Share

Kekecewaan Zera

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-03 19:11:38

Setelah menghadapi situasi sulit, Zera kembali ke kamarnya dengan perasaan campur aduk. Namun seakan ketenangan tidak berpihak padanya, terdengar ketukan di pintu kamarnya. Zera tahu siapa itu tanpa harus melihat—ayahnya, dengan langkah beratnya yang biasa, diikuti oleh suara ketukan yang lebih pelan dari ibu tirinya. Zera menatap pintu dengan tatapan dingin, menimbang apakah dia akan membiarkan mereka masuk.

Namun sebelum dia sempat memutuskan...

Pintu terbuka dengan cepat, dan ayah Zera melangkah masuk, diikuti oleh ibu tirinya dengan wajah yang tak menunjukkan penyesalan sedikitpun.

"Apa yang terjadi padamu, Zera?" Ayahnya bertanya dengan nada suara yang tegang, meskipun jelas dia berusaha menenangkan diri. "Mengapa kamu menutup diri seperti ini?"

Zera berbalik dengan cepat, matanya bersinar dengan kemarahan yang tak terbendung. "Mengapa aku menutup diri?!" Zera hampir berteriak. "Aku baru saja diberitahu bahwa kalian menjualku kepada pria itu! Kalian mengatakan ini perjodohan, tapi ternyata ini cuma cara murah kalian untuk keluar dari masalah!"

Ayah Zera tampak terkejut sesaat, namun dia segera mengganti ekspresinya menjadi lebih tegas. "Kamu tidak mengerti, Zera. Ini semua untuk kebaikan kita. Keluarga ini membutuhkan penyelamatan, dan ini satu-satunya cara."

"Kebaikan siapa? Keluarga yang mana?" Zera mendengus. "Kalian hanya memikirkan diri sendiri! Aku bukan barang yang bisa dijual begitu saja, Ayah!"

Ibu tiri Zera, yang berdiri di sudut ruangan, menyilangkan tangan di dada dan berkata dengan suara sinis, "Jangan egois, Zera. Kamu harus tahu posisi kamu dalam keluarga ini. Jika bukan karena utang-utang ini, kamu tidak akan mendapatkan kehidupan yang nyaman sampai sekarang."

Zera menoleh tajam ke arah ibu tirinya, matanya berkobar dengan kemarahan. "Kenyamanan? Kau pikir aku peduli tentang semua itu? Kau hanya iri karena aku anak kandung Ayah dan kau hanya ibu tiri yang tidak lebih dari seorang oportunis!"

Ibu tiri Zera terdiam, meskipun wajahnya merah karena marah. Namun, ayah Zera segera maju dan menegur Zera dengan nada tajam, "Cukup, Zera! Jangan bicara seperti itu pada ibumu!"

Zera menatap ayahnya dengan tatapan yang penuh luka. "Ibuku? Dia bukan ibuku! Dan kau, Ayah, bagaimana bisa kau berpihak pada mereka? Bagaimana bisa kau mengkhianati darah dagingmu sendiri hanya demi membela mereka? Aku ini anak kandungmu!"

Wajah ayah Zera mengeras. Dia melangkah lebih dekat, dan tanpa peringatan, tamparan keras mendarat di pipi Zera, membuatnya terpental sedikit ke belakang. Ruangan itu seketika menjadi hening. Zera terdiam, memegang pipinya yang memerah, air mata mulai menggenang di sudut matanya.

"Jangan pernah bicara seperti itu lagi," kata ayahnya dengan nada yang lebih rendah namun lebih menakutkan. "Kau tidak mengerti apa yang harus aku lakukan untuk melindungi keluarga ini."

Zera menatap ayahnya dengan tatapan yang penuh kekecewaan dan rasa sakit. Dia tidak percaya bahwa ayah yang selama ini dia hormati, orang yang seharusnya melindunginya, justru memilih untuk melukai dan mengkhianatinya demi keluarga barunya.

Dengan suara yang bergetar, Zera berkata, "Ayah, aku sudah kehilangan ibuku sejak lama, dan sekarang... aku sadar bahwa aku juga sudah kehilangan ayahku. Kau sudah bukan ayahku lagi, hanya seseorang yang memilih keluarga lain di atasku."

Ayah Zera tampak tertegun mendengar kata-kata itu, namun dia tidak mengatakan apa-apa. Ibu tiri Zera hanya tersenyum sinis, merasa puas dengan hasil akhir dari percakapan ini. Zera menghapus air matanya dengan cepat dan mengambil napas dalam-dalam.

"Sekarang aku tahu siapa kalian sebenarnya. Jangan harap aku akan menurut pada rencana kalian," ujar Zera dengan suara yang kembali tegas, meski penuh dengan rasa sakit. "Aku tidak akan membiarkan kalian mengatur hidupku lagi."

