Share

TOLONG AKU

Author: DEAR GREEN
last update Last Updated: 2024-11-26 18:54:55

“Sayang …. kamu kenapa? Kok tiba-tiba jadi pendiam?” tanya Yusuf yang sejak tadi memperhatikan istrinya.

Alya tidak mendengarkan pertanyaan suaminya. Dia yang tengah menuangkan air minum ke dalam gelas, tak sadar jika air di dalam gelas itu sudah penuh dan tumpah.

“Sayang …. airnya .…” Yusuf yang sejak tadi duduk di kursi meja makan sambil menikmati cemilan sore, bergerak cepat menyadarkan istrinya yang tengah melamun.

“Astaghfirullah ….” Alya segera membereskan kekacauan yang dia buat.

Yusuf dengan sigap membantu. “Biar aku aja, Sayang,” ucap Yusuf seraya merebut kain lap dari tangan Alya.

Perempuan dengan paras teduh itu berdiri terpaku menatap suaminya yang sibuk membersihkan meja dapur.

“Ayo, Sayang. Duduk dulu!” Yusuf membawa istrinya duduk di kursi meja makan. “Hari ini kamu berbeda. Tidak ceria dan suka godain aku kayak biasanya. Ada apa? Cerita, dong!”

Alya menatap suaminya dengan raut sedih. “Mas, bagaimana kalau ternyata aku nggak bisa memberikanmu anak?”

Yusuf terbelalak. “Maksud kamu?”

“Mas .… boleh Alya kasih solusi?” tanyanya dengan suara gugup. “Bukan …. maksudnya, Alya ingin membuat mama kamu bahagia dengan adanya cucu, seperti yang sering beliau singgung dulu.” Suara Alya mulai bergetar.

“Kenapa kamu tiba-tiba bahas itu, Sayang? Kita kan, emang lagi ikhtiar buat program kehamilan. Sabar aja, ya. Nggak usah dengerin omongan orang lain,” peringat Yusuf.

Alya menggenggam tangan suaminya. “Mas, menikahlah lagi. Supaya kamu bisa segera mendapat keturunan.”

Seketika Yusuf melepaskan genggaman tangan istrinya. Ucapan Alya membuatnya kecewa dan ingin marah. Bagaimana bisa seorang istri yang dia cintai menyuruhnya untuk menikah lagi.

“Kamu menyuruhku untuk menduakanmu?” Nada bicara Yusuf terdengar penuh kekecewaan. “Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu tiba-tiba begini?” tanya Yusuf penuh penekanan.

Air mata yang sejak tadi ditahan sudah mengalir di pipi Alya. Dia mengusapnya dengan punggung tangan dan menarik napas perlahan untuk menenangkan diri.

“Salma … menikahlah dengannya, Mas. Aku ikhlas,” tutur Alya dengan suara bergetar.

Yusuf berdiri dengan raut wajah marah. “Aku nggak mau! Kamu ngaco!”

Alya ikut berdiri dan meraih tangan suaminya. “Mas, aku sudah memikirkan ini seharian. Aku pengin kamu segera menggendong buah hati, dan itu nggak bisa kuberikan setelah lima tahun kita menikah, Mas. Aku ikhlas jika perempuan itu adalah Salma.”

Yusuf menepis tangan Alya dengan marah. Baru pertama kali ini Yusuf merasa kecewa pada istrinya itu.

“Aku akan menemui Salma. Sebenarnya apa yang sudah dia katakan padamu sehingga kamu bicara ngawur begini,” tegas Yusuf dan melangkah menuju keluar.

“Dia meminta tolong padaku, Mas!” Alya sedikit meninggikan suara untuk mencegah suaminya menemui Salma.

Yusuf membalik badan dan menuntut penjelasan lewat ekspresinya.

“Tadi pagi, setelah kamu pergi untuk memeriksa kebun, Salma datang berkunjung.” Alya mulai menjelaskan. Air matanya kembali jatuh, namun dia berusaha kuat.

“Dia butuh kita agar terbebas dari penderitaan. Seseorang telah mengancam akan mencelakai Nek Minah jika dia tidak menuruti permintaan orang tersebut,” ungkap Alya.

“Itu urusan mereka, Sayang! Kenapa aku yang harus menanggungnya? Lalu, apa dengan aku menikahinya, dia akan terbebas dari ancaman itu?” Yusuf menjadi frustasi, dia mer3mas rambutnya dengan geram.

Alya terdiam dan menunduk. Dia terisak dalam tangis yang ditahan. Dia terngiang dengan ucapan Salma kembali.

“Saya bukan ingin merebut Mas Yusuf dari Mbak Alya, saya hanya ingin menyelamatkan nenek,” ucap Salma dengan suara lirih.

Alya menatapnya dengan keraguan. Namun, tidak sedikitpun dari air wajahnya yang memperlihatkan bahwa gadis cantik di depannya ini tengah berbohong.

“Seseorang yang berkuasa di kampung ini mengancam saya akan mencelakai nenek, satu-satunya keluarga yang saya punya saat ini, jika saya tidak mau menikah dengannya.” Air mata Salma tumpah. Wajah dingin tanpa senyum itu kini berubah mejadi lemah. Selama ini, Salma hanya menunjukkan bahwa dirinya kuat, padahal sebuah kerapuhan tengah menggerogoti hatinya.

“Tolong saya, Mbak. Saya janji akan bersikap baik pada Mbak Alya,” pinta Salma memohon dengan suara memelas dan bergetar pilu.

Alya memeluk Salma penuh keharuan. Hatinya sakit. Sejujurnya, dia tidak mungkin membagi kasih sayang dan cinta seorang suami yang sangat dicintainya. Namun, ketika Salma mengatakan bahwa dia terancam dan berjanji akan menjadi teman baginya, Alya menjadi luluh, terutama ketika Salma mengatakan bahwa dia pasti bisa memberikan Yusuf seorang anak.

