Perkataan Raja Edgar membuatku tersentak karena beberapa alasan. Alasan pertama, karena aku takut kebohonganku terbongkar oleh Raja Tiran ini. Berbeda dengan orang lain, sepertinya Raja lebih pintar dan lebih sensitif. Satu tindakan yang salah dariku bisa membuat kepalaku melayang saat itu juga. Alasan yang kedua, ketika menanyakan aku yang tidak bisa berbicara, Raja Edgar ada mengucapkan kata ‘juga’. Itu artinya, selain aku, ada juga orang yang tidak bisa bicara. Orang itu tidak lain adalah Rissa, karena hanya aku dan Rissa yang dipanggil menghadap Raja sekarang.
Aku mengendalikan ekspresiku. Aku memang ketakutan karena auranya yang tidak biasa, tetapi aku menekan rasa takutku dan berusaha terlihat percaya diri agar tidak ketahuan berbohong. Sambil menatap mata Raja Edgar, aku menjawabnya dengan mengangguk.
Raja Edgar kembali menatap mataku dengan lama, seolah-olah ingin memeriksa apakah respon yang aku berikan adalah kebenaran atau tidak.
Aku me
Perkataan Karl itu sungguh mengejutkan. Selama ini banyak orang yang mengagumi perawakan Rissa. Jika kami dua dibandingkan, banyak yang akan merasa bahwa Rissa lebih cantik daripada aku.Namun, Karl mengatakan rambut hitamku lebih baik? Aku tidak tahu kata ‘baik’ yang dimaksud Karl itu adalah cantik. Namun, apa pun artinya, aku merasa senang karena ia berpihak padaku.Tanpa terasa, kami sudah tiba di rumah. Aku lebih suka menyebut rumah ini sebagai rumah tahanan, karena disinilah aku diawasi dan dilatih. Setelah waktu itu, Karl lebih sering menunjukkan dirinya. Ia juga selalu menemaniku walaupun aku hanya berada di dalam kamar. Tidak ada hal khusus yang kami lakukan, namun ia tetap datang walau kami hanya mengobrol ringan dan meminum teh bersama.*****Hari ini adalah hari pelajaran dengan Steein. Biasanya, Karl sudah pergi entah kemana. Namun, hari ini berbeda. Sejak bangun di pagi hari, Karl sudah menunggu di
Setelah itu, aku kembali berfokus untuk melanjutkan gambarku. Tanpa terasa, matahari sudah mulai terbenam. Karena merasa sangat lelah, aku merebahkan badanku di lapangan itu. “Sial! Hanya untuk menggambar saja sudah menghabiskan waktu seharian. Sekarang aku harus melakukan apa lagi?” batinku kesal.“Lady bisa mencoba membacakan mantranya,” ucap Steein yang sekarang sudah berdiri di sebelahku.Ketika aku hendak mengerahkan tenagaku yang tersisa untuk berdiri, aku melihat Steein mengulurkan tangannya. Aku sempat menatapnya sebentar karena kebaikannya yang tidak biasa itu. Ini adalah hal yang paling luar biasa yang pernah aku terima dari Steein. Jadi, aku tidak menyia-nyiakan hal itu dan membiarkannya membantuku kembali berdiri.Aku berdiri dalam diam sambil memandang gambar mantra sihir yang berada di depanku. Tawa datar yang keluar dari mulutku tidak bisa kucegah, karena rasanya sungguh aneh kalau gambar seperti ini b
Aku menelan ludah, dan menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan Raja Edgar. “Siapa yang memberimu hak untuk masuk ke perpustakaan ini?” tanya Raja Edgarlagi. Kali ini, aku merasakan tanganku yang gemetar ketika aku mengangkatnya untuk menunjukkan lencana yang diberikan Steein. Setelah melihat lencana milik Steein, Raja berkata, “Ternyata kamu cukup disayangi oleh pria kaku itu. Aku sudah selesai. Masuklah.” Aku langsung bisa merasa lega karena akan segera berpisah dengan Raja Edgar. Akan tetapi, begitu aku menghembuskan napas lega, napasku kembali tercekat saat Raja Edgar bertanya lagi, “Kenapa pakaianmu seperti itu?” Pikiranku kosong. Tidak ada alasan yang bisa terdengar masuk akal terlintas di kepalaku. Melihatku yang terdiam lama dengan wajah yang semakin pucat, Karl memutuskan untuk berbicara. “Lady baru saja menyelesaikan latihan menggunakan sihir Yang Mulia. Ia menggunakan celana, agar ia bisa latihan dengan lebih n