Plak! Sekali lagi ayah Zera menamparnya, tamparan yang membuat Zera tertegun, suasana di kamarnya semakin tegang. Dengan pipi yang memerah dan hati yang penuh luka, Zera berdiri di sudut ruangan, memandang ayah dan ibu tirinya dengan rasa sakit yang mendalam. Ayah Zera tampak tidak terpengaruh oleh emosinya, sementara ibu tirinya hanya mengamati dengan ekspresi sinis.

"Aku harap kamu mengerti keputusan ini, Zera," kata ayahnya dengan nada yang datar. "Ini adalah langkah yang harus diambil demi kebaikan keluarga."

Zera menggertakkan giginya, merasa marah dan kecewa dengan ketidakpedulian ayahnya. "Keluarga? Ini bukan keluarga! Ini adalah pengkhianatan!"

Ayah Zera hanya melirik Zera sekilas sebelum berbalik, mengabaikan kata-katanya. Dia berjalan menuju adik tirinya yang berdiri di dekat pintu kamar, tampak cemas dan bingung. Adik tirinya, seorang gadis berusia sekitar 18 tahun, terlihat sangat ketakutan oleh keributan yang terjadi.

Ayah Zera menarik adik tirinya dalam pelukannya dengan lembut, senyumnya muncul penuh kasih sayang saat dia mencium dahi gadis kecil itu. “Jangan khawatir, sayang. Papa dan Mama akan selalu ada untukmu. Kami akan menjaga kamu dengan baik,” ucapnya dengan nada penuh kehangatan.

Ibu tiri Zera, yang berdiri di samping, menambahkan, “Kami akan memastikan kamu merasa nyaman dan aman. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.”

Melihat pemandangan ini, Zera merasakan hatinya semakin hancur. Ayahnya, yang seharusnya melindungi dan mendukungnya, malah menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang sama sekali tidak ia dapatkan. Rasa sakit dan kecewa yang mendalam menyelimuti dirinya saat ia menyaksikan bagaimana keluarganya, yang seharusnya menjadi pelindungnya, lebih memilih memberikan perhatian dan cinta kepada adik tirinya, bukan padanya.

Zera menatap ayahnya dengan tatapan penuh luka, kemudian dengan langkah cepat, dia keluar dari kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia menutup pintu dengan keras, mengabaikan panggilan lembut adik tirinya yang meminta agar dia kembali.

Ayah Zera hanya menoleh sebentar ke arah pintu yang tertutup sebelum kembali memusatkan perhatian pada adik tirinya. “Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Kamu adalah prioritas utama kami,” katanya sambil mengelus lembut kepala adik tirinya.

Sementara itu, Zera, yang keluar dari rumah dan berdiri di luar dalam suasana dingin, merasakan rasa sakit dan kemarahan yang tak tertahan. Dia tahu bahwa dia harus mencari cara untuk mengatasi situasi ini sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA   Jantung yang terus berdetak

    Dari sekian banyaknya nama mengapa harus namamu yang ku sebut. Zera?”***Zera tidak pernah merasa setakut ini saat ia melakukan sesuatu? Lagi pula mengapa ia harus secara terang-terang melumpuhkan pengawal orang gila itu sih?Stupid. Harusnya ia tak melakukan itu, tapi dia juga harus melakukannya. “Ya. Aku harus melakukannya, dia tidak akan mati. ‘Kan?”Zera meneguk salivanya kasar. Bahkan ria sendiri tak mempercayai apa yang coba ia katakan dan apa yang coba ia pikirkan.Semuanya seperti. “Tidak berjalan seperti yang ia inginkan.” lagian mengapa pria itu sangat peka?Dia menyadari tempat yang menurutnya tak aman.Ide yang buruk karena mencoba bertarung dengan predator. Zera sesekali menghela nafasnya dalam, dia menghindari tempat umum dan jalanan dengan CCTV. Tidak menggunakan angkutan umum dan sebagainya. Hanya menggunakan kakinya saja karena ia tahu kalau Dante pasti akan mencarinya.“Pada umumnya semua manusia akan meragukan pikiran mereka. Dante juga pasti begitu, oh Shit. Semua

  • MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA   Serangan jantung?

