Home / Romansa / MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI / Bab 3: Wajah kamu mirip dia

Share

Bab 3: Wajah kamu mirip dia

Author: Arshi
last update Last Updated: 2023-07-06 08:49:24

Wajah yang memulai memerah karena pengaruh dari alkohol, membuat pria itu tak merespons sapaan Bella untuk beberapa saat.

"Mau aku temani," ucapnya lagi. Gadis itu berjalan lebih dekat dengan sang pria.

Seketika pria itu menatap tajam ke arah Bella dengan wajah memerah.

"Pergilah!" seru pria itu seraya telunjuk tangannya menunjuk ke sembarang arah.

"Tidak! Kamu butuh teman curhat, dan aku mau jadi teman kamu malam ini," elak Bella, seraya duduk dekat pria yang entah siapa namanya.

Pria setengah wajah Indonesia itu, menatap Bella dengan lekat.

"Kamu mirip dia! Tapi kamu lebih manis, dia tidak perawan, dan kamu?" racau pria itu sembari tangannya menyodorkan gelas kosong, tanda ingin Bella menuangkan minumannya.

"A--aku ma--masih pera--perawan," balas Bella terbata.

Setelah menenggak minuman dalam gelas dengan tandas, pria itu tampak tertawa. Menertawakan wanita yang berada di hadapannya.

"Kalau Tuan tidak percaya, sekarang buktikan, tapi sebelum itu aku butuh uang dua puluh juta," tandas Bella, cepat takut pria yang terlihat kaya itu berubah pikiran.

"Aku tipe pria perhitungan, jadi, jika kamu terbukti bohong, apa yang akan kamu berikan, selain mengembalikan uang itu?"

"Aku siap menjadi pembantumu, Tuan."

Bella sangat percaya diri, dan memang benar dirinya masih tersegel, dan belum pernah tersentuh oleh pria mana pun, termasuk suaminya.

"Baiklah, jika kamu berbohong seumur hidup, kamu akan menjadi budakku!"

Bella hanya mengangguk pasrah, ini semua demi nyawa putrinya Adella.

"Sebutkan nomor rekening kamu!" tanpa basa-basi, Bernard meminta gadis itu menyebutkan nomor rekeningnya.

Meski pria itu sudah mabuk berat, tapi masih terjaga dan tidak tumbang bahkan tidak melakukan hal gila pada Bella.

Gadis itu menyodorkan ponsel jadul nya ke arah pria yang sebentar lagi akan bebas menguasai tubuhnya.

"Sudah!"

Mata Bella melotot hampir separuhnya keluar, dia meminta dua puluh juta, tapi pria itu mentransfer uang ke rekeningnya sebanyak dua ratus juta.

"Kurang?"

"Tidak!" gadis itu menggeleng dan tak percaya atas nominal uang yang tertulis di M banking miliknya.

"Kenapa kamu menangis? ah sudah lah, malam ini aku butuh kamu untuk memuaskan jiwaku di ranjang!"

Bernard berusaha berdiri dan tak segan memeluk pinggang ramping Bella sebagai tumpuan.

Gadis itu tampak kikuk karena dengan pakaian yang sangat mini, sebagian tubuhnya terekspos mata nakal yang sedari tadi mengawasinya dengan sang pria.

Meski dalam keadaan mabuk, Bernard masih bisa mengemudikan mobilnya, meski sesekali oleng dan hampir menabrak bahu pembatas jalan.

Rasa kecewa dan sakit hati yang sangat dalam, kala melihat kekasihnya berada di dalam kamar bersama seorang pria sedang melakukan perbuatan tak terpuji.

Keduanya sedang menikmati malam panas tanpa rasa bersalah, dan melupakan pria yang selama ini menjadi tunangannya.

Bernard sangat geram dan langsung pergi dari apartemen Kristin, setelah merekam dan mengambil beberapa gambar sebagai bukti, saat memutuskan hubungannya nanti.

Selama tiga tahun ia menjaga hati dari perbuatan tercela, tapi pada kenyataannya wanita yang sangat dicintainya tak lebih dari sampah.

Dendam dan akan membalas pengihanatan calon istrinya.

"Tuan, tolong, pelan-pelan bawa mobilnya, aku masih mau hidup, dan anakku juga sedang di rumah sakit," ujar Bella, seraya berpegangan ke pintu mobil.

Bukan pelan, melainkan pria itu menginjak rem mendadak, karena wanita yang sudah ia bayar sudah mempunyai anak tapi mengaku masih perawan.

"Kau juga membohongiku?" tanya Bernard, spontan menoleh ke arah Bella, yang sedang meringis memegangi dahi karena terantuk dashboard akibat rem mendadak.

"Apa?" balik tanya Bella, ia pun kaget, karena keceplosan mengatakan mempunyai anak.

"Jawab!" hardik Bernard, seraya memasang wajah bengis.

"I--iya, aku punya anak, sekarang berada di rumah sakit," balas Bella, berusaha tenang dan menatap kembali pemilik mata elang itu.

"Kamu juga penghianat!"

"Aku bukan penghianat, dia anak suamiku," terang Bella, seraya menatap lurus ke depan.

