Jantungku berdebar keras, karena tidak hanya dikejutkan oleh kehadiran Raja Edgar, tetapi juga karena dirinya yang datang dengan penampilan penuh darah. “Itu pasti bukan darahnya atau darah manusia, ‘kan? Semoga benar bahwa itu adalah darah monster,” batinku.
“Saya menghadap Yang Mulia,” ucapku sambil menundukkan kepalaku..
“Sekarang, kamu bahkan membuat pelatihan pengobatan di sini?” Itu adalah kalimat pertama yang Raja Edgar ucapkan begitu ia sampai.
Aku menggaruk-garuk pipiku yang tidak gatal karena merasa bingung akan jawaban yang aman dan tidak menyalahi aturan karena telah melakukan sesuatu hal yang bukan ranahku.
“Saya hanya memberitahu para kesatria cara menggunakan perban, Yang Mulia,” balasku sambil mengangkat kepalaku untuk melihat Raja Edgar.
Aku merasa gugup ketiga Raja Edgar menatap langsung seolah-olah menyelam ke dalam bola mataku sebelum kemudian ia beralih untuk m
Aku ingin menunggu mereka benar-benar sampai sebelum aku menyapa mereka, namun sebelum aku melakukan itu, mereka yang lebih dulu menyapa dengan menyebut namaku. Terlebih lagi Karl, ia bahkan seperti anak kecil yang melambai-lambaikan tangannya dari jauh. “Lissa, kenapa kamu berdiri di sini dengan kaki terluka seperti itu. Sebaiknya kamu beristirahat,” ujar Karl yang saat ini sudah berada di depanku. Di saat para kesaria saling menyambut rekan mereka satu sama lain, Karl dan Steein langsung datang ke tempatku seolah-olah aku adalah rekan dan keluarga mereka. Perasaan seperti ini tidak terlalu buruk. “Aku sudah tidak apa-apa, Karl. Lagi pula, aku baru saja keluar, kok. Oh ya, bagaimana pembasmiannya?” tanyaku pada mereka. “Sudah selesai, rencanamu berhasil,” ujar Steein. Aku tidak bisa menahan senyum puasku karena mendengar kabar ini. Tanpa sadar, aku menggenggam masing-masing tangan Karl dan Steein dan berkata, “Terima kasih ya.
Steein sempat terpaku di tempanya ketika aku mengajukan pertanyaan itu. Di awal, ia tampak sedikit ragu untuk memberikan jawaban, seolah-olah tahu maksudku menanyakan hal itu. Untungnya, Steein kemudian menjawab, “Ya, benar. Apakah kamu mau ikut?”“Ya! Aku ikut!” jawabku dengan bersemangat begitu ia mengajakku.Sebuah senyuman muncul di wajah Steein ketika ia melihat reaksiku. Kemudian ia mengulurkan tangannya untuk membawa aku ke sana dengan teleportasi. Aku pun dengan senang hati menyambut uluran tangan Steein itu dan memejamkan mata untuk bersiap-siap.“Kita sudah sampai,” ucap Steein.Deg, deg, deg.Jantungku berdebar keras bahkan sampai terasa sesak. Walau Steein sudah mengatakan kalau kami sudah sampai, aku masih tidak bisa membuka mataku. Batinku bergejolak karena takut kalau kenyataan akan menamparku.“Bagaimana jika aku tidak berhasil? Bagaimana jika masih terjadi banjir? Bagai
Aku jadi merasa ragu karena Steein bertanya seperti itu. Namun, aku tidak punya pilihan karena aku sudah terlanjur memberikan penawaran.“Ya, jika aku sanggup mengabulkannya,” jawabku.“Baiklah. Kalau begitu, biar aku memikirkannya. Kamu sebaiknya masuk ke kamarmu,” ujar Steein.Steein terus menunggu di depan pintu sampai aku masuk ke dalam kamar. Aku pun masuk dengan perasaan yang tidak tenang. “Kenapa aku jadi merasa tidak nyaman akan tawaranku sendiri? Kira-kira apa yang akan diminta Steein, ya?” batinku.*****Seperti biasa, aku datang ke tempat kerja. Namun, ada perasan berdebar di hatiku selama aku berada dalam perjalanan untuk pergi bekerja. Karena hari ini adalah hari pertama setelah sekian lama aku bekerja seperti biasa. Itu artinya, Raja Edgar tidak akan datang lagi ke departemen sihir dan mengawasiku seharian selama aku bekerja. Itu juga menjadi tanda yang jelas bahwa semua proyek panjang
