Home / Fantasi / MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM / JERAT DI ANTARA KEKUASAAN

Share

JERAT DI ANTARA KEKUASAAN

Author: Nadianad
last update Last Updated: 2025-02-12 12:00:25

BAB 8 – Jerat di Antara Kekuasaan

Malam itu, angin dingin berembus melewati jendela kamarnya. Liora duduk di tepi ranjang, matanya menatap kosong ke arah bulan yang menggantung di langit.

Pengenalan resminya sebagai selir Pangeran Elgard telah mengguncang istana. Bukan hanya para selir lain yang kini melihatnya sebagai ancaman, tetapi juga para bangsawan yang menyadari bahwa keberadaannya bisa mengubah keseimbangan kekuasaan.

Dan kemudian, ada Pangeran Mike.

Pria itu telah menawarkan kebebasan, tetapi dengan harga yang terlalu mahal—pengkhianatan terhadap Elgard.

Namun, apakah ia benar-benar berpihak pada Elgard?

Liora mengepalkan tangannya. Tidak. Ia tidak berada di sisi siapa pun.

Ia hanya berada di pihaknya sendiri.

---

Bayangan di Lorong Istana

Liora bangkit dari tempat tidurnya, mengambil jubah tipis, lalu membuka pintu kamarnya dengan hati-hati.

Ia tidak bisa tidur malam ini.

Lorong istana sunyi, hanya diterangi cahaya dari obor yang dipasang di dinding.

Namun, saat ia berjalan melewati koridor panjang itu, langkah kakinya terhenti.

Ada seseorang di sana.

Bayangan hitam bergerak di ujung lorong, nyaris tidak terlihat di bawah cahaya redup. Liora menahan napas, merapat ke dinding, lalu mengintip.

Sosok itu berhenti di depan sebuah pintu—bukan pintu kamarnya, melainkan ruang pertemuan rahasia yang biasa digunakan para bangsawan untuk berdiskusi secara tertutup.

Pintu itu terbuka sedikit, dan suara pelan terdengar dari dalam.

Liora menajamkan pendengarannya.

"Apa kau yakin dia akan jatuh dalam perangkap ini?"

Suara yang tak asing itu membuat tubuh Liora menegang.

Pangeran Mike.

"Dia akan segera menyadarinya. Tapi pada saat itu, semuanya sudah terlambat."

Suara lain yang lebih tua menjawab—suara salah satu penasihat kerajaan.

Liora mengerutkan kening.

Siapa yang mereka bicarakan?

Ia hendak melangkah lebih dekat, tetapi tiba-tiba, suara derit pintu membuatnya tersentak.

Sosok berjubah hitam keluar dari ruangan itu, dan dalam sekejap, mata tajamnya bertemu dengan mata Liora.

Liora tersentak dan berbalik, melarikan diri sebelum bisa dikenali.

Ia tidak tahu siapa orang itu, tetapi satu hal yang pasti—ia telah melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia ketahui.

---

Permainan Elgard

Keesokan harinya, Liora duduk di balkon kecil yang menghadap taman istana. Angin pagi menerpa wajahnya, tetapi pikirannya masih tertuju pada percakapan yang ia dengar tadi malam.

Seseorang sedang merencanakan sesuatu.

Dan jika dugaan Liora benar, rencana itu berkaitan dengannya.

"Liora."

Suara berat Elgard menyentaknya dari lamunan. Ia menoleh dan mendapati pangeran itu berdiri di belakangnya, menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.

"Kenapa kau terlihat gelisah?" tanyanya sambil melangkah mendekat.

Liora tidak segera menjawab. Ia masih mencoba memahami motif pria ini.

"Aku hanya berpikir," katanya akhirnya.

Elgard menarik kursi di dekatnya dan duduk, menyandarkan punggungnya dengan santai. "Tentang apa?"

Liora mengangkat bahu. "Tentang betapa sulitnya mengetahui siapa yang bisa dipercaya di istana ini."

Elgard tertawa kecil. "Bagus. Itu berarti kau mulai memahami bagaimana permainan ini bekerja."

Liora menatapnya tajam. "Dan siapa yang seharusnya kupercayai?"

Elgard tidak langsung menjawab. Ia menatap Liora lama, seolah menimbang sesuatu dalam pikirannya.

"Aku bisa memberitahumu satu hal," katanya akhirnya. "Mike bukanlah seseorang yang ingin kau percayai."

Liora menyipitkan mata. "Dan kau ingin aku percaya padamu?"

Elgard tersenyum, tetapi ada kilatan bahaya di matanya. "Percaya atau tidak, aku adalah satu-satunya alasan kau masih hidup di istana ini."

