"Kau mempermainkan aku, Jessica? Apa kata ibuku kalau aku mencuci piring segala? Dia tidak akan menyukai kamu dan tidak akan percaya kalau kamu akan berubah!" "Mempermainkan apa? Aku memberikan kamu beberapa pilihan lho, kamu tinggal pilih aja mau yang mana."Jessica tidak mau disalahkan, ia mengucapkan kata itu pada Haris sambil menggoda Haris dengan cara mempermainkan dadanya sendiri dan itu membuat Haris benar-benar terangsang melihat apa yang dilakukan oleh Jessica."Baiklah, aku yang cuci piring, kamu layani aku sekarang, aku akan memberikan imbalan tas tanpa berlian!"Haris akhirnya membuat pilihan, dan Jessica menyeringai merasa puas karena ia tidak jadi mencuci piring pada akhirnya.Tanpa menunggu lama, Haris segera mendorong tubuh polos Jessica ke atas tempat tidur. Dengan dahaga ia menyentuh bagian dada Jessica dan bibirnya sibuk mencium bibir Jessica tanpa jeda. Jessica meladeninya dengan senang hati, hingga dalam sekejap keduanya sudah asyik dengan permainan panas merek
Indira melontarkan pertanyaan itu pada sang anak dengan wajah yang terlihat sangat serius."Aku tahu, Mi. Aku akan memperhatikan sepak terjangnya, aku juga tidak akan membiarkan Karina merusak pernikahan ku dengan Gina, terima kasih untuk nasihatnya."Bara berusaha untuk meyakinkan sang ibu, lalu setelah itu ia beranjak meninggalkan ibunya usai sekali lagi ia pamit pada ibunya tersebut. Indira hanya memandang anaknya yang masuk ke dalam mobilnya untuk segera pulang. Hatinya diselimuti perasaan khawatir, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengungkapkan semuanya lewat tindakan karena ia sangat tahu, Karina adalah perempuan yang bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia mau.***"Haris, sini kamu!" Haris terkejut saat ia pulang dari kantor ibunya langsung menyeretnya untuk mengikuti wanita itu ke dalam kamar ibunya."Apa-apaan kamu? Kenapa kamu bawa Jessica ke rumah ini?"Belum lagi Haris tahu mengapa sang ibu menyeretnya sedemikian rupa, ibunya sudah bicara demikia
"Sebenarnya, apa yang ada di dalam pikiran kamu, Nak? Kamu datang ke sini tentu dengan niat ingin mengatakan hal itu, bukan? Katakan saja pada Mami, semuanya."Indira tidak menanggapi apa yang dikeluhkan oleh Bara, tapi ia justru melontarkan pertanyaan itu pada sang anak hingga membuat Bara terdiam sejenak."Kurasa, Gavin jadi egois seperti itu, karena pola asuh ku dan Karina yang salah."Akhirnya, Bara meluahkan apa yang ada di dalam pikirannya pada sang ibu, hingga ibunya menghela napas panjang mendengarnya. "Bisa benar, bisa juga salah," ucap Indira dan itu membuat Bara langsung mengarahkan pandangannya pada sang ibu."Maksudnya?" tanya Bara."Anak bisa egois kalau orang tuanya terlalu memanjakan, tapi untuk Gavin, karena ada masalah dari orang tuanya, mungkin dia sekarang sedang beradaptasi."Indira menjelaskan apa yang ia maksud hingga Bara sekarang mulai mengerti."Jadi intinya aku dan Karina tetap satu satunya orang yang bersalah dalam pembentukan karakter Gavin, kan?""Bara,
"Bagaimana dengan ibu kamu? Memangnya dia tidak mengamuk kalau kita bersama tanpa rujuk? Bagaimana dengan kedudukan kamu di perusahaan? Memangnya kalau kita bersama tanpa rujuk kamu tidak dijadikan bahan gosip?" tanya Jessica berulang."Memangnya kamu serius ingin rujuk dengan aku?""Aku tidak peduli rujuk atau tidak, yang penting kebutuhan aku terpenuhi itu sudah cukup, kamu juga tidak suka padaku, kan? Masih suka si Gina itu?" Jessica bicara demikian sambil menatap Haris dengan tatapan mata tajamnya."Aku cuma tidak rela setelah bercerai dengan aku, dia justru bahagia dengan orang lain.""Berarti, kamu tidak suka sama dia?"Jessica penasaran dengan apa sebenarnya yang dipikirkan oleh Haris tentang Gina."Heeeem, sebenarnya, aku suka sama dia, aku dulu tidak puas dengan dia karena dia melahirkan anak perempuan saja lalu, dia tidak bisa berpenampilan seksi seperti kamu di hadapan aku."Wajah Haris terlihat sangat serius ketika menjawab pertanyaan dari Jessica tentang Gina."Berarti
"Lalu, kenapa kau bicara seperti ini padaku? Mau minta uang?" tanya Haris seraya menatap wajah Jessica dengan sangat serius."Apakah tidak boleh kita rujuk?"Wajah Haris berubah mendengar perkataan Jessica yang tidak disangka-sangka. "Kau sedang bercanda? Kamu sendiri tahu, aku sedang mengejar Gina kembali, kenapa kamu ingin rujuk? Kamu ditolak si model itu lalu kamu berlari kepadaku karena tidak ada pria lain lagi yang mau dengan kamu?"Panjang lebar Haris bicara, kalimat nya sedikit mencemooh dan Jessica sudah menebaknya hingga ia tidak merasa heran."Sudah lama kamu berusaha untuk menarik perhatian Gina, tapi enggak ada hasilnya, memangnya kamu tidak lelah?""Dia hanya terlalu gengsi mengakui, Raya itu anakku, setiap anak itu nyaman dengan ayah kandung daripada anak tiri!""Bukannya kamu tidak suka anak perempuan?""Tidak suka bukan berarti tidak bisa menerima keberadaannya, kalau aku menerima Raya dan itu bisa membuat Gina kembali padaku, apapun akan kulakukan.""Terserah kamu sa
"Ada yang aneh? Maksudnya?"Gina mengusap wajahnya perlahan, tidak mau dinilai Bara picik dalam menyimpulkan sesuatu."Enggak papa, mungkin cuma perasaan aku saja," kata Gina memilih untuk tidak menjawab dengan jujur pertanyaan tidak paham Bara."Bicara saja, apa yang ada di dalam pikiranmu, aku ingin mendengar siapa tahu itu sebuah firasat?"Bara yang yakin istrinya sedang memikirkan sesuatu mengatakan kalimat tersebut, berharap Gina mau meluahkan apa yang membuat perempuan itu mengatakan bahwa ada sesuatu yang aneh seperti yang dikatakannya tadi."Maaf. Aku cuma tiba-tiba berpikir, dan mungkin bagimu itu terlalu berlebihan jadi tidak perlu dibahas.""Tapi aku tidak keberatan untuk mendengarkannya, Sayang."Bara bersikeras untuk meminta Gina bicara, hingga Gina menarik napas sejenak seolah tidak bisa mencari alasan untuk tidak menjawab dengan jujur pertanyaan suaminya."Karina masih sangat ingin rujuk sama kamu, ketika di rumah sakit, kamu bilang setelah ditalak tiga, kalian tidak se