Share

MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI
MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI
Author: Arshi

Bab 1: Darurat

Author: Arshi
last update Last Updated: 2023-07-06 08:46:26

"Aku butuh uang banyak, Rin, lima belas juta, kamu adakan?" tanya Bela, memohon.

"Maksudnya?" tanya Rini, kaget.

"Aku pinjam uangmu, please!" Bela memohon pada sahabatnya.

Hanya Rini sahabat satu-satunya yang masih peduli di saat suka maupun duka.

Di Jakarta Bela tidak punya siapa-siapa, selain Rini dan anak tirinya yang sedang sakit parah.

Rini menganjur nafas panjang, kedua tangannya mengusap wajah dengan gusar.

"Uang se gitu aku tidak punya, bahkan bulan ini aku belum mengirim ke kampung, hanya ada lima juta, itu pun bagi tiga, ya."

"Tapi...Rin...."

"Kalau kamu mau, dua juta, sisanya buat aku kirim ke kampung dan makan."

Bela menggeleng, karena yang ia butuh kan lima belas juta, bukan dua juta. "Tolong aku, Rin, anak itu harus segera operasi, aku janji ini yang terakhir kalinya aku hutang padamu," ucap Bela memohon pada sahabatnya itu.

Bela benar-benar tidak tahu caranya harus dapat uang banyak dalam hitungan satu hari saja, sedangkan hidupnya benar-benar sendiri dan miskin.

"Maaf, Bel, kalau ada pasti sudah aku kasih, dan aku tidak bohong."

Rini berkata apa adanya, dan memang bulan-bulan ini pelanggannya sedikit berkurang, sehingga ia pun harus menunda kiriman ke kampung.

Bela terdiam, otaknya berpikir, harus dari mana lagi ia mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu satu hari saja.

"Bela, aku minta maaf," aku Rini, merasa kasihan tapi ia pun tidak berdaya.

"Tidak apa-apa, jadi kamu mau pinjami aku berapa?" tanya Bela.

"Hanya dua juta, saja, tidak apa-apa, kan?"

Tentu saja jawaban Rini, membuat hati Bela kecewa dan sedih, karena ia harus berpikir lagi uang tiga belas juta harus dicari ke mana.

"Aku bingung, uang tiga belas juta lagi harus cari ke mana, sementara anakku harus segera dioperasi," ucap Bela, lirih. Kepalanya menunduk dan kali ini pikirannya sangat buntu.

Rini menatap sahabatnya sangat sedih, dia tahu kehidupan Bela, saat lebih memilih anak tirinya dan harus hidup sebatang kara di Jakarta.

"Cara simpel dapat uang gede, aku bisa kasih jalan, itu pun jika kamu mau," celetuk Rini.

Bela mendongak dan menatap Rini penuh harap.

"Bagaimana caranya?"

Rini menatap lekat kepada Bela, dengan senyum merekah, juga seraya mengedipkan sebelah matanya.

Seketika Bela bergidik ngeri, karena tiba-tiba saja wajah sahabatnya itu menjadi nakal.

"Menjual diri, aku tahu tempatnya di mana banyak pria kaya yang sedang butuh hiburan," ujar Rini.

"Apa!" teriak Bela, kaget.

"Secara tubuh kamu seksi, cantik, putih mulus pasti laku, dan dapat bayaran mahal," lanjut Rini, sambil tersenyum, tak peduli dengan wajah Bela yang terlihat sangat kaget.

Hanya itu satu-satunya cara untuk mendapatkan uang banyak secara instan dalam satu malam.

"Ogah!" tolak Bela, refleks mencubit hidung mungil sahabatnya itu dengan kencang.

Tak ter bayangkan oleh Bela, jika sahabatnya itu memberikan ide gila untuk menjual tubuhnya pada kaum pria hidung belang.

"Ga ada cara lain, dan itu cara pintas yang akurat!" ujar Rini datar.

"Aku tidak mau bekerja seperti itu, dan uang haram untuk pengobatan anakku!"

Bela menolak, dan berharap masih ada jalan lain selain jadi santapan nikmat kaum pria yang butuh hiburan itu.

"Bela sayang, kamu menolak uang haram, tapi selalu pinjam uang padaku, memang aku ini kerja apa?" ledek Rini, seraya terkekeh geli.

Sementara Bela, tersenyum samar, hati dan jantungnya tercubit atas ucapan sahabatnya itu.

Ucapan Rini sangat benar, selama ini dirinya selalu dan sangat sering meminjam uang bahkan kebanyakan lupa dan tak pernah dikembalikan.

