Share

Bab 93

Penulis: Sidney Fellice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-18 20:46:37

Gelas mocktail berembun itu telah kosong. Lagi. Lyra bahkan sudah kehilangan hitungan berapa kali dia meneguk cairan manis berwarna-warni hanya demi menyibukkan tangan dan pikirannya yang sangat kacau.

Wajahnya tersenyum, tapi matanya menelisik. Di atas pelaminan darurat yang lebih menyerupai panggung tontonan, Ia dan Nancy terus berbisik pelan. Bisik-bisik yang semakin mencurigakan.

Dan tentu saja, seseorang menyadarinya.

Suara berdehem yang khas serta familiar menyergap dari belakang, membuat Lyra dan Nancy terlonjak bersamaan. Nancy refleks bangkit, melirik Dastan yang memberinya tatapan maut. Gadis itu sangat gugup hingga spontan menyambar gelas kosong di tangan Lyra.

“Maaf, Ly. Aku… aku akan mengembalikan ini dulu,” ucap Nancy buru-buru, sebelum melengos pergi seperti angin. Tak memberi waktu sedikitpun bagi Dastan untuk menanyainya.

Dastan hanya mendengus kecil, kemudian mendudukkan dirinya di samping Lyra. Wajahnya lelah, tapi matanya tetap tajam. “Kau kelihatan terlalu sibuk b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 203

    Begitu tiba di depan bangunan tinggi yang dikelilingi tembok beton menjulang serta kawat berduri yang melingkar di atasnya, Talia menghentakkan langkah dengan geram. Pandangannya menyapu pagar besi yang menjulang, para penjaga berseragam berjalan mondar-mandir dengan ekspresi datar. Semua terasa mencekam.Jika bukan demi Lyra, demi nyawa putri angkatnya itu… seumur hidup, Talia tak akan pernah sudi menginjakkan kaki di tempat seburuk ini."Ayo, Talia! Cepat!" seru Leonard. Suaranya penuh urgensi, ciri khas orang yang tengah berpacu dengan waktu. Tubuh lemahnya nyaris berlari menembus terik matahari yang membakar halaman luas itu.Talia mendesah berat, lalu mengikutinya sambil mengumpat pelan. Hatinya belum bisa menerima bahwa pria tua itu memutuskan untuk menemui orang yang hampir saja membunuh anaknya sendiri.Lima belas menit kemudian, mereka dipersilakan masuk ke area kunjungan. Seorang sipir memanggil Leonard ke dalam ruang pertemuan tahanan. Talia duduk menunggu di luar dengan g

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 202

    Tapi yang muncul di sana, bukan wajah yang dia harapkan. Masih bukan dokter, melainkan seorang perawat yang berjalan cepat, wajahnya tegang dan napasnya memburu. Ini sudah ketiga kalinya perempuan itu bolak-balik keluar masuk ruang operasi. Kali ini, Dastan tak membiarkannya lewat begitu saja.Dia melangkah cepat dan menahan lengan si perawat. “Bagaimana keadaan istriku? Ini sudah empat jam, operasinya berhasil kan?” tanyanya dengan suara yang tajam dan penuh desakan.Si perawat tampak gugup, menatap Dastan lalu sekilas melirik Charlie di belakang pria itu, seolah berharap ada yang membantunya keluar dari situasi ini. “Op-operasi luka tembaknya sudah selesai, Tuan. Tapi…”“Tapi apa?” Dastan menyela cepat, matanya menyorot curiga.“Itu… pasien kehilangan banyak darah sebelumnya, dan…” Perawat itu tampak ragu. Jemarinya meremas catatan medis di tangannya. “Saat ini… pasien masih dalam pengawasan intensif. Sebaiknya Anda tunggu saja. Dokter akan segera memberikan penjelasan langsung.”“

