Share

BAB 5

Penulis: Nadianad
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 22:14:51

BAB 5 – Jeratan Tak Terelakkan

Liora berdiri di tengah aula perjamuan, telapak tangannya masih berada dalam genggaman Elgard. Udara di ruangan itu terasa berat, penuh dengan tatapan para bangsawan yang mengamati mereka dengan berbagai ekspresi—penasaran, iri, dan bahkan ada yang menunjukkan tanda-tanda ketidaksenangan.

Ia dapat merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, tetapi wajahnya tetap tanpa ekspresi.

"Aku bukan pion mereka."

Jika mereka ingin mempermainkannya dalam politik istana, maka ia harus memastikan dirinya bukan sekadar alat yang bisa digunakan dan dibuang.

Elgard menatapnya dengan intens, seolah menantikan reaksi darinya. Namun, Liora tidak memberikan apa pun. Ia membiarkan keheningan di antara mereka menggantung, menolak untuk memberikan kepuasan pada pangeran kejam itu.

Namun, keheningan mereka akhirnya terputus ketika seorang bangsawan tua dengan janggut panjang dan mantel biru keemasan melangkah mendekat.

"Yang Mulia Pangeran Elgard," katanya dengan nada penuh sopan santun. "Benarkah kabar yang beredar bahwa gadis ini adalah selir resmi Anda?"

Beberapa orang lain di sekeliling mereka mulai berbisik, mencoba mendengar jawaban dari bibir sang pangeran.

Elgard tersenyum tipis, sebuah senyum yang lebih terasa seperti peringatan daripada keramahan. "Kau pikir aku membawa seseorang ke perjamuan ini tanpa alasan?"

Bangsawan tua itu menatap Liora, matanya penuh perhitungan. "Dia… tidak berasal dari keluarga bangsawan. Apakah tidak terlalu berisiko untuk mengangkat seseorang tanpa latar belakang yang jelas?"

Liora tahu apa yang dimaksud pria itu. Seorang selir biasanya berasal dari keluarga terpandang atau setidaknya memiliki koneksi kuat dengan politik kerajaan. Namun, dirinya hanyalah seorang gadis biasa—setidaknya di mata mereka.

Elgard tidak menunjukkan tanda-tanda tersinggung. Sebaliknya, ia menatap bangsawan itu dengan mata tajamnya.

"Justru itulah yang membuatnya menarik," katanya tenang. "Dia bukan orang yang mudah dipermainkan oleh keluarga mana pun di istana ini."

Liora menahan napas.

Kata-kata Elgard terdengar seolah ia melindunginya, tetapi Liora tahu lebih baik daripada mempercayai pria itu.

Perjamuan terus berlanjut, tetapi Liora dapat merasakan tatapan menusuk dari beberapa selir lain yang berdiri di sudut aula. Tatapan penuh kebencian, kecemburuan, dan kewaspadaan.

Mereka melihatnya sebagai ancaman.

Dan mungkin mereka benar.

---

Malam yang Mencekam

Setelah perjamuan usai, Liora dikawal kembali ke kamarnya. Namun, begitu ia melangkah melewati lorong panjang, seorang wanita dengan gaun hijau zamrud tiba-tiba menghalangi jalannya.

"Selamat malam, Nona Liora," kata wanita itu dengan senyum tipis.

Liora mengenalnya. Lady Helena—salah satu selir favorit Elgard sebelum dirinya.

"Aku tidak punya waktu untuk percakapan sia-sia," kata Liora dingin.

Helena terkekeh pelan. "Percakapan ini tidak sia-sia, sayang." Ia mendekat, suaranya hampir berbisik. "Aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa posisi selir pangeran bukan sesuatu yang bisa kau nikmati begitu saja. Banyak yang menginginkannya. Dan banyak yang rela melakukan apa saja untuk menyingkirkan penghalang."

Liora menatapnya tanpa takut. "Apakah itu ancaman?"

Helena tersenyum. "Bukan ancaman. Hanya peringatan."

Ia melangkah pergi dengan anggun, meninggalkan aroma parfum mawar yang menusuk.

Liora mengepalkan tangannya.

"Aku sudah tahu istana ini penuh dengan racun."

Dan sekarang, ia harus memutuskan bagaimana cara bertahan hidup di dalamnya.

---

Kembali ke Dalam Jeratnya

Malam itu, Liora duduk di tepi ranjangnya, pikirannya masih dipenuhi kata-kata Lady Helena.

Namun, ia tidak punya waktu untuk merenung lebih lama ketika pintu kamarnya terbuka dengan suara berderit.

