Home / Romansa / MENOLAK NAFKAH BATIN / Bab 6. Masih Tak Mengaku

Share

Bab 6. Masih Tak Mengaku

Author: AirinNash
last update Last Updated: 2021-10-15 11:10:16

 

Aku tak sangka suamiku se culas ini. Sekali berkhianat rupanya dia akan selalu berkhianat. Gawai itu juga sudah hancur lebur karena kerasnya dia pukul. Beberapa kali dia pukul untuk memastikan gawai itu benar-benar hancur. 

 

Sepertinya aku harus cari cara lain buat membuktikan kebohongannya. Aku sudah tak tahan, baru secuil pesan yang aku baca dan baru screen shoot pertama namun naas dia sudah datang. 

 

"Spada...." Suara itu, suara siapa yang datang kerumah kami. Aku membuka pintu sedangkan Mas Prabu secara cepat masuk kamar dan memakai pakaiannya. Ketika knop pintu kubuka. Mataku terbelalak melihat wanita itu. 

 

Wanita dengan lesung pipi dan suara mendayu ketika di toko datang kesini. Kerumah kami. Dia sama sepertiku terkejut.

 

"Marsya! selingkuhan suamiku, buat apa kamu kemari. Wanita gatel kamu mau tidur sama suamiku!" kataku dengan wajah garang, kutarik pakaiannya karena aku kesal. Kesal padanya, marah pada Mas Prabu yang sudah merusak bukti dan berani terang-terangan mengundang dia kerumah kami. 

 

Mas Prabu agaknya menyadari kedatangan wanita itu. Dia tergopoh datang ke depan. Kulirik dirinya dengan tatapan tajam. Mas Prabu menelan saliva nya getir melihat selingkuhannya datang kesini. 

 

"Marsya ..." cicitnya pelan. 

 

"Cih, ini lebih dari bukti perselingkuhan mu, Mas. Kamu undang dirinya untuk datang kesini." 

 

"Tidak seperti itu, Marsya datang karena mau mengantar tugas. Iya kan Marsya," kata Mas Prabu melotot kan matanya ke Marsya. Aku tahu dari ekspresi Mas Prabu menyuruh Marsya berbohong. 

 

Dengan seksama kuperhatikan gerak gerik keduanya. Marsya menjadi salah tingkah. 

 

"Sudah ketahuan, kamu sudah berapa kali tidur dengan suamiku, perempuan murahan!" kataku dengan tatapan sengit. Ku tolak tubuhnya. Dia tak terima. Mas Prabu berusaha merelai kami. 

 

"Vania, kamu ini semakin menjadi, kamu tidak bisa menghormati tamu. Dia ke sini karena mau mengantar tugasnya." Mas Prabu membela Marsya. Saat itu hatiku rasanya sakit. Suamiku sendiri lebih memilih wanita jal*ng itu. Dia sengaja melakukan kebohongan publik. Dia lebih mementingkan wanita murahan itu dari aku istrinya sendiri. Setidak berharga itu aku didepannya. Aku akan buktikan siapa diriku. 

 

"Mana tugasnya. Kau datang dengan tangan kosong!" kataku mencebik kesal padanya. Netraku tertuju pada tangannya. Ditangannya ada gawai. Pikiranku semakin melayang dan dahiku berkerut. 

 

Aku mencoba mengalihkan situasi. Aku tahu Mas Prabu cerdik, aku harus lebih cerdik darinya. Aku tidak boleh ketahuan melihat gawai ditangannya. 

 

"Mana tugasnya?" kataku, Marsya semakin bingung begitupun Mas Prabu. 

 

"Marsya tugas yang Bapak suruh kerjakan sudah selesai, coba perlihatkan," kata Mas Prabu dengan lembut. Kuperhatikan bahasa tubuh keduanya. Sama-sama kebingungan. 

 

"Tidak ada. Berarti tujuan mu datang kesini hendak memberi tubuhmu!" Aku mencebik kesal menatapnya sengit. 

 

"Anda dari kemarin nuduh sembarangan, saya dengan Pak Prabu tidak ada hubungan apapun." Marsya membela diri. Aku semakin kalap melihat mereka tidak mau mengaku.

 

"Kau, sudah jelas di toko pegangan  tangan dan mesra. Aku sudah lihat cctv. Tatapi kalian tatap tidak mengaku!" ujarku sengit menunjuk mukanya. Marsya semakin bingung saja. 

 

"Vania, kami hanya kebetulan saja, saat itu Marsya kaki nya sakit dan dia mau membeli pakaian buat Ibunya jadi aku melihatnya di luar. Aku menolongnya!" dusta Mas Prabu, aku mencibir kearahnya. Kutarik sudut bibirku. 

