Share

Menuju Bandara

Author: Lystania
last update Last Updated: 2024-01-17 22:26:45

Hari ini sudah hampir sepuluh hari, Farah dan Ajeng berada di kota tempat Eric bekerja. Itu artinya sebentar lagi mereka harus segera kembali ke Jakarta, karena Farah yang akan kembali masuk sekolah setelah libur dua minggu. Selama bekerja di luar kota Jakarta, Eric memang tidak membawa Farah untuk ikut dengannya. Sebaliknya Eric yang rutin akan pulang menemui anak perempuannya.

“Jadi mau pulang hari apa, Ma?” tanya Eric yang mulai mencari-cari tiket pesawat di salah satu aplikasi online.

“Lusa mungkin, Ric. Biar Farah sempat istirahat sebelum balik sekolah,” sahut Ajeng. Saat ini mereka sedang bersantai sambil menonton TV setelah selesai makan malam.

“Papa,” ujar Farah beringsut mendekati Eric. Ia duduk di samping Papanya dan menatap.

Perasaan Eric tiba-tiba saja tidak enak. Melihat tatapan Farah yang sepertinya menginginkan sesuatu.

“Farah mau sekolah di sini aja, boleh kan?”

Eric dan Ajeng saling menatap kaget saat mendengar permintaan Farah itu. Ajeng lantas mendekat dan mengelus rambut hitam Farah. Perlahan mengulangi apa Farah katakan. Memastikan bahwa ia tidak salah dengar ucapan cucunya.

“Iya, Oma. Farah mau sekolah di sini aja sama, Papa,” ucap Farah begitu mantap.

Ajeng dan Eric terdiam. Bingung mau menjawab apa.

“Boleh kan, Pa?” tanya Farah lagi.

“Memangnya sekolah di sana kenapa, Farah? Bukannya Farah senang sekolah di sana. Teman-teman Farah kan banyak di sana,” ucap Eric membelai rambut anak perempuannya itu. Mencoba melunak.

“Iya, Farah. Nanti teman-teman Farah sedih kalau Farah gak sekolah di sana lagi,” kata Ajeng coba membujuk. Meski Eric adalah Papanya Farah, Ajeng sedikit ragu dengan kemampuan Eric menjaga anak.

Walau sangat kaget dengan permintaan Farah, tapi Ajeng tahu ini semua pasti disebabkan oleh Aya. Farah pasti ingin terus bertemu dengan Aya yang wajahnya sangat mirip dengan ibunya.

“Tapi kan nanti bisa ketemu lagi sama mereka kalau Farah ke sana.”

“Kalau Farah sekolah di sini, Oma gak bisa ikut pindah ke sini juga lo. Kan kerjaan Oma di sana,” ucap Eric memberikan gambaran. Sedari sepeninggal istrinya, Farah memang dijaga serta diasuh oleh Ajeng, dan sudah pasti ia sangat dekat dengan Omanya itu.

Farah terdiam mendengar ucapan Eric. Ia juga tak ingin pisah dengan Ajeng, tapi ia juga ingin terus bisa bertemu dengan Aya di sini.

“Nanti kalau Farah di sini, kalau Oma kangen gimana?” Ajeng merangkul cucunya itu dengan wajah sedih. Ia juga berat kalau harus berpisah dari Farah yang sudah bersamanya dari bayi.

“Tapi Farah… .” Raut wajah Farah sedih bercampur bingung. Anak sekecil itu tentu tidak tahu harus bersikap seperti apa dengan situasi yang ia hadapi.

“Oma temenin Farah tidur ya, sudah malam. Nanti kita bicara lagi,” ucap Ajeng mengajak Farah untuk masuk ke kamar.

“Bobo ya, Farah.” Eric mencium kening anak gadisnya itu.

Ia sendiri juga bingung harus seperti apa dengan permintaan Farah. Kalau Farah ikut dengannya, ia harus mencari orang untuk menemani Farah selama ia di kantor. Belum lagi ia harus menyiapkan semua keperluannya. Ia tidak mungkin mengajak Ajeng ikut pindah karena Ajeng sendiri punya kesibukan sendiri di Jakarta. Selain punya toko emas, Ajeng juga punya toko roti yang ia terjun langsung dalam proses pembuatan beberapa roti khas dari tokonya.