Bernard, tidak lagi membalas ucapan Bella, pria itu pun melajukan kembali kendaraannya, karena kepalanya sudah sangat pusing dan hawa kantuk merajainya.

Selama dalam perjalanan keduanya hanya diam, Bella sangat takut jika pria itu meminta kembali uangnya, dan putrinya, tidak bisa di operasi.

Usai, mengirimkan uang ke sahabatnya-Rini, untuk membayar hutang, Bella juga mentransfer ke pihak rumah sakit, dan meminta segera untuk melakukan operasi.

Setidaknya uang itu telah ia selamatkan sebagian, dan selanjutnya pasrah menerima nasib atas apa yang akan dilakukan pria tampan berwajah sangar yang bernama Bernard.

Mobil mewah yang dikendarai Bernard memasuki halaman apartemen, Bella sendiri hanya diam dan terus waspada, dan mengingat jalan untuk kabur jika diperlakukan tidak baik.

"Jangan coba-coba berpikir untuk kabur! dan ingat aku bukan orang baik, jika itu terjadi, bukan hanya kamu yang akan aku habisi tapi anak kamu juga!" ancam Bernard, setelah keduanya berada di depan pintu apartemen.

Bella hanya terdiam, karena, apa yang ia rencanakan dalam otaknya sudah tercium oleh Bernard.

Bela tak berkedip, saat menyaksikan interior apartemen yang sangat mewah, jauh keadaannya dengan kontrakan petak yang ia tempati.

"Masuk!" Perintah Bernard dengan suara dingin.

Pria itu dengan kesal dan kecewa kedua kali, meminta gadis yang sudah dia beli untuk masuk ke kamar pribadinya.

Apakah semua wanita tukang bohong? itulah saat ini yang pria itu pikirkan.

Tunangannya dan wanita beliannya sangat mengecewakan.

Tanpa kata, pria itu menarik tangan Bella dengan sedikit memaksa, karena gadis itu hanya diam saja seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Munafik!" ucap pria itu dengan ketus.

Bella hanya menurut dan pasrah, menyalahkan diri sendiri karena telah ceroboh dalam berucap.

Meski kepala terasa pusing dan sangat mual, tapi semua itu kalah oleh rasa amarah yang memuncak tinggi.

Sehingga pria itu bisa bertahan, meski sesekali tubuhnya terasa limbung.

"A--apa yang harus saya lakukan?" tanya Bella dengan gugup.

Bernard seketika menoleh ke arah Bella, lalu tersenyum miring.

"Kamu tidak tahu?"

Bella hanya menggeleng pelan seraya menunduk. Sungguh ia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyenangkan pria yang telah menolongnya itu.

"Baiklah, aku mandi dulu, jangan coba-coba untuk kabur!" ancamnya.

Usai pria itu masuk kamar mandi, Bella menganjur napas pelan, seraya kedua tangannya mengusap wajah dengan kasar.

Ada waktu untuk menghubungi Rini, untuk mencari tahu putrinya di rumah sakit.

Setelah beberapa saat, wajahnya tampak bahagia, karena malam itu juga putrinya masuk ruang operasi.

Bohong jika uang bukan segalanya, karena sudah terbukti, jika ada uang semua di dipermudah.

Usai menitipkan putrinya kepada Rini, Bella kembali duduk di sofa kecil yang tak jauh dari ranjang dengan kasur empuk berukuran King Size milik sang punya kamar.

Tak berapa lama, pria itu keluar kamar mandi dengan wajah segar, tetes air dari rambutnya sedikit gondrong dan basah membuat Bella terpana sesaat dan setelah itu ia berpaling dan menutup wajahnya dengan bantal kecil.

Tubuh dengan pahatan yang sangat indah, menandakan pria itu sangat merawat penampilannya.

"Jangan munafik! Toh kamu bukan wanita polos, jadi sudah sering lihat pria yang hanya memakai handuk saja, bukan?"

"Ganti baju, buka pakaian norak itu!" Bernard meminta Bella mengganti pakaiannya.

"saya tidak bawa ganti," balas Bella, pelan dan wajahnya tetap menunduk.

"Pakai kemeja saya!"

Bela menatap ke arah Bernard, melihat sehelai kemeja berwarna putih yang tipis.

"Tap...."

"Pakai kemeja ini atau tetap berdiri di situ tanpa busana!"

Pria itu dengan tegas memberi pilihan yang sangat sulit buat Bella.

"Tuhan, malam ini, apakah akhir dari segalanya, melepas mahkota pada pria asing meski tanpa ikatan yang halal," ucap Bella dalam hati, seraya melangkah kan kakinya dengan perlahan ke arah Bernard, lalu tangannya mengambil sehelai kemeja tipis itu dengan gemetar.

"Ganti di hadapan saya!"

"APA?

"Ia, ganti baju di hadapan saya! Jelas!" ujar Bernard seraya duduk di tepian ranjang dengan wajah dingin.

"Ba-baik, Tuan."

"Ingat! malam ini kamu adalah milliku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 60 Sah

    Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 59: Berdamai dengan keadaan

    "Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab: 58.. Pertemuan

    Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 57: Takdir

    "Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 56: Mimpi kawin

    Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 55: Malu-malu

    Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status