 

"Mas. Aku sudah lihat dengan mataku sendiri. Kamu tidak seperti orang menolong. Kalian mesra, mengapa kau anggap aku bodoh, Mas. Apa karena kau dosen sehingga bisa membodohi ku!" sentakku kesal padanya. Mas Prabu semakin gusar.

 

"Vania, semua salah paham. Udahlah, Marsya sekarang kamu pulang saja!" Mas Prabu berniat menguapkan masalah, dia pintar sekali dengan sikap sok lembut dia berhasil memperdaya diriku dan wanita murahan itu. 

 

"Tidak! Ambil tugas itu, jika niatmu kesini hendak memberi tugas pada Dosen mu." Sentakku pada keduanya. Marsya semakin ragu. Dia berkali kali mendesah dan ekspresi kebingungan.

 

"Baiklah. Tugasnya ada di motorku. Aku akan ambil biar kau puas!" Ujarnya menunjuk wajahku seperti yang kulakukan padanya. Kutarik sudut bibirku, Mas Prabu mengacak rambutnya frustasi dan aku, dengan tas yang sudah ku sandangkan. Aku berlari menabrak Marsya. Wanita itu terjatuh dan mengaduh. Gawainya ikut jatuh juga. Dengan sigap kuambil. Akupun membuka gerbang dan pergi. 

 

"Wanita sial, pencuri. Kembalikan ponselku!" katanya sengit. Dia mengaduh kesakitan. Dasar manja, aku hanya mendorongnya sedikit. Bagaimana perlakuannya yang sudah merebut suamiku. Suami yang tidak setia. 

 

Mas Prabu yang dari tadi frustasi semakin bingung. Dia tidak menyelamatkan Marsya tetapi dia mengejarku. Aku sudah masuk ke mobilku dan kukunci. Dia memukul-mukul kaca depan mobilku agar aku keluar dan mengembalikan gawai selingkuhannya. 

 

"Vania, dasar wanita rendah. Sudah berani kamu melawanku, kamu tak tahu berhadapan dengan siapa, Vania. Balikin ponsel Marsya!" Perintahnya padaku, aku hanya mencibir padanya. Dia berkata aku rendah. Tidakkah salah, dirinya yang rendah. Apakah aku salah mempertanyakan mengapa suamiku selama enam bulan tak memberiku hak batin. Apakah aku wanita rendah, bukankah tugas suami memberi nafkah lahir dan batin. 

 

Aku menyesal saat itu, rasanya hatiku tercabik. Selama dua tahun, kuanggap dia pria sempurna yang juga punya cinta sempurna namun apa yang kudapat hanya penghianatan dan kesakitan hingga di sudut jiwa. Dengan hati yang patah ku lajukan mobilku membelah jalanan. 

 

"Vania!" Mas Prabu berusaha mengejarku, masih bisa kulihat mereka berdua saling memperhatikan satu dan lainnya. Mas Prabu memeluk Marsya disana. Apakah pemandangan yang kulihat bukan bukti perselingkuhan keduanya. Mengapa suamiku sangat pintar memainkan peran.

 

🍁🍁

 

 

"Nia," Ku arahkan diriku ke sumber suara. 

 

"Auriga." Pria itu menghampiri, laki-laki unik teman se kampusku dulu. Auriga tahu aku istri Mas Prabu namun Mas Prabu tak tahu aku berteman dengan Auriga. Auriga setahuku baru saja menjadi dosen di sana sedangkan Mas Prabu sudah lama dan senior. 

 

Selama enam bulan aku juga tak dekat dengan Mas Prabu, aku lebih banyak di toko dan sibuk bersama putraku Fauzan. Aku selalu menjaga perasaannya dengan tidak pernah bercerita tentang lelaki lain dihadapannya. Namun dia memberiku racun dengan berselingkuh pada wanita lain.

 

"Nia, sepertinya kamu dalam masalah besar?" tanya nya, aku tersenyum kecut. Sebisanya ku tutupi masalahku dari Auriga. 

 

"Tidak ada. Riga, tolong aku. Aku ingin kuliah S2. Dari dulu aku berniat mengejar karier." Aku menyerahkan berkas padanya agar dia mendaftarkan ku.

 

"Kenapa tiba-tiba, Nia. Apakah isu mulai merebak?" 

 

"Maksudmu apa?" tanyaku. Dia hanya tersenyum getir. 

 

"Ah, tidak. Hanya aku pernah melihat Pak Prabu dengan mobil bersama salah seorang mahasiswa. Entah benar apa tidak." katanya. Aku tersenyum sinis, bahkan Auriga sendiri pernah melihatnya. 

 

"Riga. Mengapa kita bicarakan itu, bagaimana kabarmu, Pak dosen?" tanyaku mengalihkan perhatiannya. 

 

"Aku baik. Nia, aku akan membantumu." kata Auriga dengan lembut. 