    Zeus melangkah dengan tenang, tatapannya penuh perhatian ketika ia melihat Dante dan Zera berdiri berdekatan. Untuk sesaat, senyum lembut terukir di bibirnya, menyaksikan bagaimana Dante—yang biasanya keras dan dingin—begitu lembut saat berada di samping Zera. Namun, di balik senyum itu, hati Zeus penuh keraguan. Informasi yang baru saja ia dapatkan tentang Zera bisa mengguncang hubungan yang sedang berkembang di antara mereka.Zeus berhenti beberapa langkah dari pasangan itu. Matanya menangkap bayangan kehangatan di antara mereka, dan dia merasa berat untuk mengganggu momen ini. Tapi sebagai tangan kanan Dante, dia tidak bisa berbohong atau menahan informasi yang penting. Dengan napas dalam, dia memutuskan untuk memanggil Dante."Tuan..." suara Zeus pelan, nyaris seperti bisikan, namun cukup untuk membuat Dante menoleh ke arahnya.Dante, yang masih dalam dekapan Zera, menatap Zeus dengan alis yang sedikit terangkat, menyiratkan pertanyaan tanpa perlu kata-kata. Namun, sebelum Dante b

  • MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA   Ketidakmampuan

    Zeus mendengarkan dengan tenang, angin malam membawa aroma dedaunan yang segar, namun suasana terasa berat. Zera mengusap wajahnya, menatap langit seolah berharap menemukan jawaban di antara bintang-bintang yang tersebar di sana. “Aku merasa... kosong,” gumamnya, suaranya nyaris terserap angin. Zeus tidak segera merespons, membiarkan keheningan mengambil alih untuk sejenak. Ia menunggu, memberikan Zera ruang untuk berbicara lebih banyak jika ia mau. Ketika kata-kata itu tidak datang, Zeus akhirnya bersandar ke belakang, menatap dedaunan yang berayun di atas mereka.“Kosong seperti apa?” tanya Zeus akhirnya, suaranya rendah namun penuh perhatian.Zera menggigit bibirnya, matanya terpaku pada tangan yang kini menggenggam erat tepi bangku kayu. “Seperti... seolah aku kehilangan diriku. Sejak Dante masuk ke hidupku, aku terus berjuang melawan ketakutan. Aku tahu siapa dia. Aku tahu apa yang dia lakukan. Tapi entah kenapa, meski aku ingin menjauh, aku tak bisa...” Matanya mulai berkaca-ka

  • MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA   Zera hanya butuh sedikit ruang

    Dante berbalik, siap melangkah kembali ke kamar, pikiran masih berputar tentang apa yang baru saja terjadi. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok Zera berdiri di ujung lorong. Wajahnya tampak pucat, matanya memancarkan tatapan yang sulit diartikan. Ada ketakutan, tetapi juga sesuatu yang lebih dalam—seolah ia tengah berjuang dengan perasaannya sendiri.“Zera...” Dante memanggil lembut, suaranya bergetar sedikit. Ia berharap bisa menghiburnya, memberikan rasa aman setelah semua yang terjadi. Namun, saat ia melangkah mendekat, Zera mundur selangkah, jarak di antara mereka semakin melebar. Dante tidak menyadari betapa mengenaskannya penampilannya. Darah mengalir dari tangannya, membasahi pakaiannya, dan beberapa tetes mengotori rambutnya. Di tengah semua itu, Zera melihat sosok yang pernah ia kagumi, tapi juga sosok yang kini menyebarkan ketakutan dalam hatinya. Mungkin, dia adalah ketua organisasi mafia, namun Zera belum sepenuhnya menyadari betapa berbahayanya Dante seba

  • MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA   Siap menjadi monster hanya untuk, Nya!

    Dante berjalan dengan langkah berat menuju ruangan di mana Zera berada. Pikiran tentang apa yang baru saja ia dengar dari Zeus masih berputar-putar di kepalanya. Ia tahu harus segera bicara dengan Zera, tapi setiap kali mencoba merangkai kata, hatinya menjerit ketakutan. Apa yang harus ia katakan? Bagaimana ia bisa mempertanyakan sesuatu yang begitu besar tanpa menghancurkan kepercayaan yang telah mereka bangun?Saat Dante memasuki ruangan, ia melihat Zera duduk di tepi ranjang, terlihat tenang, tapi ada sesuatu di matanya yang tak bisa ia sembunyikan. Ia tahu Dante membawa beban berat. Seolah membaca gelagat dari wajahnya, Zera menatapnya tanpa kata, senyum tipis tergambar di wajahnya.“Ada yang ingin kau tanyakan, kan?” suaranya lembut, seolah ia sudah siap menerima apapun yang akan keluar dari mulut Dante.Dante mendekat, tapi bibirnya tak kunjung terbuka. Kata-kata yang ingin ia sampaikan tersangkut di tenggorokannya. Bagaimana ia bisa menuduh seseorang yang telah banyak memberiny

  • MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA   Zera dan rahasianya

    Di ruangan kantornya yang remang, Dante duduk di belakang meja besar, memandang tumpukan berkas yang seolah menambah beban pikirannya. Setelah insiden sebelumnya dengan Zera, pikirannya tak pernah benar-benar tenang. Simbol tato di tubuh Zera masih menjadi misteri yang tak kunjung terpecahkan, dan dia tahu sesuatu yang jauh lebih besar sedang berlangsung di balik layar.Pintu ruangan terbuka pelan, memperlihatkan sosok Gael, tangan kanannya yang selalu bisa diandalkan. Raut wajahnya serius, tanda bahwa dia membawa kabar penting."Dante," Gael memulai dengan suara rendah dan tenang. "Aku punya informasi baru."Dante menegakkan duduknya, sorot matanya mengisyaratkan keseriusan. "Apa yang kau temukan?"Gael mendekat, meletakkan beberapa dokumen di atas meja, dan menarik napas dalam sebelum mulai menjelaskan. "Kami berhasil menemukan beberapa petunjuk terkait simbol tato di tubuh Zera. Ada keterkaitan kuat dengan organisasi yang dulunya dikenal melakukan eksperimen rahasia pada manusia."

  • MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA   Bukan pertama kalinya terluka

    Ketenangan yang baru saja tercipta terasa rapuh, seolah permukaan tenang air yang menyembunyikan badai besar di bawahnya. Zera masih merasakan detak jantungnya yang berdebar keras, namun pelukan hangat Dante memberinya rasa aman yang pelan-pelan menenangkan dirinya. Dia menyadari bahwa meskipun ketakutan dan kekacauan masih mengintai di balik pikirannya, ada kekuatan dalam kehadiran orang-orang di sekelilingnya.Zeus, yang telah terluka namun tetap berdiri dengan kokoh, memberi Zera dorongan yang tak terucap melalui tatapannya. Zera memandang Dante sejenak, lalu menundukkan kepala, bibirnya bergetar.“Aku tidak tahu bagaimana kalian bisa terus bersikap baik padaku...” gumam Zera lirih, matanya tertuju ke tanah. "Setelah apa yang kulakukan."Dante memeluknya lebih erat sejenak, lalu menatap langsung ke matanya. “Kau tidak sendirian dalam ini, Zera. Kau hanya butuh waktu, dan kami akan ada di sini untukmu, apa pun yang terjadi.”Namun, di balik kata-kata lembut dan pelukan yang menenan

  • MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA   Tidak akan mudah dihapus

    Di tengah keriuhan medan pertempuran, Zera tiba-tiba terhenti, tubuhnya terasa dingin seakan es menyusup ke dalam pembuluh darahnya. Napasnya tersengal, seperti ada sesuatu yang mencekik tenggorokannya. Matanya terbelalak saat pandangannya berputar, tak lagi fokus pada musuh di depannya. Suara-suara keras di sekitarnya mulai memudar, dan yang tersisa hanyalah dengungan pekat di kepalanya.Ingatan-ingatan kelam dari masa lalu yang telah lama dia pendam seolah menyeruak ke permukaan, menghantamnya tanpa ampun.“Zera!” Dante memanggilnya, nadanya penuh peringatan. Namun, Zera tak mampu mendengarnya. Tangannya gemetar, pandangannya liar. Tiba-tiba, tanpa ia sadari, tangannya meraih pistol yang tergantung di pinggangnya. Ia mengangkatnya, gemetar, matanya tak lagi melihat Dante sebagai seseorang yang dikenalnya. Di matanya, yang berdiri di depannya sekarang adalah sosok mengancam, seseorang dari masa lalu yang ingin menghancurkannya.“Jangan dekati aku!” Zera berteriak, suaranya penuh ke

  • MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA   Merasa seperti terjebak lagi

    Zera berdiri diam, menatap Dante yang menunggu di depannya. Udara malam terasa dingin, tetapi lebih dingin lagi keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Perlahan, Zera menarik napas panjang, seolah mencoba menenangkan dirinya sebelum berbicara.“Ada banyak yang kau tak tahu tentangku, Dante,” ucap Zera dengan suara pelan namun penuh makna. Matanya beralih menatap langit malam yang dipenuhi bintang. “Dan… mungkin tak perlu kau ketahui semuanya.”Dante tetap diam, menunggu Zera melanjutkan, dengan sabar meski rasa ingin tahunya semakin kuat.Zera menggenggam pagar balkon dengan erat, seolah mengambil kekuatan dari dinginnya besi di tangannya. “Aku… bukan hanya seseorang yang dijual oleh keluarganya untuk melunasi utang, bukan hanya seseorang yang tersesat di dunia gelap ini. Aku…” dia terhenti sejenak, menelan ludah, “Aku adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang kelam.”Dante masih mendengarkan tanpa menginterupsi, hanya matanya yang menajam, mencoba menangkap setiap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status