MasukPemikiran dalam hati yang bisa saja membuat orang yang tidak mengenal dirinya pasti langsung tersentuh. Sayangnya, Sariska Lianor tidak layak sama sekali untuk berkata-kata cacian semacam itu karena dirinya juga tidak jauh lebih baik dari Pak Jidan bahkan beberapa kali lebih buruk dalam perkara yang berkaitan dengan sesuatu yang bejat semacam ini.Bu Risma menatap sinis bersama dengan wanita lainnya ke arah Sariska Lianor. Namun, wanita cantik tersebut tidak peduli sama sekali dan memutuskan untuk sedikit melangkah mundur, lalu berdiri dengan tegak. Pak Jidan kembali tersadar dari lamunannya dan langsung mencoba menikmati hidangan kopinya untuk mencairkan suasana.“Hoho, sungguh nikmat sekali rasanya menyeruput secangkir kopi hangat di pagi hari yang sejuk ini! Hmm…, baiklah! Saya langsung mulai saja membicarakan topik penting yang perlu kalian semua dengar dengan seksama. Jangan sampai membuat saya mengulanginya karena itu sangat menyebalkan sekali!” ujar Pak Jidan dengan santai suda
“Hanya dengan mengikuti kemauannya dengan secepatnya, pria ini akan segera pergi sendiri. Sejak diketahui perselingkuhannya oleh Bu Aniran, Pak Jidan tidak pernah berani menyentuhku lagi!” pikir Sariska Lianor sekali lagi mempertimbangkan permintaannya Pak Jidan.Dengan pemikiran tersebut, Sariska Lianor tersenyum tipis. “Baik Pak Jidan! Saya akan bantu menyiapkan kopi hangat yang cocok diminum di pagi hari yang sejuk seperti ini,” jawab Sariska Lianor yang membuat Pak Jidan hanya bisa terdiam kaku.“Sial, bukan kopi yang aku mau kamu hangatkan! Tapi, rudal kekarku yang sudah kesepian berbulan-bulan ini yang perlu segera dihangatkan!” pikir Pak Jidan mengutuk jawaban pura-pura tidak pekanya Sariska Lianor yang tampak memang disengaja oleh yang bersangkutan.Namun, karena tidak ingin membuang-buang waktu, Pak Jidan hanya bisa menghela napas ringan. “Kalau begitu, cepat buatkan kopi hangatnya! Untuk yang lainnya, segera berkumpul juga. Ada beberapa hal yang mau saya bicarakan,” ucap Pak
Perkataan itu sontak membuat orang terkejut dalam diam termasuk Bu Risma sendiri. “A–apa maksud Anda, Tuan?” tanya Bu Risma dengan gugup seolah ingin kembali memastikan apa yang baru saja di dengarnya.Sariska Lianor yang juga turut serta mendengar tiba-tiba membeku di tempatnya sedang berkemas-kemas. “Mu–mungkinkah dia? Suaminya Bu Aniran?!” pikir Sariska Lianor diam-diam merinding sendiri.Ingatan manakala dirinya berhubungan intim bersama dengan suami dari atasannya sendiri menjadi mimpi buruk tersendiri baginya. Seolah kejadian menjijikkan tersebut baru saja terjadi kemarin malam dan terus saja terngiang-ngiang dalam pikirannya. Pria yang mendengar pertanyaannya Bu Risma tetap diam sejenak sambil melirik kembali ke arah Sariska Lianor.“Hehe, Nona Sariska Lianor memang masih yang paling cantik di antara sekian banyak wanita. Dengan adanya kamu di sini, wanita lainnya tampak hanya seperti sekumpulan ikan hias yang tidak terlalu berarti. Kalau boleh, bisakah kamu menjelaskan siapa s
“Kamu–” Bu Risma belum sempat menyelesaikan kata-katanya sebelum langsung dipotong.“Diam! Lepaskan aku dan jangan sampai aku mengulanginya lagi!” ucap Sariska Lianor yang tampak sangat marah sekali. Kali ini, tidak ada keramahan sedikit pun dari nada suaranya yang biasanya cukup riang.“Urgh…!” Bu Risma terkejut dan dibuat merinding hingga tak sadar melepaskan genggaman tangannya. Sariska Lianor tidak peduli dengan reaksi Bu Risma ketika langsung berbalik dan kembali melangkah maju.Bu Risma terdiam kaku dengan perasaan campur aduk. Amarah, iri, dan benci yang selama ini dipendam dalam dirinya meredup ketika bercampur dengan perasaan yang cukup asing yaitu rasa takut. Perkataan Sariska Lianor barusan membuat Bu Risma tidak berani bertindak gegabah sedikit pun.“Sialan, ada apa denganku? Mengapa aku harus merasa takut dengannya? Tidak, harusnya yang salah itu adalah dia! Benar, apa yang sebenarnya berubah dari wanita rendahan yang selama ini selalu tidak bisa berkutik ketika aku renda
Sebelum perasaan negatif itu memenuhi seluruh tubuhnya, sang sopir taksi tiba-tiba berbicara, “Non, kita sudah mau sampai! Apakah benar alamatnya di sini?”Sariska Lianor terkejut dan melirik sejenak sebelum menjawab, “Ya, Pak! Turunkan saya di pojok depan sana!”“Baik, Non!” jawab sang sopir langsung tancap gas menuju arahan yang diminta oleh Sariska Lianor.Setibanya di sana, Sariska Lianor lekas membayar tagihannya sebelum beranjak menuju ke arah Kafe Layanan Malam. Kalau diperhatikan, posisi tempat Kafe Layanan Malam itu sendiri berada di sudut jalan yang boleh dikatakan terlalu tidak mencolok. Mungkin karena itulah, tempat Kafe Layanan Malam sebenarnya tidak terlalu laris.“Huh…, pada akhirnya aku harus kembali ke tempat yang sama seperti hari-hari biasanya. Berada di ujung jalan sampai-sampai sulit ditemukan. Kalau tidak ada orang yang tersesat saat berkemudi, entah bagaimana nasib kafe tempatku bekerja ini bisa mendapatkan pelanggan yang datang untuk memesan apa pun yang dijual
Malam yang sejuk tak mampu membuat Sariska Lianor menenangkan dirinya. Terlepas daripada kasur tempat dia terbaring terasa nyaman dan begitu lembut, pikirannya masih saja berkeliaran ke sana kemari, tak menentu arah tujuannya. Walaupun sudah bukan pertama kalinya Sariska Lianor berada dalam situasi serupa semacam ini.Kondisi linglung yang disebabkan beban moral di dalam hati. Bagi masyarakat umum, wanita penghibur yang setiap malamnya tidur dengan pria lain seperti Sariska Lianor jelas tak patut dihargai apalagi dikasihani. Pilihan hidup sudah menjadi tanggung jawab masing-masing individu sehingga orang lain hanya melihat dan menilai pilihan hidup apa yang sedang dipilihnya.Sariska Lianor hanyalah objek semata. Objek pelampiasan nafsu serta hasrat bagi para pria hidung belang, objek iri dengki bagi orang-orang satu profesi dengannya, dan objek hujatan keji dengan berbagai celaan pedas dari orang-orang yang ada di sekitarnya karena merasa sangat dirugikan dengan keberadaan Sariska Li




![Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)