 

"Ya, aku memang butuh bantuanmu." Aku merasa nelangsa, apakah ini saat yang kurang tepat aku berjumpa Auriga. 

 

Gawaiku bergetar panggilan Mas Prabu namun ku abaikan. Berkali-kali memanggil.

 

"Nia, sepertinya penting." sela Riga, 

 

"Biarkan saja!" 

 

Beberapa saat kemudian sebuah pesan masuk di aplikasi hijau.

 

[Vania, kembalikan gawai Marsya kalau tidak kamu akan dilaporkan ke Polisi.]

 

 

Bersambung

TBC.

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 45. Bertemu (End Session 1)

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 45.Semua nya sudah jelas sekarang. Marsya adalah dalang dari kecelakaan yang menimpa Mas Prabu. Mas Prabu sudah mendapatkan balasan dari perbuatan yang dilakukannya padaku. Begitupun Marsya yang akan menjadi tahanan dipenjara.Beberapa kali orang tua Marsya meminta keringanan agar anak mereka setidaknya janganlah dihukum dengan hukuman yang terlalu berat bahkan kalau bisa berdamai saja. Namun Bu Arum dan Mas Prabu tetap pada pendirian mereka, memenjarakan Marsya.Aku menatap luar rumahku lewat balkon kamarku. Keputusanku sudah final. Aku akan meninggalkan kota ini dan berjuang hidup disana. Aku sudah pikir kan dengan dalam agar suasana hatiku menjadi tenang.Aku dan Mbak Farah membuka cabang di kota lain, bisnis yang semula hanya iseng belaka, tak sangka menjadi sukses. Tentang S2 ku, aku akan pindah kampus.

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 44. Pilihan

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 44. Mas Prabu nampak tidak suka saat Auriga hadir. Aku juga heran dengan Riga, sudah kusuruh dia buat tidak menjumpai aku dulu namun dia masih saja ngeyel. "Kamu lagi ada tamu?" katanya sedikit ketus padaku. "Bapak Auriga, sudah sejauh mana hubungan anda dengan istri saya!" kata Mas Prabu dengan penekanan. "Istri, dia akan menjadi mantan istri Bapak Prabu!" kata Auriga sengit. Mereka berdua saling melihat satu dengan yang lainnya secara tajam, ada kebencian yang membuncah di hati keduanya. "Aku gak akan menceraikan Vania. Tidak akan. Aku gak sebodoh itu melepas wanita yang kucintai untuk anda." "Mencintai, sadarlah. Kamu selingkuh sama mahasiswa mu sendiri. Kecelakaan memb

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 43. Titik Terang

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 43.**"Siapa Vania?" tanya Bu Arum dengan raut wajah ingin tahu. Dia dari tadi mendengarkan aku dan pengacaraku berbicara, dia pasti sudah tahu siapa yang menghubungi namun mengapa bertanya lagi. Atau lebih tepatnya dia ingin tahu permasalahan kecelakaan yang dialami Mas Prabu."Aku ada urusan. Aku harus selesaikan," kataku memandang Bu Arum sejurus. Ketika hendak berlalu, dia dengan sigap memegang tanganku untuk menghentikan langkahku."Ada perkembangan tentang kasus Prabu?" tanya nya menatap lekat manik mataku berharap ada titik terang dalam kasus Mas Prabu."Mungkin, namun aku belum bisa pastikan. Berdoa saja, Bu," ucapku melihat nya dengan wajah datar."Vania, Ibu sebenarnya kesal sama kamu karena kamu sudah membuat Prabu kepikiran tentang nasib rumah tangga kalian. Namu

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 42. Aku Akan Berubah

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 42. "Vania, maukah kamu memaafkan aku," kata Mas Prabu dengan suara parau. Aku terhenyak ku tatap manik matanya. Ku hembuskan napas gusarku, aku sudah memaafkannya namun begitu sulit melupakan perselingkuhannya dengan Marsya. Andai aku bisa lupa namun sulit bagiku, namun melihat wajahnya yang menahan sakit akupun tak tega. "Aku sudah memaafkanmu, Mas. Sudah ku maafkan sebelum kamu minta maaf," kataku padanya, wajah Mas Prabu nampak senang. Dia kemudian memberanikan diri memegang tanganku. Aku tercenung saat dia menyatukan tangan kami. "Vania, artinya aku bisa kembali bersamamu lagi?" katanya dengan tatapan penuh harap. Aku berusaha melepaskan tangan itu. Dia nampak tak senang. "Memaafkan artinya belum tentu aku sanggup bersama. Aku sulit melupakan apa yang ka

