Beberapa minggu sudah berlalu. Dan memang benar apa yang dikatakan Stella. Aku tidak pernah bertemu dengan Steein sejak waktu itu. Aku juga tidak pernah melihat ruangan kerjanya terbuka. Ia juga tidak pernah memanggil kami ke ruangannya. Yang pernah ke ruangannya hanya Olivia.
Untuk dapat mendapatkan data terbaru, aku harus segera memintanya dari Steein. Hanya ada dua pilihan. Pertama, aku akan menunggu Stein di depan kamarnya, karena di situlah kami bisa bertemu. Atau, pilihan kedua, aku meminta tolong kepada Olivia untuk menyampaikan surat kepada Steein.
<“Olivia? Wahh… sasaranmu memang besar. Olivia itu adalah anak dari seorang seorang Count. Namun, karena kecantikan dan kepintarannya, ia sangat disayang oleh Marchioness. Ia juga Lady yang terkenal sebagai pribadi yang paling ramah. Semua orang menyukainya. Laki-laki atau perempuan. Ia adalah Lady nomor satu di Kerajaan Heroit ini. Akan tetapi, ada desas-desus kalau Olivia adalah tunangannya Tuan Steein. Memang benar kalau mereka berdua teman dekat sejak kecil. Namun, Tuan Steein membantah perkataan itu. Sementara Olivia tidak memberikan tanggapan apa pun soal rumor itu. Ia tidak membenarkan, tetapi juga tidak membantahnhya,” jelas Stella.“Apakah kamu juga menyukainya?” tanyaku.“Aku? Tidak terlalu. Tapi, entahlah. Aku sama sekali tidak pernah berbicara dengannya,” jawab Stella.Dari penjelasan Stella, sepertinya aku sudah mengerti secara garis besarnya. Olivia bersikap ramah kepadaku, karena ia dikenal sebagai orang d
Aku menjadi kesal karena Steein tidak menyadari betapa sulitnya untuk bisa bertemu dengannya. “Tuan selalu berada di ruangan kerja Tuan yang tertutup. Tuan juga tidak ada memanggil saya untuk alasan apa pun ke ruangan Tuan. Saya tidak pernah menemui Tuan sejak Tuan mengantar saya ke Departemen Pusat. Dan setahu saya, Olivia selalu ke ruangan kerja Tuan untuk menyampaikan hasil kerja kami. Selain itu, bukankah Tuan dan Olivia adalah teman sejak kecil? Jadi, Tuan dan Olivia pasti punya lebih banyak alasan untuk bertemu walaupun di luar waktu kerja,” jelasku.“Haaahhhh…” Steein menghela napas. Ia menyilangkan kedua tangan di dadanya dan raut wajahnya menunjukkan kekesalan. “Saya pikir Anda lah yang sibuk selama ini untuk menyelesaikan tugas dari Yang Mulia Raja. Karena Anda tidak menemui saya sama sekali, saya pikir Anda tidak membutuhkan bantuan saya. Ahh … satu lagi, saya dan Olivia tidak punya alasan apa pun untuk bertemu satu
“Maaf, Tuan, saya akui kalau saya tidak bisa menggambar,” ucapku lesu.“Anda benar. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan Anda soal ini,” balas Steein.Hal itu memang benar. Akan tetapi, melihat Steein yang mengatakannya dengan terus terang membuatku merasa lebih kesal.“Kalau begitu, besok saya akan ke perpustakaan dan membawa buku yang memberikan informasi tentang tanaman,” ucap Steein.“Apakah ada semacam buku itu di sini? Luar biasa, itu akan sangat membantu,” balasku dengan bersemangat.“Anda pikir Kerajaan ini seperti apa? Itu adalah pekerjaan yang telah dilakukan oleh Departemen Sihir di bawah Kepala Departemen sebelumnya. Akan tetapi, sejak saya yang mengambil alih, banjir dan tanah longsor mulai terjadi, jadi kami hanya terus berfokus mengatasi hal itu hingga sekarang,” jelas Steein.Dilihat dari cara bicara Steein, ia tampaknya sangat frustasi kare
“Ahh, emm.. Karena Tuan tidur lelap? Perasaan takut membuat aku menjadi tidak yakin dengan jawabanku. Tanpa kusadari, aku malah kembali bertanya kepada Steein.Wajah Steein menjadi semakin gelap setelah mendengar jawabanku. Dengan tekanan pada nada bicaranya, ia kembali bertanya, “Apakah Anda tidak tidur semalaman?”“Ahh… tidak, Tuan. Saya tidur, dan saya baru saja bangun dari tidur saya.” Ucapku. Walaupun aku berusaha mengatakannya dengan percaya diri, nada suaraku yang bergetar membuktikan ketakutan masih ada dalam diriku.“Ohh, begitu. Syukurlah.”Ekspresi wajah Steein langsung kembali cerah sambil mengatakan hal itu. Aku tidak tahu apakah dugaanku salah. Akan tetapi, mungkin saja Steein marah karena takut aku begadang seperti kemarin.“Baiklah, Tuan. Saya kembali ke kamar dulu untuk bersiap-siap. Besok, saya akan datang lagi untuk membahas tentang pohon yang akan ditanam,”
