Share

Tenggelam

Wisnu terkejut melihat Amanda ada di bawah sana bersama Lesti dan Dion. Bahakan tatapan mereka bertemu sejenak tadi. akhir-akhir ini dia memang suka memperhatikan gadis itu. Perasaannya timbul tenggelam jika harus mempertanyakan apakah dia tertarik padanya. Dia masih juga menimbang-nimbang apakah harus membiarkan dirinya jatuh cinta padanya atau mengalihkan saja perasaan itu. Karena tentu di antara mereka ada banyak perbedaan.

Usia Amanda masih sangatlah muda, dia juga terkadang masih terlihat childish. Itu membuat Amanda bukanlah tipe wanita yang diinginkan Wisnu. Terekam dalam sejarah percintaan pria ini bahwa kebanyakana kekasihnya memiliki usia yang lebih tua darinya atau paling tidak seumuran. Kurangnya kasih sayang dari seorang ibu sejak kecil membuatnya ingin melampiaskan kerinduannya pada sosok wanita yang keibuan dan bersikap dewasa.

Karena itu dia menjadi bingung dengan dirinya sendiri, mengapa sekarang tiba-tiba merasa tertarik pada gadis muda itu? Apakah tipenya sudah berubah? 

Di bawah sana, Lesti tampak gusar menunggu pesan dari Dion. Setelah notifikasi terdengar, dengan diam-diam dia membaca pesan itu.

Dion : [ Ayo, aku sudah di luar ]

Lesti : [ Iya, ini lagi mengkondisikan situasi ]

Dion : [ Pura-pura saja mau ke toilet kayak aku tadi, begitu sudah agak jauh langsung ambil langkah seribu, hehe ]

Lesti tersenyum sendiri membaca pesan Dion. Amanda menatapnya heran.

“Ngapain senyum-senyum sendiri?”

“Kamu itu kelamaan menjomblo, lihat orang senyum-senyum saja sudah syirik!” tukas Lesti. 

“Kali aja lagi merencanakan sesuatu dengan Dion?” ujar Amanda mempermainkan sedotan di gelasnya.

Sebenarnya dia juga merasa menjadi pengganggu mereka. Tapi dia hanya ingin mengusir kesuntukan pikirannya dengan mengganggu kencan kedua temannya itu. sesekali juga tidak masalah lah, mereka masih punya malam Minggu yang lain.

"Aduuh, ayang beb ku kemana kok gak balik-balik?" Lesti memulai aktingnya, "Aku lihat Dion dulu ya, kasihan kan kalau dia kenapa-napa. Habisnya sejak kemarin perutnya bermasalah," ujar Lesti bangkit sambil membawa tasnya.

"Lihat doang kan?" Amanda memicingkan matanya.

"Hemm!" Lesti bangkit.

Karena diawasi Amanda, Lesti pun berjalan ke arah toilet. Tapi begitu Amanda lengah sebentar, dia langsung mengambil jurus langkah seribu berbelok ke pintu keluar. Amanda pun melihatnya.

"Lesti, toiletnya sebelah kanan ngapain kamu kesitu?!" Amanda berteriak melihat temannya berlari keluar.

Sial, dia ditinggal lagi!

Merasa sudah dikerjai temannya, Amanda pun bangkit mengambil tasnya dan buru-buru mengejar Lesti.

"Say, aku duluan yah! Sampai ketemu di rumah!" Lesti melambaikan tangannya dan langsung menghilang dari pandangan Amanda.

"Lesti, awas kamu yah! Kurang ajar aku ditinggal!" Amanda berlari dan nampak kesusahan karena memakai sepatu berhak tinggi. Sebenarnya dia sedikit takut berlari di pinggir kolam renang, karena itu kakinya yang gemetar terpeleset dan terkilir. Tapi demi mengejar temannya dia tidak merasakannya. Dilepasnya sepatu dan masih berusaha mengejar Lesti yang sudah keluar. Sialnya ada pelayan yang mendorong troli berisi minuman yang tiba-tiba muncul. Demi menghindari itu Amanda sampai terbentur tiang besi dan tercebur ke kolam renang.

“To…” Amanda tak berhasil menyelesaikan kata ‘tolong’ nya. Dia sudah merasakan tubuhnya mengejang dan kepalanya berat.

