Wajah yang memulai memerah karena pengaruh dari alkohol, membuat pria itu tak merespons sapaan Bella untuk beberapa saat. "Mau aku temani," ucapnya lagi. Gadis itu berjalan lebih dekat dengan sang pria.Seketika pria itu menatap tajam ke arah Bella dengan wajah memerah."Pergilah!" seru pria itu seraya telunjuk tangannya menunjuk ke sembarang arah. "Tidak! Kamu butuh teman curhat, dan aku mau jadi teman kamu malam ini," elak Bella, seraya duduk dekat pria yang entah siapa namanya. Pria setengah wajah Indonesia itu, menatap Bella dengan lekat. "Kamu mirip dia! Tapi kamu lebih manis, dia tidak perawan, dan kamu?" racau pria itu sembari tangannya menyodorkan gelas kosong, tanda ingin Bella menuangkan minumannya. "A--aku ma--masih pera--perawan," balas Bella terbata. Setelah menenggak minuman dalam gelas dengan tandas, pria itu tampak tertawa. Menertawakan wanita yang berada di hadapannya. "Kalau Tuan tidak percaya, sekarang buktikan, tapi sebelum itu aku butuh uang dua puluh juta,
Di sebuah pulau kecil yang sangat indah, pasangan yang sedang berbahagia itu tengah menikmati makan malam dengan sangat romantis. Bernard akhirnya memutuskan untuk melamar kekasihnya yang bernama Kristin setelah perjalanan cinta yang berliku selama dua tahun. "Sayang, selama pacaran aku selalu menjaga dirimu dengan baik, dan tak pernah melakukan hubungan terlarang, meski aku sangat ingin, dan tergoda saat melihat pakaian seksi yang kamu kenakan, tapi aku ingin menikmati malam pertama kita dengan baik dan sah di mata hukum negara dan agama." "Apakah selama ini kamu setia dan menjaga diri? Karena aku ingin, melakukan malam pertama itu dengan penuh makna, kita sama-sama melakukannya untuk pertama kali." "I--iya, aku selalu setia dan tidak pernah berhubungan dengan pria mana pun, kecuali dengan kamu, sayang." "Terima kasih." "Apakah kamu bersedia menikah denganku, dan siap menjadi nyonya Bernard?" "Dengan senang hati aku bersedia, sayang." Tak berapa lama, pria itu merogoh sesuatu
"Kamu tidak bisa lari dari apa pun, karena aku sudah membayar mahal tubuh ini," ucap Bernard seraya menunjuk bagian dada Bella dengan tatapan mata yang sangat tajam. Seketika gadis itu beringsut sedikit menjauh, jujur saja dia sangat takut, dan rasanya tidak ikhlas melakukan hubungan terlarang meski pria itu sudah membayarnya. "Apakah aku bisa kabur dari pria ini, atau mampu memperpanjang waktu?" batin Bella, berisik. Dalam diam dan dengan tangan yang sangat kokoh, Bernard memeluk gadisnya dengan erat, tangan kanannya meremas pundak Bella dengan kencang. Bayangan wajah Kristin yang kembali hadir dan atas pergulatan hebat yang panas di ranjang dengan sahabatnya, membuat amarah pria itu kembali memuncak. Gadis cantik dan polos ternyata seorang penghianat, Kristin membodohi dirinya, sehingga membuat hatinya hancur. Bernard meremas pundak Bella sangat kuat, sehingga gadis itu meringis kesakitan. "Arrgh, Tuan, sakit," keluh Bella dan berharap pria yang telah membelinya itu sadar dan
Pertempuran yang sangat panas, pada akhirnya menyisakan lelah, lalu keduanya pun tertidur kembali dengan lelap sampai sore hari.Dengkuran yang terdengar sangat keras dan mengganggu, membuat gadis berkulit kuning langsat, cantik, dan seksi itu mendongakkan kepala, mencoba membuka kelopak mata yang masih terasa sangat lengket.Bella hanya bisa diam, karena pria itu memeluknya dengan sangat erat. Meski dalam keadaan tertidur pulas.Meski begitu, gadis itu berusaha membebaskan diri dari dekapan sang pria, perlahan ia membuka selimut yang menyelimuti tubuh polos miliknya.Singa buas itu kini sedang tertidur pulas, dan itu Bella manfaatkan untuk pergi dari apartemen milik tuannya.Pria berwajah tampan, gagah dan tinggi, juga bermata elang itu bak bayi yang baru lahir, polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya."Ah, tidur pulas saja, senjatanya masih tegak berdiri, bak tugu Monas," decak Bella, seraya menutup kembali tubuh Bernard dengan selimut yang ia kenakan sebelumnya
