Share

Bab 4: PENGHIANAT

Di sebuah pulau kecil yang sangat indah, pasangan yang sedang berbahagia itu tengah menikmati makan malam dengan sangat romantis.

Bernard akhirnya memutuskan untuk melamar kekasihnya yang bernama Kristin setelah perjalanan cinta yang berliku selama dua tahun.

"Sayang, selama pacaran aku selalu menjaga dirimu dengan baik, dan tak pernah melakukan hubungan terlarang, meski aku sangat ingin, dan tergoda saat melihat pakaian seksi yang kamu kenakan, tapi aku ingin menikmati malam pertama kita dengan baik dan sah di mata hukum negara dan agama."

"Apakah selama ini kamu setia dan menjaga diri? Karena aku ingin, melakukan malam pertama itu dengan penuh makna, kita sama-sama melakukannya untuk pertama kali."

"I--iya, aku selalu setia dan tidak pernah berhubungan dengan pria mana pun, kecuali dengan kamu, sayang."

"Terima kasih."

"Apakah kamu bersedia menikah denganku, dan siap menjadi nyonya Bernard?"

"Dengan senang hati aku bersedia, sayang."

Tak berapa lama, pria itu merogoh sesuatu dari dalam kemejanya, setelah itu membuka kotak kecil yang berlapis kain lembut berwarna ungu, yang didalamnya ada sebuah cincin yang sangat indah.

Pria itu memasangkan cincin bertakhta kan berlian yang sangat indah, setelah itu, lalu keduanya berpelukan dengan erat.

Menikmati malam indah nan syahdu seiring alunan musik dari gesekan biola mengalun sangat merdu dan romantis.

Di mata Bernard, Kristin adalah gadis lembut dan baik, juga selalu perhatian, tapi semua itu hannyalah topeng dan palsu.

Pada kenyataannya, gadis itu sangat liar dengan gaya hidup ya yang bebas.

"Aaarrgghhh! sial! Kalian semua penipu!" teriak Bernard saat melihat Bella sudah memakai kemeja miliknya.

Tampak indah tapi semua itu racun baginya.

"Tuan, Anda, kenapa?" tanya Bella, merasa heran dan juga sekaligus bingung atas sikap Bernard, padanya.

"Pakai kembali pakaian dalam kamu! aku tidak mau melihatnya!"

Sangat tampak jelas terlihat dari luar, dua gunung yang besar dan menonjol, juga padang rumput yang sangat rimbun.

Sehingga jiwa kelaikannya sangat meronta.

Pria itu berkata sangat ketus, lalu segera berbalik badan meninggalkan Bella begitu saja dengan wajah bingungnya.

"Lalu aku harus bagaimana?"

Gadis itu bertanya dalam hati, dan segera memunguti benda- benda berharganya, lalu segera memakainya kembali dengan cepat.

Gadis itu bersyukur malam ini dia aman dan pria itu pergi dari kamar.

Bella kembali duduk di sofa panjang mini malis, mata yang sudah sangat berat tak bisa diajak kompromi untuk menunggu si tuan rumah, sementara dirinya juga tak berani tidur di ranjang empuk yang menggoda itu.

Tak terasa waktu semakin larut, dan Bella terlelap dengan mimpi indahnya.

Bernard dengan tergesa masuk ke kamarnya, untuk segera merebahkan tubuh yang sudah sangat lelah, dan akan sedikit mengerjai gadis yang sudah dia beli sebesar dua ratus juta.

Gadis yang belum dia tahu namanya, tapi tampak polos, bahkan kepolosannya mengalahkan Kristin yang dia kenal sangat baik. Namun, penghianat.

"Enak sekali dia, tidur dengan sangat pulas, tidak tahu tempat, bahkan tidak menunggu tuan rumah!" gerutu Bernard dengan tangan di pinggang, saat melihat Bella mengorok.

"Awas saja, aku akan buat perhitungan dengan kamu, gadis tanpa nama," ujarnya pelan.

Perlahan pria itu mengangkat tubuh Bella dengan sangat hati-hati, lalu menaruhnya di atas ranjang.

"Manis, tapi sayang kamu wanita nakal!"

Menatap tubuh Bella dengan lekat, dan ia tahu pakaian dalam gadisnya sudah terpasang kembali.

Perlahan Bernard membuka kancing kemeja yang melekat di tubuh Bella, dan membiarkan terbuka begitu saja.

"DASAR KEBO! tidurnya pulas sekali, ga takut dia bersama pria tak dikenal."

Sungguh ini pertama kalinya dia tidur satu ranjang dengan wanita, bahkan dengan Kristin ia tak pernah melakukan itu, meski kekasihnya sering menggoda dan berbuat nakal.

Tak lebih, hanya sekedar berci*man saja, meski Kristin sering marah dan meminta lebih, tapi dirinya tidak mau melakukan hal yang merusak kekasihnya itu.

Perlahan, dengan perasaan yang berdebar, pria itu merebahkan tubuhnya dekat Bella, lalu memeluknya dan menutup tubuh keduanya dengan selimut tebal.

Bernard melakukan itu karena merasa sakit hati atas pengkhianatan Kristin, dan esok pagi sebuah kemenangan akan ia genggam dengan seutuhnya.

"Hitam, selamat malam, selamat tidur," bisik Bernard di telinga Bella.

