"Aku tidak bodoh, Tuan!" pekik Bella seraya mengepalkan kedua tangannya ke udara.Gadis itu serasa ingin memukul dan menjambak pria yang selalu buat kejutan dengan kata-kata yang menyakitkan itu."Apa! mau mukul? ayo pukul aja kalau berani! tapi ingat tidak ada satu pun yang bisa lolos dari saya!" Memang benar siapa pun tidak ada yang bisa lolos dari hukuman pria itu, termasuk Bella sendiri."Ayo!" ucap Bernard, langsung menarik tangan Bella kembali, dan kali ini tarikannya sangat kuat, sehingga gadis itu tak bisa menolak bahkan langkah kakinya terseok-seok untuk bisa menyeimbangkan langkah kaki sang pria."Gadis lemot kaya kamu ini, harus di cubit dulu otaknya baru mudeng, kita ke rumah sakit sekarang, bukankah ayahmu sedang sakit?" cicit Bernard saat keduanya sudah duduk di dalam mobil, dan bersiap berangkat."Jadi Tuan mau mengantarkan saya? memangnya tidak menyusahkan?" tanya Bella dengan kata-kata polos."Terpaksa!" ujar Ben, menatap tajam ke arah Bella dengan wajah datar dan
"Kenapa wajah kamu berubah?" tanya Ben lagi."Tuan, sepertinya tamu bulanan saya datang," balas Bella pelan, karena malu dan takut jika pria yang sangat berharap dirinya hamil itu kecewa."Siapa tamu bulanan kamu itu?" tanya Ben, dengan nada tinggi dan wajah itu seketika berubah dingin.Pria itu mengira jika tamu bulanan Bella adalah seorang pria yang akan menjenguk papanya yang sedang sakit."Kamu berani berkhianat?""Hah! apa Tuan?" tanya Bella dengan wajah bingung.Terlebih melihat wajah tuanya dengan wajah ke mode awal, kaku, dingin, sekaligus menyebalkan."Gadis bodoh! kamu yang bilang ada tamu bulanan!" terang Ben lagi."Ish! maksud saya datang bulan," balas Bella seraya menunjuk ke salah satu titik, supaya pria itu tidak salah paham lagi."Bilang dari tadi, cuma bilang gitu aja jelimet!" ujar pria itu ketus."Bilang ke sahabat kamu yang centil itu untuk sekalian membeli pembalut!" Meski terdengar galak dan jutek, tetapi Bella tahu tuannya sangat perhatian dan baik.Setengah ja
Byuuur!Seketika punggung Bella basah terkena guyuran air es dari salah satu pengunjung yang berani menyiramnya.Bella terdiam, shock dan bingung kenapa ada orang yang ingin melukai dirinya. Juga mengatai sebagai pelakor.Bernard yang sadar gadisnya ada yang melempar air, sangat marah dan kedua tangannya mengepal dengan kuat.Seketika Bernard berbalik badan dan langsung menatap tajam ke arah gadis muda yang memegang gelas plastik yang telah kosong."Siapa kamu dan apa urusannya dengan kami?" tanya Bernard dengan nada dingin dan sorot mata yang tajam."Dia adalah gadis ga tahu diri dan telah merebut Tuan Bernard dari Nona Kristin"! jawab gadis itu dengan lantang dan seolah menantang."Kali ini saya akan lepaskan kamu, tapi jika melakukan kesalahan dua kali, hidupmu akan berakhir!"Ancam Bernard pada gadis muda yang seolah tak punya salah itu, memasang wajah yang angkuh seolah dia tidak takut pada siapa pun, termasuk pria yang diperbincangkan oleh tadi.Setelah itu tangan Ben segera me
"Gadis pintar, iya, ponsel kamu saya sita, sampai keadaannya baik, dan jangan coba-coba menonton televisi, jadi kamu saat ini makan tidur dan silakan mau olahraga atau melukis, tapi tidak boleh keluar kamar!"Mata Bella langsung melotot seolah ingin melompat dari sarangnya, saat mendengar perkataan Bernard yang terkesan sangat kejam.Sementara pria itu sendiri hanya diam menunggu kemarahan sang gadis yang akan dilayangkan padanya."Tuan Bernard Antonio, pria tampan dan kaya raya, apa salah saya sampai dapat hukuman sekejam ini!"Ya bagi Bella aturan Bernard itu sangat kejam bagi hidupnya yang terkurung di dalam kamar hotel, meski mewah tetap saja dirinya seperti tawanan."Ini semua demi kebaikan kamu, jagung bakar," jawab Bernard Antonio santai, lalu segera duduk di bibir ranjang King Size."Ini keterlaluan, masa aku ga boleh melakukan apa pun," gerutu Bella dan langsung duduk dekat dengan Bernard, lalu keduanya saling tatap saling pindai meski pada akhirnya gadis itu yang kalah, kare