“Ini pasti gara-gara ketemu dengan dia,” gumam Eric mengingat Aya.

***

Setelah perdebatan alot dengan Farah, akhirnya anak perempuannya itu mau juga balik ke Jakarta dengan Ajeng. Eric berjanji akan pulang ke Jakarta dan mengurus kepindahan sekolah Farah, setelah mendapatkan persetujuan cuti dari kantor pusat. Tentunya Farah juga punya persyaratan sendiri. Ia mau pulang ke Jakarta dengan diantar Farah ke bandara. Ajeng sempat bingung bagaikan caranya mencari Aya, sementara mereka bertemu secara tidak sengaja.

“Kamu sebenarnya kenal ya sama Aya?” tanya Ajeng melihat Aya tiba di rumah dinas Eric dengan mengendarai motor maticnya. Belum sempat ia menjawab, Farah sudah heboh berlari keluar menghampiri Aya.

Tak berselang lama, setelah semua barang Ajeng dan Farah masuk ke dalam mobil, mereka pergi meninggalkan rumah dan menuju bandara. Perjalanan menuju bandara tidak memakan waktu yang terlalu lama. Eric sengaja berangkat lebih cepat agar bisa mengajak Farah untuk makan ayam di salah satu tempat makan siap saji yang ada di bandara.

“Nanti Farah bakal pindah sekolah di sini, Tante Mama Aya,” ucap Farah bersemangat sambil menyantap ayamnya.

Eric dan Ajeng reflek saling berpandangan mendengar sebutan yang Farah ucapkan.

“Wah, asyik dong,” sahut Aya terlihat antusias.

Selesai makan, mereka kembali masuk ke ruangan keberangkatan karena waktu terbang yang sudah dekat. Eric menggendong dan memeluk erat anak perempuannya itu.

“Mbak Aya, terima kasih banyak ya sudah mau direpotkan sama Farah,” ucap Ajeng merangkul pindah Aya sejenak. Berada dengan jarak yang sangat dekat, Ajeng bisa melihat jelas wajah Aya yang sangat mirip dengan mendiang menantunya. Sampai posisi tahi lalat yang letaknya ada di pipi kanan Aya juga sama persis dengan yang dimiliki oleh mendiang menantunya.

“Sama-sama, Bu. Maaf kalau tindakan saya ada yang kurang berkenan,” ucap Aya mengumbar senyum tulus.

Begitu Eric menurunkan Farah dari gendongannya, gadis kecil itu langsung memeluk Aya. Begitu erat seperti tak ingin lepas.

“Nanti kita ketemu lagi ya, Tante Mama Aya,” ucap Farah mengurai pelukan. Wajahnya begitu sedih dengan bibir yang sedikit manyun.

“Pasti, Farah sayang. Hati-hati ya,” kata Aya mengusap lembut rambut Farah.

Berdiri di samping Eric, Aya melambai kala Ajeng dan Farah masuk ke dalam. Begitu mereka tidak terlihat lagi, Eric menatap Aya kemudian berjalan lebih dulu.

Mengejar Eric yang hampir sampai di pintu keluar, Aya berniat untuk pulang sendiri. Rasanya aneh bersama dengan Eric di dalam satu mobil. Aya sudah membayangkan pasti akan sangat kikuk.

“Ayo,” ajak Eric.

“Saya jalan sendiri aja, Pak,” ucap Aya.

Eric menoleh dan kembali menatap Aya. Untuk kedua kalinya Eric mengajak Aya. Tak ada pilihan, ia mengikuti langkah Eric menuju parkiran mobil.

Seperti yang sudah Aya bayangkan sebelumnya, situasi di mobil sangat kikuk. Baik Eric dan Aya tidak terlibat pembicaraan apapun. Suara musik juga tidak ada. Sepanjang perjalanan mereka berdua seperti orang yang sedang mengheningkan cipta. Mendekati komplek rumah dinas Eric, gerimis mulai turun dan semakin deras saat mereka tiba di rumah. Turun dari dalam mobil, Aya berniat untuk langsung pulang.