Liora tidak membalas.

Ia tahu ada kebenaran dalam kata-kata Elgard. Tetapi ia juga tahu bahwa pria ini tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan.

Jika ia masih hidup, itu berarti Elgard masih memiliki rencana untuknya.

---

Diburu oleh Bayangan

Malam kembali tiba, dan kali ini, Liora tidak ingin hanya menunggu.

Ia mengenakan pakaian sederhana, menyelipkan belati kecil di balik pakaiannya, lalu keluar dari kamarnya dengan langkah hati-hati.

Ia ingin tahu lebih jauh tentang apa yang terjadi di istana ini.

Namun, belum jauh ia berjalan, suara langkah kaki terdengar di belakangnya.

Liora berbalik cepat, tetapi lorong itu kosong.

Jantungnya berdegup lebih kencang.

Seseorang mengikutinya.

Ia mempercepat langkahnya, berusaha mencapai tempat yang lebih aman. Namun, ketika ia berbelok di tikungan, sebuah tangan mencengkeram lengannya dengan kuat.

Liora tersentak dan berusaha menarik belatinya, tetapi suara lembut menghentikannya.

"Tenang, Liora."

Mike.

Pria itu berdiri di hadapannya, senyum khasnya masih ada di wajahnya. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda di matanya—sesuatu yang lebih berbahaya.

"Kau seharusnya tidak berjalan sendirian di malam hari," katanya pelan. "Ada banyak bahaya di istana ini."

Liora menepis tangannya. "Atau mungkin, bahaya terbesar adalah kau."

Mike terkekeh. "Aku hanya ingin membantumu. Kau tahu itu."

Liora menatapnya curiga. "Membantuku, atau menjebakku?"

Mike menghela napas, lalu mendekatkan wajahnya sedikit ke arahnya. "Dengar, Liora. Kau bisa terus bersikap seolah kau bisa bertahan sendirian di istana ini, atau kau bisa menerima tawaran bantuanku sebelum semuanya terlambat."

Liora menegakkan tubuhnya. "Dan kalau aku menolak?"

Senyum Mike menghilang. "Maka aku tidak bisa menjamin kau akan tetap hidup cukup lama untuk menyesalinya."

Ancaman halus itu membuat Liora semakin sadar—ia telah benar-benar terjebak dalam perang yang lebih besar dari yang ia duga.

Ia tidak hanya menjadi selir seorang pangeran.

Ia telah menjadi bagian dari pertempuran antara dua kekuatan yang ingin menguasai tahta.

Dan satu langkah yang salah bisa berarti kematiannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 22

    BAB 22 – Langkah di Antara Api---Di Ambang PilihanLedakan itu mengguncang gua. Debu beterbangan, batu-batu runtuh, dan suara pertempuran bergema di antara dinding batu yang mulai retak. Obor-obor yang menempel di dinding berjatuhan, apinya menyebar, menciptakan bayangan-bayangan menari di tengah kekacauan.Liora tersentak mundur, tubuhnya masih kaku karena kejutan dari apa yang baru saja ia baca. Ia adalah pewaris garis keturunan yang hilang—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, sesuatu yang bahkan tidak pernah ia inginkan.Elgard, yang telah membebaskan diri, dengan sigap menarik pedang dari salah satu pria bertopeng yang terjatuh. Ia berbalik ke arah Liora."Kita harus pergi!" suaranya tegas, tidak memberi ruang untuk perdebatan.Namun, Liora tak bergerak. Matanya masih tertuju pada gulungan yang kini tergeletak di tanah, seakan-akan huruf-huruf di atasnya menyala dan membakar pikirannya."Kau sudah tahu tentang ini, bukan?" suara Liora terdengar lebih dingin daripada sebelumny

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 21

    BAB 21 – Jejak yang Tertinggal---Pelarian di Tengah KegelapanMalam semakin pekat saat Liora, Elgard, dan pria misterius itu berlari menembus hutan. Angin dingin membawa aroma tanah basah dan daun kering yang terinjak di bawah kaki mereka.Liora berusaha menyesuaikan napasnya, tetapi jantungnya masih berdegup kencang akibat semua yang terjadi. Sejak dibawa pergi dari penjara istana, ia tidak tahu siapa yang benar-benar bisa ia percayai.Elgard berada di sampingnya, wajahnya penuh kemarahan. Tapi yang lebih mengejutkan, bukan hanya kemarahan yang ia lihat—ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang menyerupai ketakutan.Pria misterius di depan mereka berbalik sedikit, memastikan bahwa mereka masih mengikutinya. "Kita hampir sampai," katanya singkat.Liora menoleh ke belakang. Reruntuhan kastil tempat ia disekap kini telah menjadi puing-puing. Api kecil berkobar di beberapa titik, menerangi malam yang kelam. Namun, ia tahu

