatir akan kembali menghajar adiknya ketika tidak bisa menahan diri. Ashley menatap sekelilingnya. Tempat itu tidak hanya gelap, tapi juga sunyi senyap. Tidak ada kendaraan yang lalu lalang, bagaimana mungkin dia setuju untuk turun dari mobil."Aku tidak mau," kata Ashley menolak. "Kalau kamu tidak mau diam, aku akan meninggalkanmu di sini," Hanley mengancam sebelum akhirnya kembali ke dalam mobil.Dalam kekesalannya, Ashley hanya bisa menyesal. Harusnya dia tida

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    bab 87

    Ketika Ashley dipersilakan masuk oleh Sam, ruangan itu gelap gulita. "Cepat hidupkan lampunya!" suruhnya pads Sam. Senyum Ashley terlihat bercahaya seiring hidupnya penerangan di ruangan itu. "Di mana kamar Adrie?" tanyanya kemudian, ekor matanya pun memperhatikan satu persatu ruangan di rumah itu. Dia tidak peduli dengan keberadaan Sam, fokus Ashley hanya tertuju pada Adrie saja. Secepatnya, dia ingin bertemu dengan wanita itu, mengatakan jika Sam tidak pantas menjadi suaminya. "Ada di ruangan paling tengah, Tuan," Sam menjawab sambil menunjuk satu ruangan. "Apa Adrie biasanya mengunci pintu kamar dari dalam?" tampak jika Ashley sudah tidak sabar untuk menemui wanita itu. "Kamu bukan suami yang pantas untuk Adrie, jadi jangan harap aku akan menghargaimu di sini, bahkan aku tidak akan pernah menganggap kamu sebagai pria yang telah menikahi Adrie!" Mengabaikan pernyataan itu, Sam memberikan penawaran, "Tuan, apa tidak sebaiknya Anda pulang saja, dan kembali besok?" Sam sediki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status