“Hujan begini?” tanya Eric heran saat Aya pamit hendak pulang meski tidak membawa jas hujan. Eric lantas menyuruh Aya untuk menunggu hujan sedikit lebih reda. Namun saat Aya hendak melangkahkan kaki naik menuju teras, salah satu kakinya tak sengaja menginjak kulit pisang dan nyaris membuatnya terpeleset kalau saja Eric tak sigap menangkapnya.

“Matanya begitu familiar. Aku pernah ketemu Pak Eric di mana?” gumam Aya dalam hati kala mata mereka saling bertaut untuk beberapa saat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENIKAH DENGAN BOS DUDA   Terima Kasih Sayang

    Perlahan membuka matanya, Eric merasa kram di salah satu bahunya karena Aya tidur sangat dekatnya tepat di atas dadanya. Wajah Aya begitu tenang hingga Eric tidak tega untuk membangunnya. Dengan sangat hati-hati Eric menggeser Aya lantas menyelimuti istrinya itu. Bergegas ia mengenakan pakaian yang keluar dari kamar untuk mengecek Farah. Beruntung Bu Sri sudah datang dan membantu Farah bersiap-siap."Mama mana, Pa?" tanya Farah kala melihat Eric masuk ke dapur."Masih tidur. Papa antar sekarang?""Mama sakit, Pa? Farah mau lihat," kata Farah bersiap turun dari kursi."Gak usah, Sayang. Kasian nanti Mama kebangun, biar Mama istirahat dulu ya," ucap Eric cepat mencegah Farah yang ingin menghampiri Aya. Pasalnya Aya tidur hanya berbalutkan selimut.Setelah menghabiskan makanannya, Eric mengantar Farah untuk sekolah. Ia sempat bertemu dengan Mama di sekolah yang membawakan makanan untuk Eric dan juga Aya. Eric sempat berbincang sebentar dengan Mama sebelum memutuskan untuk pulang.Setiban

  • MENIKAH DENGAN BOS DUDA   Akhirnya Terjadi

    Sampai tamu bulanan Aya selesai, baik Eric maupun Aya lupa pergi ke dokter karena kesibukan di kantor. Beberapa janji dengan klien yang sudah deal harus batal karena terjadi masalah yang tidak pernah diduga sebelumnya."Pokoknya kalian harus tuntut, saya gak mau tahu. Mereka harus ganti rugi!" seru Eric penuh amarah kepada divisi legal di ruang rapat. Via yang berada di ruang rapat sampai takut melihat emosi Eric. Baru kali ini ia melihat Eric seperti itu.Selesai meluapkan emosinya, Eric keluar dari ruangan dengan membanting pintu. Via sampai mematung dibuatnya. Ia kemudian menghampiri staff legal yang masih ada di ruangan dan mendengarkan mereka berdiskusi."Astaga, kok bisa sampai kena tipu?" gumam Via dalam hati mendengar obrolan mereka. Begitu mereka meninggalkan ruang rapat, Via langsung keluar hendak menemui Aya tapi tidak jadi karena Aya tahu-tahu sudah ada di dekat ruang rapat. Ia langsung menarik tangan Via dan menanyakan kebenaran berita yang ia dengar."Iya, Vi," ucap Aya

  • MENIKAH DENGAN BOS DUDA   Sakit Itu

    "Kamu kenapa?" tanya Eric khawatir."Perut aku sakit, Mas," ucap Aya meremas perutnya.Eric meraih baju kimono kemudian memberikannya pada Aya. Tanpa komando Eric menggendong Aya yang tadi mengatakan ingin ke kamar mandi."Kamu di luar aja, Mas," ucap Aya kala Eric malah ikut masuk ke dalam kamar mandi. Dengan berat hati Eric keluar dari tempat itu tapi tidak menutup pintu itu dengan rapat. Beberapa menit kemudian, Aya muncul dari balik pintu dan minta diambilkan tasnya."Mau ngambil apa? Biar aku ambilkan," kata Eric ngotot hendak mengambilkan apa yang hendak Aya minta."Aku datang bulan, Mas," ucap Aya lirih dengan wajah menahan sakit.Cepat Eric mencari apa yang Aya minta. Ia juga sampai memasangkan benda itu pada tempatnya. Jelas saja itu membuat Aya malu."Ay, kamu kenapa lama? Aku masuk ya," ucap Eric mendorong sedikit pintu kamar mandi. Tidak ada jawaban, tapi beberapa detik kemudian Aya keluar dengan wajah menunduk. Eric lantas duduk di samping Aya yang sudah membaringkan diri