Karena aku kalah jumlah, terpaksa aku mengikuti ucapan Olivia. Jika aku melawan, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Olivia selanjutnya. Mengingat reputasi yang dimiliki oleh Olivia, jika kami bertengkar di sini, orang-orang akan tetap membelanya dan menyalahkanku, terlebih lagi karena rumor yang tersebar tentangku sangat tidak baik.Aku dibawa ke belakang gedung Depatemen. Aku sudah bisa tebak apa yang akan terjadi. Ternyata, hal-hal seperti ini tidak hanya terjadi di duniaku. Sifat dan perilaku manusia karena buta oleh kecemburuan ternyata sama saja.“Apa yang Anda bicarakan dengan Steein,” tanya Olivia.Wahh, ternyata sekaran Olivia secara terang-terangan langsung menyebut nama Steein tanpa embel-embel apa pun di depanku.“Apa aku harus melaporkannya padamu?” jawabku.“Heh… kamu tidak tahu ya, kalau Olivia ini adalah tunangannya Tuan Kepala!” bentak salah satu pengikutnya terh
Steein kemudian mendekat ke arah kami. Aku yang hanya menatapnya, terkejut karena Steein menarik pergelangan tanganku sehingga pegangan tanganku terhadap Karl terlepas.“Bisakah Anda bersikap lembut sedikit? Anda tidak lihat kalau Lissa sedang sakit?” ucap Karl.Perkataan Karl itu membuat Steein tersentak. Steein menoleh kepadaku. Ia memandangi semua tubuhku dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Mungkin ia marah, sedih, kesal, atau khawatir, aku tidak tahu.“Apa Anda baik-baik saja?” tanya Steein.Sebelum aku sempat menjawab, Karl langsung berkata, “Apakah menurutmu ia baik-baik saja?”Steein dan Karl sekarang saling menatap dengan ekspresi seakan ingin melakukan perang.“Sudahlah, kalian berdua. Aku baik-baik saja, kok. Aku melakukannya dengan sengaja,” ucapku.Karl dan Steein langsung menatapku dengan ekspresi tidak percaya.“Hahhh… “ A
Aku terdiam di tempatku setelah mendengar hal itu. Aku tidak menyangka kalau Steein bahkan sampai berbuat sejauh ini. Hal ini sangat menguntungkanku. Aku bahkan tidak perlu menjelaskan apa-apa kepada orang-orang ini.“Lalu, apa yang terjadi kepada Olivia dan teman-temannya?” tanyaku. Aku menanyakannya dengan ekspresi dan nada khawatir, namun sebenarnya isi hatiku sangat penasaran dengan akhir mereka agar aku tahu bagaimana mempersiapkan diri jika bertemu dengan mereka di kemudian hari.“Kamu tidak perlu khawatir, Lissa. Wajah Olivia sangat pucat begitu tahu kalau kami menyaksikan dirinya dan teman-temannya yang telah menyiksamu. Setelah itu, Steein bahkan memanggilnya dengan ekspresi marah. Begitu keluar dari ruangan Steein, Olivia dan teman-temannya langsung berlari keluar dan pulang ke rumahnya. Kurasa, ia tidak akan berani untuk menampakkan wajahnya besok,” ucap mereka secara bergantian untuk memberi penjelasan kepadaku.
Aku melihat dokumen yang dipegang oleh Karl. “Bukankah dokumen itu harusnya berada di kamarku? Kenapa sekarang malah ada di tanganmu?” tanyaku bingung, Karl memalingkan wajahnya dan menolak berbicara. Kemudian, aku memandang Steein. Steein juga melakukan hal yang sama, ia menghindari pandangan mataku. “Apakah salah satu dari kalian mencurinya?” tanyaku dengan penuh curiga. Steein menjadi panik mendengar pertanyaanku, sehingga ia membuat pembelaan untuk dirinya sendiri. “Bukan saya … Eh … Maksudnya, memang benar saya yang menggunakan sihir untuk mengambil dokumen itu dari kamarmu.” Selama Steein berbicara, aku terus menatapnya tajam.Hal itu membuatnya gugup. “Na-Namun, emm… Benar! Karl yang memaksa saya melakukannya. Ia tadi datang ke ruanganku dan menyuruhku untuk melakukan itu.” Aku menoleh untuk melihat Karl. “Karl... benarkah itu?” tanyaku dengan mengalihkan tatapanku dari Steein ke Karl. Karl yang dari tadi memalingkan wajahnya