Share

Bab 37

last update Dernière mise à jour: 2025-04-23 21:27:45

Lyra bersungut pelan, duduk di tepi ranjang dengan ekspresi muram. Matanya menatap kosong ke arah jendela yang tertutup tirai tipis, seolah berharap angin malam bisa membawa serta kekesalan yang masih mengendap di dadanya.

Sikap Dastan benar-benar membuatnya kehilangan kata. Baru saja ia mencoba mempercayai bahwa pria itu memiliki sisi manusiawi di balik wajah dinginnya, tapi semua harapan itu hancur dalam hitungan jam. Hari ini, Dastan seperti sosok asing. Dingin. Sinis. Dan menyakitkan.

“Dia benar-benar menyebalkan,” gumam Lyra, menggenggam bantal dan memeluknya erat. Tak peduli seberapa banyak kebaikan yang ia tunjukkan sebelumnya, pada akhirnya dia tetap pria arogan yang menganggap dirinya penguasa segala hal.

Lyra menghela napas panjang. Masih segar dalam ingatan cara pria itu mempermalukannya di depan orang asing. Seolah ia hanya boneka yang bisa diperlakukan sesuka hati.

Entah kenapa, setelah pembicaraan soal saham kemarin, Dastan berubah. Semakin menyebalkan. Semakin dingin.
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 117

    "Lyra!"Panggilan panik itu menyadarkan Lyra.Matanya terbuka lebar menatap wajah Dastan yang sangat cemas."Kau mimpi buruk?"Lyra langsung terbangun lalu memeluk Dastan dengan erat. Napasnya memburu, tubuhnya dibanjiri keringat dan bergetar hebat seperti baru ditarik dari tepi jurang."Ada orang... ada orang di luar jendela... kotak merah itu..." bisiknya terbata, wajahnya kini terkubur di dada Dastan.Dastan mengusap punggung Lyra perlahan, mencoba menenangkan. "Tenang, Lyra. Tidak ada siapa-siapa. Itu cuma mimpi."Namun pelukan Lyra justru menguat. Matanya mengintip ke arah jendela. Hari masih senja. Benar, dia hanya mimpi buruk karena trauma. Dastan menghela napas pelan. Ia tahu Lyra sedang tidak dalam kondisi baik. Tangannya menggenggam tengkuk Lyra, memeluknya lebih erat."Aku akan periksa semuanya. Kau tidak perlu takut. Aku di sini."Lyra mengangguk. Menahan tangis yang mendesak keluar. Dia tak mau terlihat cengeng di depan Dastan. Tapi saat pria itu hendak bangkit, kedua ta

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 116

    Waktu seolah berhenti berputar. Napas Lyra tercekat dengan mata membelalak menatap isi kotak dan kemudian...“AAAH!”Jeritannya mengguncang ruangan. Lyra nyaris melompat dari ranjang. Kotak tadi terlempar dari tangannya, jatuh ke lantai dengan isi yang terguling keluar:Para pelayan terlonjak kaget.Seekor bangkai tikus tergeletak dengan bercak merah menodai bulunya. Di bawahnya, ada selembar foto polaroid—wajah Lyra—yang dicetak dalam warna pudar dan penuh baret. Bekas goresan benda tajam.Semua orang terdiam. Terpaku ketakutan."Nyonya!" Alba yang bergerak pertama kali memeluk Lyra. Nyonya mereka itu kini terisak tak terkendali, tubuhnya gemetar hebat karena terkejut.Dastan bangkit dari sofa, melangkah cepat dengan sorot mata berbahaya. Ia mengambil sarung tangan kulit di sisi meja, mengenakannya sebelum mendekat dan jongkok di depan isi kotak. Ujung jarinya menjungkirkan binatang kecil itu lalu bergumam, "Ini mainan yang disiram cat merah.” "Jadi bukan sungguhan?” Alba terdenga

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 115

    Lyra menaruh ponsel di atas meja tepat saat suara langkah kaki Dastan mendekat.Ia buru-buru mengatur napas, berusaha menghapus jejak kecemasan di wajahnya. Tapi tatapan tajam Dastan saat berdiri di dekatnya, langsung mengintimidasinya.“Kau bicara dengan ibumu?” tanya Dastan. Nada suaranya datar tapi tegas, membuat Lyra tak bisa berkelit.Lyra menggigit bibir, lalu mengangguk kecil. “Iya. Hanya sebentar.”Tatapan Dastan menyipit sedikit. “Apa yang dia tanyakan? Kesehatanmu? Atau...”Lyra mencoba tersenyum. “Katanya, dia khawatir soal kakiku... dan juga mengingatkan soal pesta sosialita minggu depan.”Dastan menyeringai miring, sinis. “Dia menanyakan kakimu karena khawatir keadaanmu? Atau karena khawatir kau melewatkan pestanya?”Kepala Lyra tertunduk. Kata-kata Dastan menampar tepat sasaran. Bahkan pria itu pun menyadari bahwa sang ibu tak pernah benar-benar peduli padanya. Hanya citra. Hanya tampilan luar untuk mengesankan orang lain.Ingin rasanya Lyra menghilang di balik selimut k

