MENOLAK NAFKAH BATIN 7
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 8"Van, kamu yakin?" tanya Mbak Farah padaku. Aku mengangguk, aku datang ke kafe bersama Mbak Farah dan Bang Sinaga. Bang Sinaga suami kakak ku adalah seorang prajurit TNI, aku sengaja memintanya buat datang kesini, tak lupa ku bawa pengacaraku. Agar lebih jelas semuanya. Sementara Fauzan berada di stoller bayi, dia tertidur setelah diberi susu, kubawa juga si Asih buat ikut membantu menjaga Fauzan."Iya, Mbak. Aku udah gak tahan melihat perselingkuhan Mas Prabu dengan Marsya," kataku tersenyum getir pada Kakakku."Apapun keputusan kamu, selama kamu yakin untuk melangkah dan bahagia. Mbak akan mendukungmu, Van," ucap Kakakku mengelus lenganku."Iya, Mbak. Terima kasih," ucapku lagi. Aku menggerutu kesal pada Mas Prabu, mengesalkan dia suruh aku menunggunya seperti ini. Masih teringat perbuatannya di rumah yan
Aku terduduk di balkon toko, disinilah aku sekarang, besok rencananya aku akan pulang ke rumah dan mengusir Mas Prabu dari sana. "Vania," Kakak ku memanggil. "Iya, Mbak." "Nih, anak kamu udah tidur. Mbak letak di ayunan ya," ucap Mbak Farah, aku mengangguk. "Vania, kamu sudah siap?" "Maksud Mbak?" "Kamu sudah nabuh gendrang perang dengan Prabu. Mbak yakin pria tukang selingkuh kayak dia itu gak punya akhlak walaupun pendidikannya tinggi. Kamu harus hati-hati." "Iya, Mbak. Aku mau pastikan dulu dia dan Marsya mencabut gugatan pidana pencurian itu. Sesuai perjanjian bila dia cabut maka aku tak akan melaporkannya ke kampus, padaha
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 10"Biarkan dia menunggu, Mbak. Aku sibuk mau wawancara," kata ku tegas saat diberitahu Mbak Farah siapa yang berada di toko. Dari mana dia tahu aku kerja di toko, semoga hanya kerja dan dia tak tahu kalau aku pemilik toko itu. Aku dan Mbak Farah sama-sama mulai dari nol, modal kami sama ketika membangun toko online itu hingga berkembang besar. Keuntungan pun tidak ada masalah. Hingga kami membuka toko nyata disamping online."Ih, kalau dia buat keributan gimana. Udah kamu kesini sebentar aja," tolak Mbak Farah,"Mbak kan tangguh, usir kek atau apa. Laporkan sama security biar dia kabur," kataku melengkungkan bibirku."Aih, dasar Vania, ya udah lah.""Makasih Mbak. Wawancara ini penting dan aku harus datang. Udah ya Mbak," ucapku pada Mbak Farah.