  • MENIKAH DENGAN BOS DUDA   Makan Malam Bersama

    Mereka baru saja mendarat di Jakarta dan langsung bergegas menuju rumah Eric. Rasa lelah setelah pesta kemarin masih sangat terasa. Menempati kamar tidur Eric, Aya segera merebahkan diri setelah selesai berganti pakaian.“Katanya tadi lapar?” tanya Eric baru saja masuk kamar setelah menidurkan Farah di kamarnya.“Kayaknya tidur aja deh, Mas. Ngantuk banget,” sahut Aja menguap lebar dan masuk ke dalam selimut.Pria itu kemudian bergegas mengganti pakaiannya dan ikut membaringkan diri di samping Aya. Sambil memandangi Aya yang sepertinya sudah terlelap tidur, senyum mengambang dari bibir pria itu. Salah satu tangan Eric mengelus perutnya yang lapar. Bayangannya tadi ia masih makan bersama dengan Aya, tapi istrinya itu malah tidur duluan. Ia kemudian memutuskan untuk mengambil beberapa bungkus roti dari luar dan membawanya masuk ke dalam kamar.Meski sudah sangat pelan membuka bungkus roti itu, ternyata Aya masih bisa mendengar dan akhirnya terbangun.“Kamu gak tidur, Mas?” tanya Aya men

  • MENIKAH DENGAN BOS DUDA   Menikah Denganmu

    Setelah menunggu beberapa bulan sesuai dengan permintaan Mama, hari ini akhirnya tiba. Pernikahan Aya dan Eric akan dilangsungkan di salah satu ballroom hotel berbintang yang ada. Aya begitu beruntung karena tak perlu repot mengurus segala persiapan pernikahannya. Semua sudah diatur oleh Eric. Tamu yang datang didominasi oleh orang-orang kantor serta keluarga dan teman-teman Aya juga Mama. Penuh senyum Aya dan Eric menerima setiap tamu yang datang dan memberikan selamat."Selamat ya, Ay," ucap Via sembari memeluk Aya yang ini resmi menjadi istri bosnya itu."Jangan lupa cerita nanti gimana ya malam pertamanya," bisik Via membuat Aya melotot.Dari atas pelaminan, Aya dapat melihat kalau beberapa sepupu serta keluarga dari mendiang papanya datang dan turut mengantri hendak naik ke atas. Aya benar-benar berterima kasih karena mereka tidak berbuat yang aneh-aneh di acaranya hari ini. Meski tak ada senyum saat mereka memberikan selamat.Hingga pesta yang di mulai pukul empat sore akhirnya

  • MENIKAH DENGAN BOS DUDA   Berubah Panggilan

    Setelah terus ditanya oleh Eric, Aya akhirnya mau menceritakan sedikit mengenai keluarga papanya. Mendengar apa yang Aya ceritakan, Eric malah minta untuk dipertemukan agar ia bisa meminta izin. Jelas saja Aya menolak. Ia sudah kenyang mendengar cacian demi cacian."Tapi tetap aja kita harus minta izin, Sayang," ucap Eric mencoba membujuk."Gak penting, Pak. Minta izin atau enggak ya sama aja. Kalau kita ke sana itu namanya cari penyakit. Saya gak mau, Pak," tolak Aya tegas menatap Eric tajam.Tak ingin membuat gadis itu tambah bete, Eric kemudian melemah dan mengajaknya untuk pergi makan siang keluar.Hubungan Aya dan Eric sudah diketahui oleh semua orang kantor, jadi Eric tidak segan untuk menunjukkan perhatiannya pada Aya di depan umum. Namun hal itu terbading terbalik dengan Aya. Gadis itu masih segan bahkan enggan menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan dengan Eric. Beberapa kali ia mendengar omongan yang tidak enak dari beberapa karyawan kantor."Kata Mama, Farah ikut pulang ke r

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status