Share

Bab 27

Penulis: Narra Azahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-09 23:43:28
Zaina menatapnya skeptis. "Rara pasti nangis kalau sama kamu, Mas," ucapnya penuh keyakinan.

Arkana menoleh ke Rara. "Iya, Ra?" tanyanya mencoba menantang.

Seakan mengerti, bayi mungil itu langsung mengangguk.

Zaina tertawa kecil, "Lucu banget ya, Mas, Rara ini."

Arkana tersenyum, "Kalau kamu suka anak kecil, gimana kalau kita bikin satu sendiri?" tanyanya santai, menatap Zaina dengan ekspresi penuh arti.

Mendengar ucapan Arkana, pipi Zaina sempat memerah karena canggung. Namun, ia buru-buru menormalkan ekspresinya. "Udah ah, jangan ngomong yang aneh-aneh," ucapnya, lalu melangkah lebih cepat.

Di dalam hatinya, Zaina mencoba meyakinkan diri. "Arkana sudah punya perasaan sama perempuan lain sebelum aku. Kata-katanya tadi pasti cuma kebetulan."

Namun, langkahnya terhenti saat suara Arkana kembali terdengar.

"Aneh apanya? Kita ini suami istri, kan? Kamu nggak mau melahirkan anak untuk saya?" tanyanya, terdengar santai namun penuh makna.

Zaina langsung berbalik, menatap A
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 81

    Syifa keluar dari mobilnya perlahan. Maghrib ini, ia berniat menunaikan salat di salah satu masjid terdekat. Usai menghadiri acara fashion show, tubuhnya terasa lelah, dan hujan rintik yang terus turun membuatnya mengembangkan payung putih yang selalu ia bawa. Ia melangkah hati-hati menaiki tangga masjid, lalu berbelok menuju tempat wudhu perempuan. Seusai berwudhu, Syifa masuk ke area salat khusus perempuan. Di sana, hanya beberapa jamaah yang sedang salat atau duduk menunggu iqamah. Ia memilih saf bagian belakang, memakai mukena, dan duduk menunggu imam. Usai salat, niat awal Syifa adalah langsung pulang. Namun, hujan telah berubah menjadi sangat deras. Petir sesekali menyambar dan membuat langit seakan terbelah. Ia berdiri ragu di serambi masjid. Payungnya terasa tak akan cukup kuat menahan hujan seberat ini, dan perut besar nya yang kini mengandung delapan bulan membuatnya berpikir dua kali untuk nekat berjalan ke mobil. Ia memilih duduk di sudut serambi. Hijab panjangnya ia

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 80

    “Sayang, kamu beneran mau jodohin Syifa?” tanya Arkana, masih tak percaya. Zaina mengangguk mantap. “Ya iyalah, Mas. Masak aku bercanda? Ngapain juga?” Benar saja, kini Zaina dan Arkana sudah duduk di sebuah restoran untuk mempertemukan Syifa dengan seseorang. Arkana masih menyimpan keraguan. “Kamu jodohin sama siapa, sih?” tanyanya lagi. “Nanti juga kamu tahu sendiri,” jawab Zaina sambil tersenyum misterius. Arkana merasa tak enak hati. Ia tahu betul Syifa sedang dalam masa sulit dan tengah menghindari laki-laki, apalagi urusan pernikahan. Siapa juga yang mau menikah dengan wanita yang sedang hamil dan bukan anaknya? Tapi Arkana hanya bisa diam. Sejak Zaina menjadi ibu, posisi Arkana sebagai suami takut istri. Tak lama, seorang pria mendekati meja mereka. Wajahnya sangat familiar bagi Arkana. “Nah, ini loh, Mas,” ujar Zaina sumringah. “Za, apa kabar?” sapa pria itu, Kaelan. “Baik. Kamu gimana?” balas Zaina hangat. “Alhamdulillah,” jawab Kaelan. Tatapan Kaelan kemudian tert