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 11Aku mengerutkan dahiku melihat Bu Arum pingsan. Ibu Mas Prabu itu terkejut mungkin melihat berbagai bukti anaknya yang berselingkuh dan lebih parah lagi dia tak terima rumah menjadi milikku."Mbak, kok malah bengong. Tolongin Ibu!" kata Sila adik iparku, aku menyuruh Mbok Jum membawakan air dan minyak angin. Pembantu paruh baya ku itu dengan cekatan membantu Bu Arum."Kalau ibu kenapa-napa gimana, Mbak. Mbak bisa dituntut karena ibu seperti ini!" kata Sila tak terima, aku mendengkus kearahnya. Bisa bisanya dia menyalahkan aku dalam situasi seperti ini."Kok kamu malah nyalahin aku. Ibu kamu gak percaya dan aku kasih bukti terus dia pingsan sendiri. Ya nggak ada sangkut paut sama sekali sama aku," kataku ketus kearahnya."Kenapa bisa Mas Prabu selingkuh. Mbak juga yang sal
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 12"Assalamualaikum," Mereka bertiga menoleh ke sumber suara."Waalaikumsalam," aku menyahut, dan kulihat pria tinggi tegap sudah didepan pintu. Ini kah kiranya yang dikirim Bang Sinaga buat menjadi satuan keamanan di rumahku."Masuk!" Perintahku, dia berjalan gontai masuk kedalam rumahku. Mereka bertiga masih memandang secara heran. Terutama Mas Prabu."Siapa dia, selingkuhan kamu?" tanya nya dengan mata nyaris keluar. Aku tak menggubris dengan wajah datar dan ku abaikan pertanyaannya."Duduk!" seruku pada pria itu, dia menurut dan duduk. Aku bertanya lagi."Irwan kan?" Dia mengangguk."Iya, Bu. Yang direkomendasikan Bang Hendra Sinaga," katanya dengan wajah datar."Bagus. Oh ya kamu bisa
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 13.Aku setuju saja untuk masuk ke kelas Marsya, ini adalah kesempatanku untuk tampil didepan, aku akan membuktikan kalau aku bisa sukses tanpa Mas Prabu. Saat aku akan berjalan menuju ruangannya. Mas Prabu menghampiriku karena tahu kemana tujuanku."Vania, ngapain lagi kamu. Mau buat keributan dikelas ya. Gak puas kamu permalukan Ibuku sekarang kamu mau buat kekacauan lagi?"Aku meringis kearahnya, senyuman tipis menghiasi wajahku,"Dewasalah, aku disini bekerja." Mas Prabu melotot padaku, seakan bola matanya hendak keluar."Apa maksudmu, kamu disini menyusahkan diriku saja," katanya sinis padaku."Sudah berapa kali kukatakan kalau kampus ini bukan punya Bapakmu jadi aku berhak sesuka hatiku datang kapan saja. Urusan kita hanya di pengadilan agama. Aku juga punya tujuan disini!" sentakku padanya. Mas Prabu gusar dengan
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 14.Aku tertawa lepas mendengar ocehannya. Akhirnya dia mendapatkan karmanya. Untuk apa dia suruh aku bekerja sama jika aku sendiri bisa membuat Mas Prabu menyesal mencampakkan ku dan anakku."Rasakan lah karma mu, kamu sudah dihasut iblis untuk merusak rumah tanggaku.""Kenapa hanya aku yang kau salahkan, suamimu juga merayuku dan dia agresif mendekatiku. Suamimu yang sudah dirasuki iblis!" kata nya membela diri. Aku tersenyum miring padanya."Kalian berdua sama. Sama-sama tunduk pada nafsu padahal kau kan tahu dia pria beristri. Mengapa kau mau saja mengganggunya.""Vania, Mas Prabu mengimingi akan menikahi ku dan dia sedang dalam masalah dengan pernikahannya. Katanya kamu istri yang gak becus melayani dirinya. Kamu kumal dan bodoh. Itu yang dia katakan." Aku melotot tajam
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 15."Vania, cepat buka brankas ini karena aku mau lihat apa yang ada didalam!" kata Mas Prabu sengit padaku, aku menolak membukanya karena memang tidak ada apapun di dalam. Aku memang sudah mengganti kode brankas kami setelah sebelumnya Mas Prabu yang menguasai. Dia pakai tanggal lahir Ibunya sebagai sandi Brankas dan tidak ada apapun didalamnya hanya surat hutangnya saja yang ada. Setelah kuambil alih akupun mengganti kodenya."Aku tidak mau, lagian tidak ada apapun didalam sana!" kataku menatap balik dirinya."Curang kamu, Vania. Mengapa semua harta ingin kau kuasai sendiri!" ucap Mas Prabu hendak melayangkan tangannya ke arah wajahku. Refleks aku mengelak namun sejurus kemudian aku kembali berdiri tegak menatapnya yang sudah memasang wajah garang."Tamp*r, tamp*r saja aku. Setelah ini mereka akan menjadi saksi k