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 114

    Bunyi getaran halus itu semakin lama seolah melengking di udara, memenuhi ruangan kamar yang semula nyaman.Lyra menegang. Tangannya terhenti di atas piring dengan napas tertahan. Tatapan Dastan segera jatuh ke ponsel itu, dingin. Gelas kopi yang tadi terangkat kini kembali diletakkan perlahan, nyaris tanpa bunyi, tapi tekanan di rahangnya terlihat jelas.Lyra menghela napas pelan. Tangannya bergerak ke arah ponsel, ragu. Tapi baru setengah jalan, suara Dastan memotong, datar namun mengandung peringatan.“Kenapa ibumu senang sekali menelepon pagi-pagi? Apa dia sengaja mau mengganggu momen sarapan kita?”Lyra menarik tangannya. Ia juga tak mengerti, yang ia tahu jika tidak menjawab, ibunya akan murka. Tapi ia juga sadar, mengangkatnya di depan Dastan... akan menjadi luka kecil baru dalam hubungan mereka yang baru membaik serta masih terlalu rapuh.“Kalau kau takut, angkat saja,” lanjut Dastan ketus. “Aku juga ingin tahu... seberapa dalam pengaruh wanita itu atas dirimu.”Lyra menatap d

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 113

    “H-hak sebagai suami?” tanya Lyra lirih, seolah bertanya lebih kepada dirinya sendiri.Pria itu hanya mengangguk ringan, tidak tergesa, tidak memaksa. Tatapannya tetap tertuju pada Lyra yang mulai terlihat was-was, seakan belum bisa menebak arah ucapan Dastan.“Waktu itu, kita tidak sempat menyelesaikannya. Aku hanya ingin menebusnya sekarang.”Lyra langsung panik. Pikirannya melompat liar, memutar ulang malam mereka di kamar hotel, lalu membayangkan segala macam kemungkinan yang membuat bulu kuduknya meremang. Matanya melirik sekeliling kamar mandi, lalu ke arah kakinya yang masih dibalut gips.Lyra membatin, "Apa dia serius? Di sini? Sekarang juga?”"Ya—yang benar saja," gumamnya terbata disambut anggukan mantap Dastan. “Maaf, tapi aku… aku bahkan belum bisa berdiri dengan normal!”Dastan mengerutkan dahi, sejenak bingung. “Lalu?”“Jangan bercanda. Aku mau keluar sekarang," desak Lyra mencoba untuk kabur dari situasi menggelisahkan itu.Kening Dastan berkerut. "Bercanda? Untuk apa a

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 112

    "Apa kau suka bicara setengah-setengah?" sindir Dastan tanpa ampun.Lyra meremas tangan. Baru tersadar jika dirinya telah masuk ke dalam jebakan. Tidak ada gunanya lagi menutupi sesuatu. Sudah kepalang basah. Dastan tidak akan membiarkannya tetap bungkam sekarang. “Sebenarnya…” Suara Lyra melemah. “Malam sebelum hari pernikahan… Darren datang menemuiku. Dia minta tolong.”“Di mana?”Lyra menggigit bibir bawahnya, ragu. “Di… kamarku. Dia memanjat jendela.”Tangannya refleks menggaruk tengkuk. Ekspresi bersalahnya jelas terlihat. Tapi yang membuatnya makin gugup adalah sorot mata Dastan. Tajam, nyaris tak bisa dibaca."Aku juga tidak tahu bagaimana dia bisa masuk."“Jadi, karena itu kau menciumku?” tanya Dastan, datar namun menohok. “Untuk mengalihkan perhatianku?”Lyra menelan ludah. Telapak tangannya mulai basah oleh keringat.“Bukan begitu… aku memang ingin berterima kasih waktu itu…” suaranya kecil. Tapi ekspresinya berusaha meyakinkan “Sungguh?”Lyra mengangguk cepat.“Ya… sunggu

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status