"Mana ada anak, kan saya sedang ada tamu bulanan," protes Bella, dan yang ia tahu saat ini dirinya sedang datang bulan, itu artinya tidak anak yang tumbuh dalam rahimnya."Feeling seorang Bernard Antonio tidak akan pernah gagal, anak kita akan tumbuh sehat, jadi jaga kesehatan." "Satu lagi, jangan pernah melakukan hal yang membuat anak kita celaka, dan mulai besok rutin minum susu hamil."Bernard berkata serius dan tidak mau dibantah satu pun oleh Bella. Sehingga wajah cemberut sang gadis sangat tampak jelas yang semakin menggemaskan."Hmm, aneh." Gadis itu bergumam, meski sangat pelan tetapi masih terdengar di telinga Bernard."Jangan suka mengumpat, jika tidak ingin mendapat hukuman," tegur Bernard seraya meraih pinggang Bella, supaya lebih dekat lagi."Heh! ni cowok tahu aja, mirip dukun," batin Bella.Bernard sendiri hanya tersenyum melihat bibir gadisnya komat-kamit tak jelas."Besok mama akan datang, jadi bersikap sewajarnya saja, tidak perlu jaga image atau pendiam, sok alim,
"Bella!" panggil Ben, saat gadis itu tak kunjung keluar dari kamar mandi. Bagaimana tidak khawatir, sebab sudah satu jam Bella berada di kamar mandi dan itu membuat Bernard gelisah juga berpikiran buruk."Bell!" panggilnya lagi setelah lima menit gadis itu tidak muncul. Tangannya menggedor pintu yang terbuat dari kayu jati super, dan tidak mungkin bisa mendobraknya dengan cara mendorong atau menendang oleh kaki.Pintu kamar mandi itu sangat kuat dan pria itu pun berpikir dua kali untuk berbuat hal konyol."Sebentar lagi, Tuan!" teriak Bella dari dalam.Gadis itu tidak sedang mandi, tapi merenung dan sangat sedih karena datang bulannya hanya sehari.Dia sangat takut jika penyakit itu menghampirinya, dan merasa sangat berdosa karena telah berbuat tidak layak sebagai manusia.Bella sadar atas perbuatannya bersama Bernard itu tidak benar, meski dirinya memang gadis yang telah di beli olehnya."Aku harus bagaimana?" tanyanya dalam hati, setelah itu i segera membasuh wajahnya dengan cepat.
Langkah kaki keduanya terus saja melangkah dengan seirama, lalu berhenti di ruang VVIP tempat perawatan papanya Bella.Wisnu, pria paruh baya itu terkena serangan jantung sehingga harus segera dilarikan ke rumah sakit pusat kota, karena di kabupaten peralatan rumah sakit belum lengkap.Baru saja tangan gadis itu memegang handel pintu, tapi terdengar suara keras Wisnu yang sedang marah pada Rina istrinya.Terdengar isak tangis dari wanita tua itu, entah apa yang terjadi pada mereka, Bella sangat khawatir pada wanita yang ia cintai selama ini."Besok pulang! dan bawa Bella untuk kita nikah kan tapi tidak dengan anak kecil buta itu!" teriak Wisnu.Baru saja sadar, pria itu sudah marah-marah dan menyakiti istri yang selama ini mengurusnya."Sudahlah, Pah. Bella sudah dewasa dan bisa menentukan hidupnya, kita tidak boleh egois," jawab Rina sambil tersedu.Hati wanita itu sangat rapuh, dua tahun lebih dirinya tak bertemu dengan putri tercinta bahkan tidak tahu nasibnya bagaimana.Dia tahu s
"Astaga bau apa ini!""Mulut kamu sangat bau!" hardik Bernard langsung tangannya refleks mendorong Bella dengan kencang.Seketika gadis itu terjatuh di atas ranjang empuk dengan tersenyum puas. Bahkan sangat puas saat melihat pria itu mual dan muntah."Saya tadi makan petai dua papan, Tuan Ben!” seru Bella.Gadis itu masih terlentang di atas ranjang, dan sama sekali tidak merasa khawatir pada Bernard yang sedang mengeluarkan isi perutnya sampai cairan pahit berwarna kuning.Seumur hidupnya pria itu tidak pernah bersentuhan dengan dua makanan yang bernama jengkol dan petai.Apa lagi sampai memakannya, meski kata orang nikmat, akan tetapi bagi Bernard itu adalah makanan yang paling dia benci dan hindari.Apakah pria itu sangat berlebihan hanya mencium bau mulut dari Bella dengan aroma petai saja sampai isi perutnya terkuras habis keluar, bahkan tubuhnya sangat terasa lemas.Sampai kedua kakinya tak bisa menopang tubuhnya yang sudah tak punya tenaga.Dengan langkah tertatih pria itu me