Liora menoleh dengan cepat.

Di ambang pintu berdiri Pangeran Elgard, mengenakan jubah hitam panjang dengan rambut peraknya yang sedikit berantakan. Matanya menatap lurus ke arahnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Liora berdiri, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Apa yang kau inginkan?"

Elgard tidak langsung menjawab. Ia melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya, lalu berjalan perlahan ke arahnya.

"Aku ingin tahu," katanya akhirnya. "Apa kau menikmati malam ini?"

Liora mencibir. "Kau tahu aku tidak menginginkan ini."

Elgard menatapnya dalam diam sejenak, lalu tiba-tiba tertawa pelan. "Benar. Tapi kau tetap melakukannya dengan sangat baik. Kau membuat mereka semua percaya bahwa kau adalah seseorang yang layak diperhitungkan."

Liora mengepalkan tangannya. "Aku bukan boneka yang bisa kau pamerkan di depan istana, Elgard."

Elgard mengulurkan tangan, mengangkat dagunya dengan ujung jarinya. "Kau salah, Liora. Kau bukan boneka. Kau adalah bagian dari permainan ini. Dan semakin cepat kau menerima itu, semakin mudah bagimu untuk bertahan hidup."

Liora menatapnya tajam, tetapi tidak menyingkirkan tangannya.

Ia tahu bahwa melawan Elgard secara langsung bukanlah pilihan yang cerdas. Tidak malam ini.

"Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?" tanyanya akhirnya.

Elgard menatapnya lama sebelum akhirnya menjawab. "Kau ingin balas dendam, bukan?"

Liora terdiam.

"Aku bisa memberimu kesempatan itu," lanjutnya. "Tapi kau harus tahu bahwa balas dendam selalu memiliki harga."

Liora menarik napas dalam. Ia tidak ingin mempercayai Elgard. Tetapi di saat yang sama, ia tahu bahwa pria itu bukan sekadar monster kejam ia juga seseorang yang memahami bagaimana permainan ini bekerja lebih baik dari siapa pun.

"Jadi, apa yang kau tawarkan?" tanyanya pelan.

Elgard tersenyum, tetapi kali ini senyumannya dingin. "Kesempatan untuk membalas dendam dengan cara yang tidak akan membuatmu mati sia-sia."

Liora menatapnya, jantungnya berdebar.

Mungkin ini awal dari sesuatu yang berbahaya.

Tapi ia tidak akan mundur.

Tidak sekarang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 22

    BAB 22 – Langkah di Antara Api---Di Ambang PilihanLedakan itu mengguncang gua. Debu beterbangan, batu-batu runtuh, dan suara pertempuran bergema di antara dinding batu yang mulai retak. Obor-obor yang menempel di dinding berjatuhan, apinya menyebar, menciptakan bayangan-bayangan menari di tengah kekacauan.Liora tersentak mundur, tubuhnya masih kaku karena kejutan dari apa yang baru saja ia baca. Ia adalah pewaris garis keturunan yang hilang—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, sesuatu yang bahkan tidak pernah ia inginkan.Elgard, yang telah membebaskan diri, dengan sigap menarik pedang dari salah satu pria bertopeng yang terjatuh. Ia berbalik ke arah Liora."Kita harus pergi!" suaranya tegas, tidak memberi ruang untuk perdebatan.Namun, Liora tak bergerak. Matanya masih tertuju pada gulungan yang kini tergeletak di tanah, seakan-akan huruf-huruf di atasnya menyala dan membakar pikirannya."Kau sudah tahu tentang ini, bukan?" suara Liora terdengar lebih dingin daripada sebelumny

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 21

    BAB 21 – Jejak yang Tertinggal---Pelarian di Tengah KegelapanMalam semakin pekat saat Liora, Elgard, dan pria misterius itu berlari menembus hutan. Angin dingin membawa aroma tanah basah dan daun kering yang terinjak di bawah kaki mereka.Liora berusaha menyesuaikan napasnya, tetapi jantungnya masih berdegup kencang akibat semua yang terjadi. Sejak dibawa pergi dari penjara istana, ia tidak tahu siapa yang benar-benar bisa ia percayai.Elgard berada di sampingnya, wajahnya penuh kemarahan. Tapi yang lebih mengejutkan, bukan hanya kemarahan yang ia lihat—ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang menyerupai ketakutan.Pria misterius di depan mereka berbalik sedikit, memastikan bahwa mereka masih mengikutinya. "Kita hampir sampai," katanya singkat.Liora menoleh ke belakang. Reruntuhan kastil tempat ia disekap kini telah menjadi puing-puing. Api kecil berkobar di beberapa titik, menerangi malam yang kelam. Namun, ia tahu