Benturan di kepalanya membuatnya merasa pusing dan ingatan tentang dirinya yang tenggelam di kolam renang sewaktu kecil membuat tubuhnya kaku. Jika papanya disini tentu akan langsung menyelamatkannyanya. Tapi papanya tidak disini. Dan tidak tahu siapa yang akan menyelamatkannya.

‘Papaaa, tolong aku!!!’ Panggil Amanda dalam hati sebelum dia tidak lagi ingat apapun.

Wisnu yang masih mengobrol bersama teman-temannya sekilas melihat Amanda berlari tadi menyusuri kolam renang. Saat menoleh lagi dia tidak melihatnya. Tidak mungkin dia secepat itu keluar apalagi cara larinya seperti tadi. Memelihat ada beberapa orang di dekat kolam renang membuatnya menduga sesuatu terjadi pada Amanda. Spontan dia berjingkat dengan langkah panjang berlari turun kemudian melompat ke dalam kolam renang itu.

Orang-orang tak terlalu memperhatikan dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Menganggap gadis sebesar itu tak mungkin tenggelam di kolam renang yang hanya sepundak orang dewasa. Tapi beberapa saat mereka pun mulai panik karena tidak ada pergerakan dari dalam kolam renang. Baru saja seseorang akan melompat ke kolam, Wisnu sudah lebih dulu nyebur.

Teman-teman Wisnu yang penasaran karena dia tiba-tiba berlari turun ke bawah segera tahu setelah melihat Wisnu membopong tubuh seorang gadis dari dalam kolam renang.

"Tolong dia butuh ruang!"

Melihat Amanda terkulai lemas dan tak sadar Wisnu meminta temannya menghalau pengunjung yang mengerumuni mereka di pinggir kolam.

Untungnya malam itu tak terlalu banyak pengunjung sehingga tak butuh waktu lama kafe itu pun menjadi lenggang. Hanya ada Wisnu dan Amanda di pinggir kolam itu sementara temannya yang lain melihat dari jauh.

“Hey, sadarlah!” Wisnu menepuk-nepuk pipi Amanda berusaha menyadarkannya.

Dia kemudian meletakan tubuh Amanda agar dapat berbaring. Dicobanya sekali lagi menyadarkan Amanda tapi tak berhasil. Akhirnya Wisnu melonggarkan dua kancing baju gadis itu kemudian  menekan dada dan perut Amanda untuk mengeluarkan air yang masuk ke tubuhnya.

“Kasih napas buatan brow!” teriak Joswa temannya sambil terkekeh.

Pria itu masih bisa juga terkekeh saat ada orang lain kesusahan. Benar-benar teman yang laknat! Batin Wisnu.  Tapi idenya boleh juga, Wisnu pun membuka mulut Amanda untuk memberikannya napas buatan.

Tak lama kemudian Amanda terbatuk-batuk dan Wisnu membantu mengangkat  tubuhnya agar bisa memuntahkan air.

Temannya pemilik kafe itu datang memberikan handuk tebal untuk diselimutkan ke tubuh Amanda.

“Belum sadar dia?” tanya Murni, teman Wisnu.

“Pingsan lagi kayaknya,” ujar Wisnu menggendong tubuh yang sudah berbalut handuk itu masuk ke dalam.

****

Amanda perlahan membuka matanya dan bertanya-tanya di mana dia berada. Langit-langit ruang itu terasa asing. Saat dia menoleh ke arah lain matanya menangkap seorang pria yang bertelanjang dada. Terpampang dada bidang dan otot perutnya yang menawan. Sejenak Amanda menikmati pemandangan itu dan berpikir dirinya sedang bermimpi. Tapi beberapa saat kemudian matanya mulai membesar dan menyadari ini bukan mimpi.

"Astaga, aku dimana?!"

Amanda bangkit menyibak handuk yang masih membelit tubuhnya. Dua kancing bajunya terbuka dan pikirannya sudah tak karuan.

Deg! 

Apa yang sudah dilakukan pria itu? 

Spontan Amanda menjerit panik, "AAA!"

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mohd Jailani
gila baru sikit cerita diomond tp bila t.up saldo nye nol
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status