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 41. Serba Dilema

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 41Beberapa pria berpakaian seragam membuat kami bertiga menoleh. Semua tampak gusar dan ku alihkan pandangan ku kearah Marsya. Wajahnya terlihat pias. Seperti ada tekanan dalam dirinya."Assalamualaikum. Permisi Bapak dan Ibu sekalian. Kami dari pihak kepolisian, akan bertanya sekilas pada korban tentang kecelakaan yang menimpa saudara Prabu," kata Polisi itu tegas."Siapa yang lapor polisi?" tanya Marsya dengan wajah tegang."Saya yang lapor. Karena penasaran dengan kasus kecelakaan yang menimpa anakku, Prabu," ucap Bu Arum dengan nada pasti. Wajah Marsya seketika pias. Aku bisa melihat ekspresi nya berubah."Kecelakaan kecil aja pake lapor polisi segala, lebay." Kudengar Marsya bergumam. Aku merasa heran dengan beberapa ekspresi yang terlihat di wajah Marsya.

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 40. Pengganggu Si Sakit

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 40.PoV VaniaBu Arum memandang sengit Auriga saat dia masuk dan begitu saja mengkhawatirkan keadaanku. Dia kemudian dengan cepat menarik tangan Auriga untuk dibawa ke sudut ruangan."Bapak dosen yang terhormat. Saya tahu, anda menyimpan rasa pada Vania dan sampai saat ini Vania masih istri anak saya. Lihat anak saya terbaring lemah tak berdaya dan anak saya hilang ingatan. Dalam ingatannya dia berumah tangga dengan Vania selama enam bulan dan dia tidak ingat Marsya serta tidak ingat anda yang sangat dekat dengan Vania""Maksud Ibu apa dan bagaimana, saya tidak paham," kata Auriga mengernyitkan dahinya tatapannya teralihkan pada Mas Prabu yang melihat kearah kami dengan pandangan bingung."Bapak ini dosen atau pengangguran, mengapa tidak paham apa maksud saya," kata Bu Arum kesal

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 39. Dia Harus Ingat

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 39."Apa yang terjadi dengan anak saya dokter?" tanya Bu Arum saat kami datang untuk bertanya langsung ke dokter. Rasa penasaran yang besar membuat kami bertanya lebih lanjut. Mengapa Mas Prabu tidak ingat kejadian yang sekarang dan malah ingat bahwa kami menikah hampir enam bulan.Aku teringat pernikahan kami saat itu masih dalam nuansa romantis, dimana kami masih pengantin baru dan menanti datang nya anak. Di bulan ke tujuh aku hamil setelah menanti beberapa bulan."Kondisi pasien masih terus dipantau namun sejauh keluhan yang kalian sampaikan kami akan cek lebih lanjut melalui CT Scan. Sepertinya dia menderita psikogenik," jawab Dokter itu."Maksud Dokter bagaimana?" tanya Bu Arum dengan bingung wanita itu sesekali menghapus air matanya."Amnesia karena gangguan psikologis yang di

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 38. Berusaha Untukmu

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 38.PoV VaniaEntah mengapa aku merasa curiga pada Marsya. Dia seakan menyembunyikan sesuatu dari aku. Bahasa tubuhnya tak bisa dibohongi kalau dia menyimpan sesuatu. Namun aku tak terlalu dalam untuk mengusik itu karena kondisi ku masih kurang baik ditambah kehamilan yang membuatku semakin susah ini."Mbak Vania, kondisi Mas Prabu menunjukkan aktivitas." Sebuah pesan membuyarkan lamunanku. Hari ini aku sedang repot di toko, ku paksakan bekerja walau aku sedang pusing. Aku harus mandiri dalam mencari uang karena aku juga akan menjadi single parents."Maksudmu?" Ku kirim pesan lagi pada Sila."Dia sedang berjuang buat sadar. Mas Prabu sangat membutuhkan Mbak, Vania. Datanglah bila sempat kesini, Sila mohon." Dia mengirimi ku lagi pesan. Lagi-lagi aku hanya bisa menghembuskan napas

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 37. Butuh Pertolongan

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 37.PoV Vania."Vania, kamu mikirin apa?" Auriga bertanya saat aku sedang melamun. Entah mengapa aku merasa sedikit pusing namun aku sudah mengambil tanggung jawab sebagai mahasiswa serta juga dosen yang mengajar sehingga aku tak bisa tidur-tiduran. Padahal kondisi badan sedang tidak enak sama sekali. Ditambah rasa mual yang mendera dan aku juga pusing."Tidak ada, Riga. Hanya entah mengapa aku merasa tidak nyaman," ucapku padanya, dia mengernyit. Seakan memikirkan sesuatu."Nia, Hmmm. Bagaimana tentang perceraian mu di pengadilan agama. Apakah sudah ada titik terang?" Dia bertanya, aku tahu maksud Auriga, dia ingin aku segera lepas dari belenggu Mas Prabu. Aku pun sama namun aku harus sabar untuk menghadapi proses itu karena Mas Prabu sengaja mengulur-ulur waktu."Aku ta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status