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 201

    Letusan itu memecah udara pesta seperti petir menyambar dari langit cerah.Semua orang membeku. Musik yang tadi mengalun lembut terhenti mendadak. Suara tawa dan obrolan hangat lenyap berganti dengan jeritan dan kepanikan. Kursi yang terjungkal, gelas serta piring pecah, tak ada yang peduli.Ajudan yang terkena tembakan pertama terguling di tanah, menggeliat dengan darah mengalir deras dari pahanya. Napasnya memburu, matanya terbelalak tak percaya. Tapi sebelum siapa pun bisa bereaksi lebih jauh, sebuah sosok tua muncul dari balik tirai panjang tempat katering berada. Tangannya menggenggam pistol kecil yang berkilat."Nyonya Alida?" seru Lyra terkejut.Wanita tua itu memang masih buron, tapi siapa sangka dia masih bersembunyi di negara ini?Tak ada satu pun dari ajudan yang mencurigai wanita tua itu. Dia menyamar sebagai pelayan katering. Penyamaran sempurna, rambut disanggul sederhana, seragam putih berlumuran saus, juga gerak-geriknya dibuat lambat seperti layaknya pelayan lansia. T

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 200

    Dastan menatap wajah Lyra yang tertidur lelap di ranjang. Napasnya tenang, semalaman dia benar-benar mengistirahatkan diri. Dastan pun tak ingin mengganggunya. "Sulit dipercaya kau senekat itu," gumamnya bergeleng pelan.Wanita yang dicintainya ini sempat menghilang begitu saja, lalu muncul kembali secara misterius, seolah semua yang terjadi hanyalah mimpi buruk yang tak pernah benar-benar menyentuh mereka.Andai tak ada luka memar di sudut bibirnya, goresan-goresan halus di kulitnya, serta keputusan penyelidikan yang tiba-tiba berubah arah, Dastan mungkin tak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia nyaris gila mencari, bahkan tak bisa tidur, sementara Lyra diam-diam berjuang sendiri dalam bahaya.Saking paniknya, Dastan sempat menyeret Lyra untuk cek medis dadakan, sesaat setelah ‘interogasi ringan’ yang berakhir dengan tangisan dan pelukan panjang. Dia tak peduli betapa lelah mereka saat itu. Yang penting, ia harus memastikan kondisi istrinya dan calon bayinya baik-baik sa

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 199

    Dengan langkah berat dan mata menyipit, Gaspard berjalan menembus kerumunan yang membelah diam-diam.Tatapan matanya tajam menusuk saat berdiri tepat di depan Lyra, tinggi dan kokoh seperti gunung batu yang penuh bahaya. Dia menatap liontin yang tergantung di dada Lyra, lalu mengangkat dagunya.“Dari mana kau dapatkan benda itu?”Lyra menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering, tapi dia berusaha menegakkan bahu.“Dari ayahku,” jawabnya mantap. “Leonard Austin.”Suara gemuruh rendah terdengar dari sekitar, sebagian mengejek, sebagian kaget. Nama itu—Austin—adalah nama yang tidak sembarang disebut dalam tempat ini.Wajah pria itu mengeras. “Kau bohong. Leonard sudah mati.”Lyra menggeleng cepat. “Dia tidak mati. Ayahku hanya... bersembunyi demi keselamatanku. Tapi sekarang... dia mengizinkanku datang ke sini. Karena ada yang harus aku lakukan.”Gaspard menyipitkan mata, seolah mencoba menakar kejujuran serta keberanian Lyra.“Kau pikir hanya karena kau membawa liontin tua itu, aku akan

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 198

    Lyra panik. Tubuhnya menggigil hebat. Ia tak bisa menghindar lagi ketika cahaya lampu kendaraan yang menyilaukan itu membuat matanya terpejam rapat. Ckiiittt!Suara decitan ban menggores udara malam.Mobil itu berhenti tepat sejengkal di hadapannya. Tubuh Lyra jatuh terduduk. Jantungnya berdentum keras seolah hendak pecah. Malam yang sudah cukup mencekam kini berubah menjadi mimpi buruk lain.Pintu mobil terbanting terbuka. Seorang pria dengan kaus putih kusut dan rambut acak-acakan turun sambil mengumpat panjang. Wajahnya memerah, sorot matanya kosong.“Kau gila?!” hardiknya. “Mau mati, jangan libatkan orang lain! Tengah malam begini kenapa kau berdiri di tengah jalan seperti hantu? Kau pikir ini film horor?!”Ia melemparkan botol minuman keras yang masih setengah isi ke jalan, pecahannya nyaris mengenai kaki Lyra. Gadis itu berjengit, kedua tangannya terangkat melindungi wajah.Ketika pria itu kembali menatapnya dengan sorot mata memicing, Lyra baru menyadari sesuatu, pria itu mabu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status