“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
"Adikmu kabur dan besok adalah pernikahannya." Suara lemas sang ayah membuat Lucia merasa iba. Walaupun sejak kecil dia selalu dikucilkan dalam keluarga ini, namun dia menyayangi ayahnya lebih dari apapun karena hanya dia keluarga kandung satu-satunya. Ayahnya telah menikah lagi dengan seorang wanita yang sudah memiliki anak yang memiliki umur satu tahun di bawahnya. Namun, hal yang baru dia ungkap setelah kematian ibunya lima belas tahun lalu membuatnya sangat kecewa pada ayahnya karena ternyata adik tirinya tersebut merupakan anak kandung ayahnya. “Aku tak bisa mencegah Bella, dia memiliki kekasih lain yang tidak kita ketahui.” Nyonya Lauren, wanita yang menjadi selingkuhan ayahnya dan sekarang menjadi istri dari ayahnya, mulai menangis dengan penuh kesedihan setelah mengatakan hal tersebut. Lucia sangat tahu jika itu adalah tangis palsu wanita itu. “Batalkan saja pernikahannya, masih ada waktu sebelum besok.” Ucap Lucia dengan datar, dia sudah muak mendengar tangisan mereka sela
Lucia terdiam cukup lama, melihat seluruh ruangan yang sangat kotor dan berdebu. Dia berpikir bagaimana mereka bisa tidur dalam keadaan seperti ini. “Jika kau ingin kabur, malam ini akan kuberi kesempatan padamu,” ucap Dariel datar saat melihat Lucia terdiam. Lucia mengalihkan pandangannya ke Dariel dan tersenyum tipis. Lalu, dia melepaskan pegangannya pada kopernya, mengambil sapu, dan mulai membersihkan ruangan. “Kita sudah menjadi suami istri dan sudah mengucapkan janji suka dan duka selalu bersama,” ucap Lucia dengan tenang. Meski situasinya tak ideal, dia merasa iba pada Dariel dan berusaha untuk memahaminya. Pandangan Dariel agak melebar, terkejut dengan respons Lucia yang berbeda dari yang dia bayangkan. Meskipun sejenak, wajahnya menunjukkan kebingungan, sebelum kembali bersikap acuh. “Debu di sini sangat tebal, aku tidak bisa membersihkannya semuanya saat ini,” gumam Lucia yang bisa didengar oleh Dariel dengan samar. “Aku akan pergi ke kamar,” ucap Dariel datar, seolah t
“Aku ingin bercerai.” Ucap Lucia dengan mata menyorot penuh keseriusan pada pria yang sedang duduk di kursi roda tersebut.Tak ada respon apapun dari pria itu, hanya tatapan dingin dan datar yang selalu dia tampilkan tapi Lucia sedikit bersyukur dengan itu setidaknya permintaannya nanti tidak di persulit oleh pria itu.“Tapi tidak untuk sekarang karena aku ingin kita saling menguntungkan karena bagaimana pun aku sudah mengucap sumpah janji di hadapan tuhan.” Ucap Lucia lagi sambil duduk di sofa yang berada di tempat itu.“Apa yang kau inginkan?” Tanya Dariel dengan dingin.“Karena tak mungkin kita langsung bercerai saat ini maka aku memutuskan untuk merawatmu tapi kau tak bisa mengganggu privasiku.” Ucap Lucia dengan serius.Dariel yang mendengar itu langsung menaikkan alisnya dan dia langsung menaruh tangannya di depan perutnya dengan sangga kursi roda dan tatapannya serius dan auranya begitu mencekam.“Aku tak butuh leluconmu.” Ucap Dariel dengan dingin.“Sebenarnya aku bukanlah wan
“Kau lama sekali, Cia.” Ucap seorang pria dengan pakaian serba hitam dengan topi di kepalanya dan masker di wajahnya.“Aku punya tanggung jawab sekarang. Apa yang kau butuhkan saat ini?” Tanya Lucia dengan serius pada pria itu.Mereka saat ini berada di salah satu restoran mewah yang tertutup karena memang restoran tersebut hanya sebuah kedok, di dalamnya banyak orang yang memiliki kepentingan khusus tanpa diketahui oleh banyak orang umum."Aku membutuhkan ini." Ucap Zidan dengan memberikan sebuah kertas yang dilipat kecil dihadapan Lucia.Lucia yang melihat itu langsung mengambilnya dan membacanya."Cukup sulit." Ucapnya setelah membaca apa yang tertulis di sana."Mereka berani membayar hingga tiga juta dollar jika kau menerimanya." Ucap Zidan dengan serius.Lucia yang mendengar itu langsung terdiam, tiga juta dollar cukup besar untuk dirinya bisa hidup bergelimang harta tanpa bekerja selama lima tahun."Beri aku waktu, aku butuh waktu untuk memikirkannya." Ucap Lucia pada akhirnya,
Ruangan gelap dengan cahaya lilin sebagai penerang satu-satunya membuat ruangan itu terlihat remang-remang. "Apa kau sudah mengirimkannya padanya?" Tanya seorang pria dengan perawakan tinggi dan tampan di kursi kerjanya. "Sudah tuan, Cia sedang dalam cuti saat ini katanya dia sudah memberitahu anda sebelumnya." Ucap Zidan pada tuannya. Ellard tersenyum miring, dia mengangguk dan melambaikan tangannya untuk mengusir Zidan untuk pergi dari ruangannya tersebut. Hingga suara dering telepon miliknya membuat Ellard mengambil ponselnya dan langsung mengangkat telepon tersebut setelah tahu siapa yang memanggilnya. “Halo.” Ucapnya dengan lembut pada seseorang yang menelponnya tersebut. “Ellard, sepertinya besok dan besok lusa aku tak bisa menemuimu.” Ucapnya yang membuat senyumnya tadi yang tercetak jelas langsung mendatar. “Kenapa?” Tanyanya dengan datar. “Aku ada urusan, apakah urusan yang kau maksud sangat penting?” Ucap wanita itu yang membuat Ellard menghela nafasnya. “Apa urusanm
Sejak obrolan mereka kemarin, hubungan Lucia dan Dariel sedikit renggang. Bukan karena Lucia yang menjauhi Dariel namun pria itu yang seakan menjaga jarak.“Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, aku akan pergi pagi ini.” Ucap Lucia sambil memesan taxi melalui handphonenya.Dariel hanya diam, entah mengapa Dariel semakin diam karena Lucia tak ingin menjawab apa pekerjaannya. Tapi Lucia membiarkannya karena sudah dalam perjanjian mereka jika urusan pribadi mereka tak perlu mereka katakan satu sama lain.“Taxi ku sudah datang, aku pergi dulu. Jangan lupa meminum obatnya.” Ucap Lucia lalu berlari menuju ke mobil taxi tersebut karena memang pagi ini langit mulai gerimis.“Tuan.” Panggilan tersebut menyadarkan Dariel dari lamunannya.“Hm.” Hanya itu yang Dariel jawab atas panggilan tersebut dan melirik ke arah pria yang datang tanpa terdeteksi kedatangannya.“Kami tak menemukan data dari nyonya muda, apakah kami perlu menempatkan mata-mata disisinya, tuan?” Ucap pria dengan pakaian hitam da