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 79

    Syifa duduk rapi di sofa, menggenggam jemari tangannya sendiri. Perutnya yang mulai membuncit tampak samar di balik gamis longgar yang dikenakannya. Ia menunduk, menahan gelisah. Pikirannya melayang ke pesan dari Kaelan yang belum juga ia balas. Ia belum siap. Tak lama, suara langkah pelan terdengar dari arah dapur. “Maaf ya, lama,” ujar Zaina hangat, datang sambil membawa segelas air putih. Syifa cepat berdiri, tapi Zaina menahan bahunya lembut agar tetap duduk. “Aku yang minta maaf, Mbak, udah ngerepotin lagi.” Zaina tersenyum sambil duduk di sampingnya, matanya menatap Syifa penuh kasih. “Kamu itu udah aku anggap kayak adik sendiri, Sif. Jadi gak usah mikir repot atau enggak.” Syifa menunduk malu, tapi juga terharu. “Alhamdulillah... janinnya sehat, Mbak. Kata dokter perkembangannya juga bagus.” Zaina tersenyum semakin lebar. “Syukurlah. Kamu juga harus jaga makan, istirahat cukup ya. Jangan mikirin yang aneh-aneh.” Syifa hanya mengangguk pelan. Namun matanya s

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Season 2

    Dengan langkah sempoyongan, Kaelan menyusuri lorong klub yang dipenuhi lampu kelap-kelip dan suara musik yang menghantam jantung. Tubuhnya terasa panas, keringat membasahi pelipisnya. Seolah ada bara api yang menyala di seluruh tubuhnya membakar kewarasannya perlahan-lahan. Tapi langkahnya terhenti saat matanya menangkap sosok perempuan yang duduk sendiri di sudut ruangan. Sesuatu dalam dirinya seperti memanggil Kaelan untuk mendekat. Wajah perempuan itu memerah, entah karena alkohol atau sesuatu yang lebih dari itu. Tanpa berpikir panjang, Kaelan melangkah mendekat. Perempuan itu berdiri, lalu tanpa aba-aba langsung memeluk tubuh Kaelan erat-erat. Napasnya memburu, bibirnya gemetar saat berkata, "Panas, kamu juga merasakannya, kan?" Suara itu tampak menggoda. Kaelan diam. Jantungnya berdebar. Tubuhnya berkata ya, tapi pikirannya berteriak tidak. Ia ingin mendorong gadis itu. Ingin berlari. Tapi ciuman hangat di lehernya membuat semua keinginannya lumpuh. Obat biadab itu t

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 78

    Restoran yang dipilih Kaelan tidak ramai, suasananya tenang. Mereka duduk di meja dekat jendela, diterpa cahaya matahari siang yang hangat. Obrolan mereka ringan. Tentang makanan, tentang rumah sakit, tentang cuaca yang tak menentu. Untuk sesaat, Syifa merasa seperti tidak sedang membawa beban berat di pundaknya. Kaelan bisa membuat segalanya terasa lebih ringan dan lebih nyaman. Namun setelah beberapa waktu, pembicaraan mereka terhenti. Keduanya terdiam sambil menyesap minuman masing-masing. Kaelan menatap wajah Syifa lekat-lekat. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Wajah gadis ini terlalu familiar. Bukan hanya dari pertemuan singkat sebelumnya. Seolah mereka pernah lebih dekat? "Kenapa?" tanya Syifa, menyadari tatapan itu. Kaelan cepat menggeleng sambil tersenyum. "Gak apa-apa. Cuma, merasa pernah ketemu kamu di tempat lain, tapi lupa di mana." Syifa menunduk sedikit. "Mungkin dunia ini memang kecil." Kaelan tersenyum lagi, lalu mengambil kartu nama dari dompetnya

  • MENIKAH DENGAN GUS TAMPAN   Bab 77

    Arkana duduk di bangku kayu, menatap kosong ke arah kolam air mancur. Suara gemericik air tak mampu menenangkan pikirannya. Dunia terasa menekannya dari segala sisi. Syifa datang perlahan, langkahnya ragu. Saat Arkana menoleh, mata mereka bertemu tatapan yang dulu asing, kini terasa penuh beban dan luka yang tak diucapkan. "Aku datang," ucap Syifa pelan. Arkana mengangguk, matanya terlihat lelah. Ia memberi isyarat agar Syifa duduk. Keduanya terdiam beberapa saat, hanya suara angin dan anak-anak bermain di kejauhan yang terdengar. "Aku, nyerah, Syif," kata Arkana akhirnya. Suaranya berat, seolah setiap kata menyakitkan. "Aku bakal nikahin kamu." Syifa menoleh cepat, matanya membelalak pelan. "Tapi, kamu bukan pelakunya." Arkana menunduk. Jemarinya menggenggam lutut. "Iya. Tapi aku gak sanggup lagi liat semua ini makin rumit. Aku gak bisa diem terus-terusan. Tapi, aku juga takut. Kalau aku buka suara, Sendy bisa nyakitin Zaina. Aku takut dia tahu Zaina udah tahu semua k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status