Hentakan sepatu sangat kentara suaranya di lantai dua belas apartemen milik Bernard. Gadis itu dengan leluasa masuk dengan akses kode yang ia ketahui.

"Sayang!"

Panggil Kristin sesaat ia sudah berada di dalam ruang tamu.

Sepi, dan tak nampak keberadaan kekasihnya, yang biasa ia temukan di dapur sedang menyiapkan menu sarapan pagi untuknya.

"Ben, sayang!" Panggil gadis itu, berjalan menuju balkon dan pria itu tak ia temukan juga.

"Apa mungkin masih tidur, bukannya hari ini ada rapat di kantor," gadis itu bergumam penuh keheranan.

Dia tahu semua jadwal kekasihnya itu, dan selalu memberitahukan jika tugas ke luar kota bahkan ke luar negeri.

Hanya kamar utama yang belum ia periksa, dan dengan perlahan kakinya melangkah ke arah pintu kamar yang letaknya berada di depan ruang tamu.

Perlahan tangan gadis itu membuka pintu dan betapa terkejutnya ia, karena matanya dengan jelas melihat kekasihnya sedang berada satu selimut dengan wanita lain di atas tempat tidur.

"Beeen! pekik gadis itu seraya menarik selimut yang menutupi tubuh keduanya.

"Apa-apa an ini, ha! bangun!" Teriak Kristin, seraya berusaha memisahkan pasangan yang sedang berpelukan itu, tepatnya Bernard lah yang memeluk Bella dengan segala ancaman sehingga gadis itu diam dan pasrah saja.

"Ben! bangun! aku tidak terima atas perlakuan kamu ini!"

Kristin berteriak-teriak seraya menarik tangan kekasihnya, tepatnya calon suami, karena dua bulan yang lalu, dia dan Bernard telah resmi bertunangan.

"Berisik ini masih pagi, lagi pula siapa sih yang main masuk saja ke rumah orang tanpa permisi!" ujar pria itu, meski begitu matanya tetap terpejam dan memeluk tubuh Bella dengan erat.

"Penghianat kamu. Ben!"

"Dan kamu wanita ja*ang, ngapain kamu menggoda calon suami orang, dasar wanita gatal, mau saja ditiduri!"

Kristin menghardik Bella, dan berusaha menarik tangan atau kaki gadis yang berada dalam perlindungan Bernard--tunangannya.

"Jangan menyentuh kekasihku! dan siapa yang jadi penghianat sebenarnya, aku atau kamu?"

Bernard bertanya kepada kekasihnya, dan segera meraih remote TV, lalu segera menyalakan rekaman itu dengan segera.

"Kamu adalah penghianat sebenarnya, Kristin!" ujar pria itu dengan bibir bergetar menahan marah.

Mabuk semalam masih bisa ia atasi dengan segera meminum ramuan penawar, karena tidak mau melakukan hal terlarang dengan gadis manis yang masih polos itu.

"Sini duduk, sayang, kita akan menonton adegan dewasa yang sangat hot," ajak Bernard kepada kekasihnya yang sebentar lagi akan ia jadikan mantan.

Tangan pria itu menepuk kasur di sebelah kanannya yang kosong.

Sementara Bella, baru sadar dan paham atas apa yang menimpa pria itu, kasus pengkhianatan.

Dia merasakan sakit, dan tanpa sadar meraba da-da-nya, karena apa yang menimpa Bernard mungkin sama kisahnya dengan dirinya, walau beda kasus dan kasta.

"Itu semua tidak benar! dan itu hanya rekayasa saja!" teriak gadis itu seraya menjauh.

"Di ranjang ini, aku membuat pengumuman, kita putus, aku tidak sudi menikahi wanita jahanam, licik dan culas seperti kamu!"

Setelah adegan panas dalam rekaman itu telah usai, pria itu langsung memutuskan ikatan cintanya dengan Kristin.

"Sampai kapan pun, aku tidak mau putus, bahkan pernikahan kita tinggal beberapa hari lagi, apa kita tidak malu?" tantang gadis itu dengan penuh emosi.

"Aku tetap menikah, tapi dengan gadis lain," balas Bernard dengan lantang.

"Pergilah, sebelum pihak keamanan, akan menyeret kamu keluar!"

"Aku akan balas kalian berdua!" dan pernikahan itu akan tetap berlangsung!"

Setelah memberikan ancaman kepada kedua manusia yang masih polos itu, Kristin segera pergi dari apartemen kekasihnya.

"Tuan, aku mau ke kamar mandi, sandiwara kita telah usai untuk membalas perbuatan kekasih, Tuan."

"Siapa bilang usai! Kini giliran kita mempraktikkan adegan panas tadi, ingat bahkan kita masih dalam satu selimut, mau gimana pun, aku laki-laki dan kamu perempuan, pastinya, dan mari kita lanjutkan adegan yang belum kita perankan," ajak pria itu seraya memainkan alisnya dengan genit.

"hah!" tubuh Bella perlahan bergeser menjauh, berat dan takut jika pria itu menikmati tubuhnya.

Meski perjanjian awal, tapi dia tak mau, jika melakukan hal itu tanpa ikatan pernikahan.

"Apakah harus sekarang kita melakukannya, Tuan?"

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status