Zyan mulai menikmati tiap gigitan pangsitnya, namun Zyan lebih menikmati pemandangan Rui menghabiskan semua makanan yang ada diatas meja.
"Bagaimana mungkin dia tetap langsing, padahal makannya sebanyak itu," pikir Zyan keheranan.
Setelah selesai, Zyan malah yang mengantarkan Rui pulang ke rumah utama. Disana Bo Han tengah menunggu.
"Mama!" panggil Bo Han seraya memeluk kaki Rui.
"Apakah Papa sedang libur?" tanya Bo Han.
"Emmm…." jawab Zyan canggung.
"Horaay, Papa akan makan malam bersama dengan kita," ujar Bo Han kegirangan.
"Apakah hari ini merasa senang di sekolah?" tanya Zyan.
"Ya, senang
Rui pun memilih ikut dengan Rou Chen dan Fei Yin, "Ayo akan kutunjukan makanan yang enak yang ada dikantin kita," ujar Rou Chen.Meja pun penuh dengan makanan mereka bertiga. Baru saja akan mulai makan, Anming dan Haocun mendekati mereka bertiga."Bolehkah kami bergabung disini," ujar mereka.Belum mendapat jawaban, mereka malah sudah duduk, "terima kasih," jawab mereka berdua."Ish kalian ini sungguh seperti lebah, selalu mengincar madu," ujar Rou Chen mendengus kesal sambil menunjuk-nunjuk Anming dan Haocun dengan sumpitnya."Hei! sudah, bukankah kita sama-sama ingin makan bukan? jadi berhentilah berdebat," ujar Anming."Ini, susu untukmu," ujar Anming seraya memberikan satu kotak
Rui tertegun tak percaya mendengar pengakuan maaf dari Zyan, Seorang Tuan Muda yang sejak lahir sudah tersedia sendok emas dan garpu emas ditangannya, malam ini menundukan harga diri dan egonya, meminta maaf kepada wanita biasa yang datang dari desa.Jika itu orang lain, jangan harap mendengar perkataan ini dari Tuan Muda Liu, ini hanya berlaku bagi Rui Seorang."Apa aku salah dengar?" tanya pikir Rui.Masih dalam ketertegunannya, Zyan mengulangi permintaan maafnya lagi seraya memeluknya erat."Tuan Liu…" ujar Rui."A-aku tidak bisa bernafas," ujar Rui lagi.Zyan pun segera melepaskan pelukannya. Menatapi wajah Rui. Baru ingin menciumnya namun pintu lift sudah terbuka. R
"Bo Han!" panggil Rui. "Jangan berlari, nanti terjatuh," Rui mengingatkan. "Mama, aku sangat senang sekali," ujar Bo Han. Rui memberikan semua bawaan mereka kepada Zyan, "kau yang bawa, aku akan mengawasi Bo Han!" perintah Rui. "Haish..." jawab Zyan. "Jika enggan maka pulang saja!" ujar Rui lagi. "Wanita ini benaran deh..." gumam Zyan dalam hati. Rui berbalik ke arah Zyan, lalu memakaikan kacamata hitamnya lagi. Zyan pun membawa tas ransel Bo Han dan juga keranjang piknik mereka. Zyan mengikuti kemana arah Rui membawanya. Merek
Di Liu Corporation, Zyan terlihat uring-uringan hampir di sepanjang hari. Wajahnya nampak cemberut sepanjang pertemuan dengan para bawahan Zyan."Apa ini, buat ulang!" ujar Zyan seraya melemparkan proposal yang telah dibuat.Zyan meninggalkan ruang pertemuan dengan hati kesal, hanya asisten Fu yang memahami apa yang terjadi."Nyonya Muda Liu masih menolak Tuan Muda Liu," gumam asisten Fu dalam hati.Di dalam ruangan pun serupa, Zyan masih saja uring-uringan. Bahkan catatan pertemuan yang asisten Fu buatkan tidak dibaca sama sekali.Sementara Rui dengan tenangnya pergi menjemput Bo Han. Sesampainya di sekolah Rui tidak melihat Bo Han melewati gerbang sekolah.Rui pun segera p
Hati Rui seperti akan terlepas dari tempatnya ketika melihat An Ran berdiri di sudut Helipad dengan troli kebersihanya Rui berpikir pasti Bo Han ada di dalam troli tersebut. Dengan impulsifnya Rui berlari ke arah An Ran, namun Zyan menangkap tubuh Rui."Lepaskan aku!" hardik Rui kepada Zyan."Bo Han, pasti Bo Han ada di sana," ujar Rui seraya menunjuk kearah troli.Melihat Rui begitu histeris, An Ran malah tertawa bahagia. Melihatnya Rui malah semakin berlari kearah An Ran.Rui sekuat tenaga ingin melepaskan diri dari Kungkungan Zyan. Namun kali ini tangan Zyan terasa kuat seperti besi. Rui benar-benar tak bisa melepaskan diri dari dekapan Zyan."Sayang! tenanglah," ujar Zyan.Meliha
"Pastikan dia tidak akan bisa keluar dari sana!" perintah Zyan."Baik Tuan," jawab Asisten Fu.Zyan kembali masuk kedalam kamar, dan melihat Rui tengah bercanda dengan Bo Han. Zyan pun ikut menyelinap masuk kedalam selimut dan ikut mengelitiki pinggang Rui."Ah, ampun....ampun!" pinta Rui.Zyan pun menghentikan candaannya, "kau ini benaran deh, sedang sakit malah bercanda," tegur Rui."Aku hanya sangat merindukan saat-saat seperti ini denganmu," jawab Zyan.Rui, "...""Patuhlah! jika segera ingin pulang," ujar Rui seraya turun dari ranjang.Zyan, "..."
Di dalam kamar, Su Lin merebahkan dirinya di ranjang, sambil memegangi dadanya yang bergelut debar-debar. Su Lin membawa debaran itu sampai kedalam tidurnya.Keesokan paginya, Su Lin bertemu kembali dengan Hyo Rin dan Zyan yang mengantarkan Bo Han ke sekolah. Setelah mengantarkan Bo Han, Rui merengek kepada Zyan agar diijinkan bertemu dengan Rou Chen dan juga Fei Yin.Zyan pun memberikan ijin, Rou Chen dan Fei Yin sedang membersihkan kaca, tiba-tiba saja Rui ikut membantu. Keduanya menoleh dan melihat Rui, langsung saja senang dan memeluknya."Kau kemana saja, lama tak bertemu?" tanya Rou Chen."Ei... ini mengapa kau tidak memakai seragam?" tanya Rou Chen."A-aku sudah tidam bekerja lagi disini," jawab Rui.
Selesai melakukan aktivitas yang menyenangkan, Zyan mengeringkan rambut Rui. Rui meletakan kepalanya di kedua paha Zyan, dengan jari- jari tangannya Zyan mengeringkan rambut Rui dengan hairdrayer. "Ayo! saatnya tidur," ajak Zyan. Dini Hari, Zyan menciumi leher dan tulang selangka Rui, berdekatan dengan Rui selalu membuatnya ingin lagi dan lagi. Di pagi hari, sisi ranjang sebelah Rui telah kosong. Zyan telah pergi ke Liu Corporation pagi-pagi sekali. "Benar-benar pria tak tahu batas," ujar Rui seraya memijit-mijit badannya yang terasa sakit di sana sini. Sementara itu di bandara, wanita bertubuh seksi menggoda tengah menggeret kopernya. Bai Yue memakai kacamata hitamnya