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 20

    BAB 20 – Badai dalam Kegelapan---Langkah di Antara BayanganLiora berlari di sepanjang lorong batu yang dingin, napasnya memburu. Suara pertarungan di luar semakin keras, dentingan logam bersilangan dengan jeritan para prajurit yang jatuh.Tangannya masih gemetar setelah berhasil membebaskan diri dari rantai. Belati kecil yang ia genggam terasa lebih berat dari seharusnya, tetapi ia tidak boleh ragu. Jika ia tetap di sini, ia hanya akan menjadi umpan.Ia berbelok di persimpangan gelap dan hampir menabrak seseorang.Sebuah tangan terangkat dengan cepat, mencekal pergelangan tangannya sebelum ia sempat menyerang.“Tenang.”Liora menahan napas. Cahaya obor di dinding mengungkapkan wajah seorang pria muda dengan rambut hitam panjang yang diikat rendah. Matanya tajam, tetapi bukan musuh.“Kau…” Liora menyipitkan mata, mencoba mengingat wajah itu.“Diam, ikuti aku,” bisik pria itu sebelum mena

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 19

    BAB 19 – Jerat di Balik BayanganDi Balik Penjara BayanganLiora membuka matanya perlahan.Gelap.Udara di sekitarnya lembap dan berbau tanah, seolah ia terperangkap di dalam ruang bawah tanah. Suara gemericik air terdengar samar, mungkin berasal dari rembesan dinding batu yang dingin.Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi rantai besi yang membelenggunya menegaskan batasan kebebasannya.Liora menarik napas dalam, mencoba memahami situasinya.Ia diculik.Siapa pun pelakunya, mereka jelas memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar menculik seorang selir.Kaki Liora terasa lemas, tetapi ia memaksakan dirinya untuk duduk tegak. Ia harus tetap sadar. Tetap waspada.Langkah kaki terdengar mendekat, dan sesaat kemudian, pintu kayu berat di depannya terbuka.Seseorang melangkah masuk.Dari siluetnya, ia bisa melihat sosok pria berperawakan tinggi dengan jubah gelap.

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 18

    BAB 18 – Bayangan yang HilangHilang Tanpa JejakAngin malam berhembus kencang, membawa hawa dingin yang menusuk ke dalam istana. Di balik dinding-dinding batu yang kokoh, suasana begitu mencekam. Para pengawal berlarian ke berbagai penjuru, pelayan-pelayan membisikkan kekhawatiran, dan di ruang utama, Pangeran Elgard berdiri dengan rahang mengeras.Di hadapannya, seorang prajurit berlutut dengan kepala tertunduk dalam ketakutan."Katakan sekali lagi," suara Elgard terdengar pelan, tapi dinginnya cukup membuat siapa pun menggigil.Sang prajurit menelan ludah sebelum akhirnya berani mengulang, "Yang Mulia… Nona Liora menghilang. Kami sudah mencari di seluruh istana, tapi tak ada jejaknya."Hening.Lalu, suara keras memenuhi ruangan saat Elgard dengan cepat meraih gelas anggurnya dan melemparkannya ke dinding, membuat pecahan kaca berhamburan di lantai.Semua orang di ruangan itu menahan napas.Mata Elgar

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 17

    BAB 17 – Keinginan yang TerlarangLiora duduk di tepi ranjangnya, menatap bayangan dirinya di cermin.Pernyataan Elgard malam itu terus berputar di kepalanya."Aku tidak ingin kehilanganmu."Seharusnya ia menepis kata-kata itu. Seharusnya ia tetap membenci Elgard, pria yang telah merenggut kebebasannya.Tapi kenyataannya?Setiap hari yang mereka lalui bersama hanya membuatnya semakin sadar—ada sesuatu yang perlahan berubah di antara mereka.Bukan hanya sekadar ketergantungan dalam situasi yang rumit.Bukan hanya sekadar kebiasaan berbagi ruangan yang sama.Tapi sesuatu yang lebih dalam… sesuatu yang seharusnya tidak mereka rasakan.Liora menutup matanya, menarik napas panjang.Tidak. Ia tidak boleh membiarkan perasaannya melemah.Ada banyak hal yang menghalangi mereka.Dan salah satunya adalah kenyataan bahwa mereka masih berada dalam perang politik yang berbahaya.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status