"Apa kamu tidak merasa puas saat tadi kita melakukannya?" tanya Bara dengan pandangan mata yang serius tepat di manik mata sang istri. Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari sang suami, membuat Gina menundukkan kepalanya untuk sesaat, sampai akhirnya perlahan ia menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat hati-hati. Khawatir apa yang dikatakannya menyinggung Bara."Aku puas...."Dengan wajah merah, Gina menjawab pertanyaan Bara dengan jujur hingga Bara meraih telapak tangan sang istri dan menggenggamnya erat."Apakah selama kita berhubungan intim, kamu selalu puas?" Tidak cukup hanya melontarkan pertanyaan tadi, Bara memberikan pertanyaan kembali pada Gina dan Gina merasa wajahnya semakin panas akibat pertanyaan itu dibahas lebih jauh oleh sang suami."Aku selalu puas, Yank," jawab Gina masih dengan kepala tertunduk. "Kamu tidak bohong?"Gina menggeleng. "Syukurlah. Buatku, kepuasan istri adalah penting. Saat berhubungan intim kita harus sama-sama puas, kalau tidak itu namanya eg
'Apakah sekarang, Bara ingin mengatakan kalau aku sebagai istri kurang peka?'Hati Gina bicara demikian, sambil berusaha untuk mengatasi perasaannya yang sekarang semakin sulit untuk diatasi karena perbuatan suaminya. "Maaf, aku mungkin kurang peka, tapi aku benar-benar tidak tahu kalau kamu...."Gina menggantung ucapannya dan wajahnya semakin merah pertanda ia sangat malu untuk sekedar meneruskan ucapannya."Kalau aku apa? Maksudmu kamu tidak tahu kalau aku selalu bergairah di dekatmu?"Bara mencoba menebak kalimat yang tadi tidak diteruskan oleh Gina, dan hasilnya wajah Gina semakin merah terlihat. Perempuan itu melepaskan diri dari pelukan sang suami. Lalu terburu-buru meraih pakaiannya yang berserak untuk pergi menjauh dari tempat tidur. Akan tetapi, sebelum itu dilakukan oleh Gina, Bara sudah mencegahnya.Pria itu benar-benar tidak membiarkan Gina lolos dari cengkeramannya. Dua tangannya yang kokoh memeluk tubuh ramping sang istri dan membawanya kembali ke atas tempat tidur la
"Terima kasih?" tanya Gina agar Bara bisa menjelaskan apa maksud dari ucapan tersebut padanya."Iya. Terima kasih untuk sikap bijak mu saat berbicara dengan Karina, aku jadi bisa menilai kau dan dia perbedaannya di mana."Gina manggut-manggut mendengar apa yang dikatakan oleh Bara. Karena sudah mengerti maksud Bara yang mengucapkan terima kasih padanya."Memangnya aku melakukan apa ya, sama Karina sampai kamu harus mengucapkan terima kasih seperti itu?"Penasaran, bagian yang mana dari sikapnya pada Karina yang membuat Bara sampai mengucapkan terima kasih segala, Gina melontarkan pertanyaan itu pada sang suami. Mendengar pertanyaan sang istri, Bara langsung mengajak istrinya untuk duduk di tepi tempat tidur, wajahnya menjadi sangat serius hingga Gina semakin dibuat penasaran."Aku suka dengan sikapmu yang bijaksana, Gina. Padahal, jelas-jelas Karina selalu berusaha untuk membuat kamu sakit hati, tapi kamu selalu berusaha untuk menahan diri untuk tidak melakukan hal yang sama padanya.
"Maksudku, apa benar yang dikatakan oleh Karina, kamu terangsang, sampai memuaskan diri di toilet?"Gina membenarkan kalimatnya agar Bara tidak salah menduga."Tidak!""Tapi, kamu benar-benar sedang ingin?""Ya."Gina terdiam. Ia menundukkan kepalanya sesaat, sembari berusaha untuk mengatasi perasaan bergemuruhnya lantaran sekarang Bara mencondongkan tubuhnya ke arahnya hingga posisi wajah mereka jadi semakin dekat satu sama lain."Apa kata yang kamu ucapkan di hadapan Karina itu benar? Kamu terangsang karena aku sentuh?"Dengan sangat hati-hati, Gina melontarkan pertanyaan itu tanpa berani menatap wajah suaminya yang berjarak sangat dekat dengan wajahnya."Apa aku pernah berbohong padamu?"Gina menggigit bibir, ketika rasa gemuruh yang menderanya membuat hatinya jadi berbunga."Kita pulang sekarang."Bara terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh sang istri. "Karina menyakiti kamu, kah?" tanyanya, tapi Gina hanya menggeleng. "Dia sudah kelihatan terluka mendengar kebohongan yang ka
"Bara tidak mungkin melakukan hal itu...."Gina menanggapi perkataan Karina meskipun dengan rasa ragu.Mendengar ucapan Gina, Karina tertawa kecil kembali seolah ingin mencemooh Gina yang dinilainya terlalu bodoh."Tidak mungkin melakukan hal yang mana? Memuaskan diri sendiri? Atau dia yang sedang menahan gairah? Kau benar-benar bodoh, Gina! Aku katakan sedikit kenangan aku dan Bara waktu kami masih bersama, dulu saat aku hamil Gavin, nafsunya jauh lebih besar, aku bahkan merasa sulit untuk mengimbangi gairahnya, sekarang kau sedang hamil, aku yakin kau tidak memenuhi kebutuhan biologis Bara sekarang, kan? Kalau kamu memang tidak sanggup, katakan saja! Biar dia kembali padaku!"Panjang lebar, Karina mengucapkan kalimat tersebut di hadapan Gina hingga kembali mereka menjadi pusat perhatian orang yang lalu lalang. Sebenarnya, Gina tidak suka dengan situasi tersebut, akan tetapi setelah mendengar serentetan ucapan Karina, ia tidak mau mengakhiri begitu saja perdebatan mereka sebelum mem
"Berlaku kasar? Silahkan saja, aku suka jika kau melakukannya di sini, agar semua orang tahu kita berduaan di sini, dan jangan lupa, ada Gina di luar yang kemungkinan melihat kita lalu berpikir kau selingkuh denganku!""Kau ini memalukan, sudah menikah pun masih mengejar mantan suami, apakah suamimu itu tidak bisa membuat kau puas hingga kau -""Ya! Tepat sekali! Kamu tahu sendiri, gairahku itu besar, hanya kamu yang bisa membuat aku merasa puas setelah melakukannya, Bara, aku juga berani bertaruh, kamu juga seperti itu, kan? Kamu tidak pernah puas dengan Gina, kan? Perempuan pasif yang hanya bisa diam di atas ranjang tidak berinisiatif sama sekali?"Bara tersenyum kecut mendengar cemoohan yang diucapkan oleh sang mantan istri. "Kamu mau tahu kenapa sekarang aku seperti sedang menahan gairah?" tanyanya dengan sorot mata tajam menatap wajah Karina."Karena kita bertemu, kan? Kamu membayangkan bagaimana hebatnya permainan kita di atas ranjang hingga Gavin lahir, tidak usah munafik, Bar