Karena aku bisa mendengar suara bisikan itu dengan jelas, tidak mungkin Karl dan Steein yang sudah terlatih di medan pertempuran dan memiliki telinga yang sensitif tidak mendengar hal itu.Namun, walau begitu , uluran tangan mereka masih berada di depanku seolah-olah tidak peduli dengan perkataan orang lain.Ini sulit. Jika aku menolak Karl, pasti para pendukung Karl akan menghujatku nanti. Sebaliknya, jika aku menolak Steein, maka kehidupanku di dunia pekerjaan akan kembali sulit karena mendapat serangan dari para bawahan dan pengikut Steein. Cara terbaik untuk menghadapi situasi ini adalah naik ke dalam kereta kuda dengan upaya sendiri.“Aku naik sendiri saja,” ujarku untuk menolak bantuan dari Karl dan Steein dan naik sendiri ke dalam kereta kuda.“Kalian tidak naik?” tanyaku kepada mereka setelah aku mengambil tempat duduk di dalam.Brak, bruk, brak.Aku terkejut dan menjauhkan tubuhku hingga ke sudu
“Baik, Yang Mulia,” jawabku dan kemudian berdiri.“Sesuai persyaratan yang kamu janjikan, maka kamu akan dibebaskan dari hukuman mati,” ujar Raja Edgar.Aku sangat gembira hingga kakiku ingin melompat-lompat untuk merayakan hari pembebasanku. Akan tetapi, rasa gembiraku itu terhenti karena Raja Edgar kembali melanjutkan ucapannya.“Mulai besok, kamu akan pindah ke Istana, dan menjadi sekretaris pribadi Raja. Tugasmu adalah membantu Raja dalam menangani administrasi kerajaan dan mengatur semua urusan yang terjadi di Istana,” ucap Raja Edgar.Aku terpaku di tempatku karena seperti mendengar sesuatu yang mustahil. Tidak pernah terbersit di benakku untuk berada lama-lama di dunia ini. Apalagi memiliki posisi yang penting di tempat yang sama sekali asing. Aku tidak ingin repot-repot karena ingin segera kembali. Namun, bukan hanya posisi penting biasa, sekarang aku malah diberikan posisi karir tertinggi bagi wanit
Aku terkekeh kecil karena sikap malu-malu Steein masih sama. “Tidak apa-apa, aku hanya senang karena kamu dan Karl masih bersikap sama seperti sebelumnya walaupun kalian mendapatkan gelar baru.”Kemudian, aku menyambut uluran tangan Steein dan berkata, “Ayo kita kembali.” Bukannya Steein, tetapi aku yang menarik tangan Steein dan membawanya menuju kereta kuda. Aku tidak menoleh untuk melihat wajah Steein, tapi aku sudah bisa menebak bagaimana merahnya wajah Steein sekarang.“Kenapa kalian bergandengan tangan seperti itu?” ucap Karl yang sudah duduk di dalam kereta begitu kami tiba.Aku melihat posisi duduk Karl. Karl duduk di tempat yang sebelumnya aku sudah katakan bahwa aku akan duduk di situ ketika pulang. “Apakah Karl buru-buru kembali ke kereta kuda karena ingin duduk di situ juga?” batinku.“Biar aku duluan yang masuk, Lissa,” ucap Steein.“Hahh?” ucapku spo
“Kenapa kamu ikut? Aku tidak mengajakmu,” cetus Steein.“Anggap saja sebagai perayaan kita bertiga mendapat gelar baru. Jika aku tidak ikut dengan kalian, kemungkinan besar keluargaku akan membuat perayaan besar dan memaksa kalian untuk ikut, terutama kamu Duke Karan. Apakah kamu mau?” Karl mempertegas ucapannya ketika ia menyebut gelar Steein. Sepertinya, keluarga Karl memang sungguh-sungguh akan memaksa Steein untuk ikut dalam perayaan itu mengingat bahwa mereka yang adalah teman masa kecil.“Ck!” Steein berdecak kesal dan tampak sangat membenci memikirkan untuk ikut perayaan seperti itu. Ya, tipe orang seperti Steein memang lebih memilih menghabiskan waktu untuk mengurung diri dan melakukan penelitian, daripada menghadiri perayaan pesta.“Kapan mau melakukan acara perpisahannya?” tanyaku memecahkan ketegangan antara Steein dan Karl.“Hari ini. Kamu beres-beres dulu, kemudian kalau suda
Entah kenapa rasanya hati ini menggelitik ketika melihat Raja Edgar. Mungkin itu karena aku benar-benar ingin berterima kasih kepada Raja Edgar karena ia telah menyelamatkan nyawaku.“Kenapa ia seperti itu?” tanya Raja Edgar dengan ekspresi tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.“Ia minum alkohol yang dibawa Karl, Yang Mulia,” balas Steein. Jawaban Steein itu spontan membuat Raja Edgar memberikan tatapan tajam kepada Steein.Aku bisa mendengar pembicaraan Steein dan Raja Edgar, tetapi posisi mereka yang jauh berdiri dan berbicara berdua saja tanpa melibatkan aku dalam pembicaraan mereka, membuatku kesal.“Yang Mulia, duduk di sini, duduk di sini. Ayo gabung bersama kami. Kami sedang mengadakan acara perpisahan …. perpisahan karena aku tidak lagi bekerja di departemen Sihir…,” ucapku sambil menepuk-nepuk tempat duduk yang ada di sebelahku.Raja Edgar menepuk menatapku sambil