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 20

    BAB 20 – Badai dalam Kegelapan---Langkah di Antara BayanganLiora berlari di sepanjang lorong batu yang dingin, napasnya memburu. Suara pertarungan di luar semakin keras, dentingan logam bersilangan dengan jeritan para prajurit yang jatuh.Tangannya masih gemetar setelah berhasil membebaskan diri dari rantai. Belati kecil yang ia genggam terasa lebih berat dari seharusnya, tetapi ia tidak boleh ragu. Jika ia tetap di sini, ia hanya akan menjadi umpan.Ia berbelok di persimpangan gelap dan hampir menabrak seseorang.Sebuah tangan terangkat dengan cepat, mencekal pergelangan tangannya sebelum ia sempat menyerang.“Tenang.”Liora menahan napas. Cahaya obor di dinding mengungkapkan wajah seorang pria muda dengan rambut hitam panjang yang diikat rendah. Matanya tajam, tetapi bukan musuh.“Kau…” Liora menyipitkan mata, mencoba mengingat wajah itu.“Diam, ikuti aku,” bisik pria itu sebelum mena

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 19

    BAB 19 – Jerat di Balik BayanganDi Balik Penjara BayanganLiora membuka matanya perlahan.Gelap.Udara di sekitarnya lembap dan berbau tanah, seolah ia terperangkap di dalam ruang bawah tanah. Suara gemericik air terdengar samar, mungkin berasal dari rembesan dinding batu yang dingin.Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi rantai besi yang membelenggunya menegaskan batasan kebebasannya.Liora menarik napas dalam, mencoba memahami situasinya.Ia diculik.Siapa pun pelakunya, mereka jelas memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar menculik seorang selir.Kaki Liora terasa lemas, tetapi ia memaksakan dirinya untuk duduk tegak. Ia harus tetap sadar. Tetap waspada.Langkah kaki terdengar mendekat, dan sesaat kemudian, pintu kayu berat di depannya terbuka.Seseorang melangkah masuk.Dari siluetnya, ia bisa melihat sosok pria berperawakan tinggi dengan jubah gelap.

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 18

    BAB 18 – Bayangan yang HilangHilang Tanpa JejakAngin malam berhembus kencang, membawa hawa dingin yang menusuk ke dalam istana. Di balik dinding-dinding batu yang kokoh, suasana begitu mencekam. Para pengawal berlarian ke berbagai penjuru, pelayan-pelayan membisikkan kekhawatiran, dan di ruang utama, Pangeran Elgard berdiri dengan rahang mengeras.Di hadapannya, seorang prajurit berlutut dengan kepala tertunduk dalam ketakutan."Katakan sekali lagi," suara Elgard terdengar pelan, tapi dinginnya cukup membuat siapa pun menggigil.Sang prajurit menelan ludah sebelum akhirnya berani mengulang, "Yang Mulia… Nona Liora menghilang. Kami sudah mencari di seluruh istana, tapi tak ada jejaknya."Hening.Lalu, suara keras memenuhi ruangan saat Elgard dengan cepat meraih gelas anggurnya dan melemparkannya ke dinding, membuat pecahan kaca berhamburan di lantai.Semua orang di ruangan itu menahan napas.Mata Elgar

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 17

    BAB 17 – Keinginan yang TerlarangLiora duduk di tepi ranjangnya, menatap bayangan dirinya di cermin.Pernyataan Elgard malam itu terus berputar di kepalanya."Aku tidak ingin kehilanganmu."Seharusnya ia menepis kata-kata itu. Seharusnya ia tetap membenci Elgard, pria yang telah merenggut kebebasannya.Tapi kenyataannya?Setiap hari yang mereka lalui bersama hanya membuatnya semakin sadar—ada sesuatu yang perlahan berubah di antara mereka.Bukan hanya sekadar ketergantungan dalam situasi yang rumit.Bukan hanya sekadar kebiasaan berbagi ruangan yang sama.Tapi sesuatu yang lebih dalam… sesuatu yang seharusnya tidak mereka rasakan.Liora menutup matanya, menarik napas panjang.Tidak. Ia tidak boleh membiarkan perasaannya melemah.Ada banyak hal yang menghalangi mereka.Dan salah satunya adalah kenyataan bahwa mereka masih berada dalam perang politik yang berbahaya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status