Apa? Kenapa?” Aku hampir saja menaikkan suaraku karena terlalu terkejut. Untung saja Mariana sedang tidak berada di sini sekarang. Tadi, begitu Mariana selesai menyiapkan segala sesuatu untukku, ia langsung pergi karena ia tahu sebentar lagi Karl akan datang dan kami akan pergi bersama ke perpustakaan. “Saya tidak tahu pastinya, Lady. Akan tetapi, Lady Rissa juga dipanggil ke sana,” jawab Karl. Jantungku berdetak keras, aku menggigit kuku tanganku karena gugup. Entah kenapa, perasaanku tidak enak soal ini. Akan tetapi, tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku tidak bisa menghindar kemana pun, karena ini bukanlah duniaku. Untung saja, Mariana selalu memakaikan aku gaun setiap aku berencana pergi ke perpustkaan. Jadi, sekarang aku bisa langsung pergi bersama Karl tanpa repot mengganti pakaian dan menuju Istana. Jika aku pergi dengan pakaian dengan bawahan celana, begitu Raja Edgar melihatku, ia pasti akan menanyakan hal yang sama kepadaku dengan nada
“Yang Mulia Raja, biar saya—““Beraninya kamu ikut campur ketika tidak diperintahkan, Karl.” Karl yang hendak menolongku dengan mewakiliku untuk berbicara dihentikan oleh Raja Edgar. Nada ucapan Raja benar-benar menekan dan terdengar sangat mengerikan.“Saintess Rissa, apakah aku harus menyelamatkan nyawa kembaranmu?” tanya Raja Edgar kepada Rissa. Aku sudah memperkirakan peristiwa ini. Akan tetapi, yang aku bayangkan adalah diriku yang memiliki kekuatan Saintess, bukan Rissa. Maka, jika Raja Edgar menanyakan pertanyaan itu padaku, aku akan memohon padanya untuk mengampuni nyawa Rissa.Aku mengangkat kepalaku untuk melihat Rissa. Aku membuat ekspresi memohon agar Rissa membantu agar aku tidak dibunuh. Sekarang, ucapan Rissa sebagai Saintess akan sangat berpengaruh.Wajar saja, jika Raja Tiran ini ingin segera membunuhku, karena mengira aku tidak ada gunanya lagi. Namun, Rissa berbeda. Bagaimanapu
"Tidak, Karl. Aku tahu kalau kamu sudah mencoba melakukan yang terbaik. Semua orang mengerti kalau tidak ada yang bisa membantah perkataan Yang Mulia Raja,” balasku untuk menenangkan Karl.Bukannya merasa lega atau senang, Karl malah tampak lebih murung setelah aku aku mengatakan hal itu.“Tapi, Lady, kita tidak akan bisa bersama lagi,” ucap Karl.Aku terkejut karena tidak memikirkan tentang hal ini. Raja telah mencabut semua kemewahan yang telah kunikmati selama ini. Kemewahan itu juga berarti Karl yang selama ini ditugaskan sebagai Kesatria pribadiku. Aku paham betul dan sangat siap jika memang aku tidak lagi tinggal di kamar mewah atatupun dilayani oleh seorang pelayan. Namun, aku tidak bisa membayangkan jika Karl tidak akan ada di sebelahku dan mengikutiku lagi. Itu pasti karena aku tidak pernah menganggap Karl sebagai Kesatria yang ditugaskan untuk mengawasiku, tapi sebagai teman.Jika Karl dibebastugaskan dari Kesatria pribad
Setelah Rissa telah selesai mengucapkan semua hal yang ia ingin katakan, ia kemudian pergi dengan sombongnya tanpa menunggu tanggapan dariku.Kata-kata Rissa, apalagi ketika ia menyebutku Kakak, benar-benar terdengar mengerikan. Aku tidak pernah berpikir kalau hal Rissa sungguh-sungguh membenciku sejak kecil. Padahal ia selalu baik dan tersenyum manis padaku. Itu artinya, selama ini semuanya hanya kepura-puraan.Ketika aku masih berdiam diri di tempatku, aku melihat Steein mendatangiku.“Lady, tadi saya melihat Saintess Rissa datang dari arah sini, apakah pembicaraannya –“Steein menghentikan ucapannya ketika ia melihatku yang sedang berdiri dengan ekspresi terluka.“Maaf, Lady. Kita harus segera ke Departemen Sihir sekarang,” ucap Steein.Tidak buruk juga rasanya mengalami ini semua, karena aku bisa melihat Steein meminta maaf dan bersikap sopan padaku untuk pertama kalinya.Selama dala
“Siapa yang kamu maksud unik? Aku? Apakah aku termasuk manusia langka di sini?” batinku.Ketika aku masih dibuat bingung akan perkataan Steein, Steein kemabali melanjutkan ucapannya, “Mulai sekarang, saya tidak akan menyapa dengan sebutan Lady. Akan tetapi, saya akan langsung menggunakan namamu, Malissa.”“Baiklah.” Aku mengangguk.“Pekerjaan Anda akan dimulai besok. Datanglah ke gedung yang di sebelah sana, dan Anda akan bekerja di gudang dokumen,” jelas Steein sambil menunjuk gedung yang ada tepat di sebelah gedung tempat kami berdiri sekarang.“Karena Anda tidak memiliki pakaian, nanti akan ada orang yang memberikan beberapa pakaian yang akan Anda gunakan. Namun, karena pakaian itu untuk bekerja, maka itu hanyalah pakaian biasa, bukan gaun yang mewah,” kata Steein.“Baiklah, tidak masalah,” balasku.“Dan, itu bukanlah celana.” Setelah Steein mengucapkan ka