"Apa? Pengaman?"Seketika Bella menutup mulutnya, karena dia lupa, akan benda keramat itu. Apa yang harus ia lakukan jika hamil nanti?Bela lalu menggeleng pelan seraya menunduk pasrah."Baiklah, kita tunda dulu bahas pengaman, saya sudah sangat lapar, ayo kita ke bawah membeli makanan," ajak Bernard pada Bella yang masih diam terpaku.Pria itu menarik tangan Bella dengan paksa, karena rasa lapar dan cacing dalam perutnya sudah tak bisa diajak kompromi.Di gerai makanan Bella hanya diam dan duduk di bangku pengunjung, menunggu Bernard memilih menu.Dalam benaknya tak pernah sama sekali untuk menginjakkan kaki ke restoran mahal, dan semua makanan yang di banderol dengan harga fantastis, satu makanan saja, itu sama dengan biaya hidupnya satu bulan."Beginilah kaum atas, sekali makan habis jutaan," gadis itu bergumam sembari menggelengkan kepalanya perlahan."Yakin ga mau milih makanan?" tanya Bernard, seraya menghampiri Bella, yang hanya duduk manis dan tak mau menyebutkan nama makana
"Kenapa, Anda merasa aneh melihat anak itu?" Tiba-tiba saja Rini berkata pelan pada Bernard. Karena pria itu terlihat aneh saat melihat Adella."Bisa tidak kalau bicara itu dari depan, jangan dari belakang, mirip hantu dan bikin kaget orang saja!" gerutu Bernard saat menoleh ke belakang melihat wanita seksi yang sedang tersenyum menggoda.Pria itu jengah melihat kelakuan Rini dan ingin menertawakan gadis itu dengan pakaian super mininya."Maaf, hehehe," balas Rini seraya terkekeh, karena melihat wajah lucu sang pria, yang sangat menggemaskan.Jika bukan teman sahabatnya, sudah dia goda dan rayu, karena tahu pria itu banyak uang."Ada apa Rin?" tanya Bella, seraya menatap Rini heran. "Bukannya tadi mau makan malam?" tanya Bella lagi."Aku hanya mau ambil dompet yang ketinggalan, tuh di atas nakas," balas Rini, seraya berjalan menuju ke arah Bella."Bell, sekalian aku juga pamit, malam ini mau istirahat, nanti besok pagi ke sini lagi, bawa sarapan," ucap Rini, lalu mengusap pucuk kep
Harusnya hari minggu adalah momen yang sangat membahagiakan untuk Bernard, karena dirinya akan menikah dengan Kristin. Itu semuanya tinggal kenangan dan rencana indah itu tak akan pernah terjadi.Cinta yang dulu ia puja kini berubah jadi rasa benci pada gadis itu.Semuanya gagal dan hancur setelah gadis itu ketahuan berkhianat dengan sahabat Bernard sendiri.Semua rencana telah ia batalkan dengan denda yang tak sedikit. Akan tetapi bagi pria itu lebih baik merugi dari pada menikah dengan wanita culas dan penuh tipu daya.Selama ini dia sangat percaya pada Kristin, apa pun itu, tapi setelah tahu wanita itu berkhianat, cinta itu berubah benci yang sangat dalam bahkan jijik dan tak ingin melihatnya lagi.Dengan langkah goyah, pria itu pulang ke rumah mewah miliknya yang diperuntukkan untuk sang istri tercinta saat mereka telah menikah, tapi itu dulu sebelum tahu wanitanya berkhianat.Dua keluarga telah menunggunya dan ingin tahu kenapa Bernard membatalkan acara pernikahan yang seharusn
Semalaman Bella tidak bisa tidur, meski tubuhnya sangat lelah, akibat sehari semalam menemani pria yang telah membayarnya, sekaligus jadi mangsa si tuan tampan, akan tetapi dia ingin menjaga putrinya yang sesekali bangun dan menangis.Gadis itu selalu sigap dalam menjaga putrinya yang malang.Tidak ada dalam kamus hidupnya untuk menjual diri pada pria asing jika bukan karena ingin putrinya sembuh.Takdir tidak selalu indah, tapi Bella berusaha tetap tegar dalam menghadapi kejamnya dunia.Berada di strata ekonomi paling bawah, memang sangat berat baginya, apa lagi selama tinggal dengan kedua orang tuanya seorang Bella adalah gadis yang sangat dimanja, segalanya selalu tersedia.Tiba-tiba saja ponsel jadul nya bergetar dan Bella langsung melihat siapa pengirim pesan itu, dan ternyata si tuan tampan, yang sangat rumit untuk mengucapkan namanya.Pria yang dingin dan jutek, sekaligus tampan. dan membuat Bella tak bisa melupakan sosok pria itu. Kenangan di pagi hari yang panas, dan rasa