Ia juga sangat tahu pekerjaan sahabatnya seperti apa, dan dia sendiri lebih memilih bekerja sebagai tukang cuci piring, di sebuah rumah makan, dengan tujuan setiap hari tidak harus susah membeli makanan atau memasak, karena jika ada makanan sisa tak terjual, bosnya akan memintanya untuk dibawa pulang.

Bela seketika menampakkan wajah tanpa dosa, dan tersenyum sangat manis.

"Aku..."

"Kalau kamu mau, jika tidak, ga apa-apa," sela Rini.

Tentu saja Rini sudah tahu jawaban Bela, janda muda itu lebih memilih menjadi tukang cuci piring dibanding bekerja seperti dirinya.

"Lagi pula kamu, kan, janda, bukan perawan lagi, kalau mau berkorban demi anak itu, jangan tanggung-tanggung, saat ini ga ada yang bisa menolong selain pekerjaan itu!"

"Ish! aku masih tersegel tahu!"

"Aku ga percaya! karena semua orang tahu, kalian berdua pacaran selama bertahun-tahun pasti sudah gitu duluan," ledek Rini.

Bela hanya terdiam, ucapan sahabatnya semuanya tidak benar dan saat ini ia tak mau mengingat luka itu lagi.

Berjalan dengan langkah kaki gontai, Bela segera masuk ke ruang administrasi.

Dengan hanya membawa uang dua juta, dan itu masih kurang setengahnya dari lima belas juta.

Keringat bercucuran, karena terik matahari yang menyengat, saat ia berjalan kaki, dari kontrakan Rini menuju rumah sakit yang lumayan jauh jaraknya.

Sungguh perih hidupnya, untuk hanya sekedar ongkos angkutan umum seharga lima ribu saja ia tak punya.

Bela diam terpaku, kakinya maju mundur untuk sampai ke ruang administrasi.

Percuma bernegosiasi, karena sebelumnya dirinya sudah memohon, untuk mendapat keringanan, tapi apalah daya, prosedur rumah sakit sudah menetapkan peraturannya, pembayaran di awal separuh dari yang sudah ditentukan.

Pihak rumah sakit juga memberi saran untuk membuat BPJS tapi itu tidak bisa langsung digunakan, bahkan ia sendiri tidak punya kartu keluarga.

Tidak bisa berpikir apa pun, apa lagi bermimpi masuk rumah sakit, tapi takdir berkata lain, dan Tuhan sedang mengujinya.

Anak tiri yang saat ini dia punya, penghibur dikala lelah, kini sedang berjuang untuk sembuh dari rasa sakit akibat, penyumbatan pembuluh darah ke otak.

Tidak ingin berdebat lagi dengan petugas administrasi, perempuan itu berbalik badan, menjauh dan langkahnya menuju ruang NICU, di mana putrinya sedang berjuang untuk hidup.

Bela hanya bisa memantau dari balik kaca, melihat putrinya yang sedang kesakitan seorang diri, dan hanya ada perawat yang bertugas mengecek kondisi anak itu.

Seketika ucapan Rini, bermain-main dalam pikiran Bela, akal pikiran dan logikanya sedang berperang saat ini, terlebih melihat di dalam ruangan khusus itu putrinya sedang meronta kesakitan.

Jiwa dan raga yang sudah letih, perempuan itu mundur beberapa langkah dan akhirnya segera pergi meninggalkan rumah sakit dengan perasaan hancur.

Air matanya terus saja mengalir, di tempat perantauan ini, hanya putrinya yang ia miliki, dan Bela pun tak ingin kehilangan, meski yang sedang diperjuangkan adalah anak tiri.

"Adakah jalan lain untuk dapat uang sebesar itu dalam waktu singkat? Tuhan, bantu aku," gumamnya lirih.

Sepanjang perjalanan ia terus saja berdoa dan berharap ada keajaiban dalam hidupnya. Tapi apalah daya, saat ini langkah kakinya menuju ke kontrakan Rini kembali.

Tak peduli terik matahari yang sangat panas, bahkan kemeja yang ia kenakan sangat basah oleh keringat. Jiwanya hanya terfokus pada putrinya yang sedang kesakitan.

"Tuhan, apakah hanya ini jalan yang bisa menolong putriku?" batin Bella.

Senyum miris, matanya nanar, saat kakinya sampai di depan kontrakan sahabatnya, Rini.

Ketukan pintu yang penuh dan berulang, Bella tak ingin waktunya terbuang dengan sia-sia.

Sesaat pintu terbuka perlahan dan kedua sahabat itu saling tatap dalam diam sesaat, penuh ragu sekaligus tanya.

"Aku mau ambil tawaran kamu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lala uniq
lanjut seru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 60 Sah

    Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 59: Berdamai dengan keadaan

    "Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab: 58.. Pertemuan

    Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 57: Takdir

    "Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 56: Mimpi kawin

    Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 55: Malu-malu

    Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status