“Siapa orang itu, Salma? Apa kita tidak bisa melaporkannya saja ke polisi? Apa yang sudah terjadi?” tanya Alya ketika melepaskan pelukannya.

Salma membersihkan air mata yang membuat pipinya basah. Dia menggelengkan kepala.

“Saya nggak bisa jelaskan semuanya, Mbak. Tapi, orang itu mengatakan akan berhenti mengancam saya jika saya sudah menikah dengan lelaki yang lebih kaya darinya. Saya juga nggak yakin dengan ucapannya, tapi saya ingin membuktikan bahwa saya bisa menikah dengan lelaki lain selain dia,” ungkap Salma. “Dan tentang melapor ke polisi, itu semua percuma, Mbak! Polisi nggak pernah memihak saya, mereka bersikeras meminta bukti yang sama sekali nggak saya miliki,” sambungnya.

Alya menarik napas kasar mendengar penjelasan Salma.

“Apa di kampung ini tidak ada yang mau dengan gadis secantik kamu, Salma?” Alya menatap Salma dengan rasa penasaran.

Sama menggeleng dengan cepat. “Bagaimana bisa, Mbak? Semua pemuda di kampung ini takut dengannya. Lagi pula, hanya dia yang terkaya di sini. Semua bisa dilakukannya dengan uang, termasuk memaksa saya. Saat ini, saya harus menggantikan nenek berburuh tani dan lelaki itu memberikan waktu agar saya mempersiapkan diri untuk kedatangannya melamar. Hanya tersisa satu minggu lagi, Mbak. Cuma Mbak Alya dan Mas Yusuf yang bisa menolong saya,” ujarnya dengan suara terisak.

Alya masih bergeming. Seribu pertanyaan dan bisikan membuat kepalanya tiba-tiba berdenyut.

“Saya tahu Mbak Alya orang baik, makanya saya yakin, kalau Mbak Alya akan menolong saya dan nenek. Saya kira, kedatangan Mbak dan Mas Yusuf ke kampung ini adalah sebagai penolong bagi saya. Cukup izinkan saya menikah dengan Mas Yusuf dan saya tidak akan menganggu kebahagiaan kalian. Jika suatu saat saya melahirkan seorang anak, saya akan memberikan anak itu pada kalian seolah saya bukan ibu kandungnya.”

Ucapan Salma benar-benar membuat Alya goyah dan menyayat hati. Mungkinkah dia sanggup dimadu? Tapi seseorang membutuhkan pertolongannya.

“Bukankah Mbak Alya seorang Penghafal Al-Qur’an? Mbak pasti tahu ayat yang mengatakan bahwa perempuan yang baik akan mendapatkan jodoh yang baik dan perempuan yang buruk akan mendapat jodoh yang buruk. Jodoh itu cerminan diri kan, Mbak? Lalu, kenapa saya harus berjodoh dengan lelaki seperti itu?”

Alya mulai menerka-nerka, siapa sebenarnya lelaki yang dimaksud Salma. Seseorang yang berkuasa dan terkaya di kampung ini. Alya tidak mendapat gambaran karena dia baru sebulan berada di Desa Pandan dan mengenal orang-orangnya masih terbatas.

“Saya dibesarkan oleh nenek yang baik hati dan penyayang, saya tumbuh menjadi anak yang baik dan tidak pernah membantah. Tapi, kenapa orang-orang memperlakukan saya dengan buruk? Terlepas dari perbuatan ibu saya di masa lalu, kenapa harus saya yang menanggungnya, Mbak?” Salma semakin terisak. Tubuhnya bergetar seiring dengan tangisnya yang pecah.

“Salma .…” Alya meraih tangan gadis yang seumuran dengan adiknya itu. “Baiklah, Mbak mengizinkan kamu menikah dengan Mas Yusuf. Mbak akan bicara dengannya,” ucap Alya dengan senyum tipis, mengandung perasaan berat sebab rasa ikhlas di hati belum sepenuhnya dia miliki.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MERINDUKAN SURGA   MERINDUKAN SURGA || TAMAT

    “Maaf, Yusuf. Aku harus sampaikan ini sama kamu,” kata Dokter Cindy dengan berat hati dan wajah muram.“Ada apa, Cin?” Yusuf tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.“Aku turut berduka cita atas apa yang terjadi. Aku ngerti betapa hancurnya hati kalian, aku mau menjelaskan sebisa mungkin meskipun aku belum bisa memastikan tanpa adanya pemeriksaan lanjut.” Cindy menyampaikan dengan suara pelan dan hati-hati.Suara isakan terdengar dari Ibunya Alya. Pak Hamdan segera memeluk istrinya dan membuatnya tenang.“Kenapa bisa?!” Suara Yusuf meninggi, terdengar seperti membentak.Cindy seketika menunduk.“Maaf, Cin. Aku nggak bermaksud marah sama kamu.”“Aku ngerti perasaan kamu, Suf. Pecahnya ketuban yang terjadi pada Alya, menjadi faktor pemicu, tapi bukan hanya itu satu-satunya penyebab. Beberapa kemungkinan yang perlu kita investigasi lebih lanjut adalah infeksi yang menyebabkan aliran darah dan oksigen ke plasenta berkurang.”Yusuf terduduk dan membingkai kepalanya yang tiba-tiba berdenyut n

  • MERINDUKAN SURGA   LAHIR

    “Mas, perutku sakit.” Alya meringis sambil memegangi perutnya yang sudah membesar. Dia merasakan sensasi aneh dan rasa sakit yang luar biasa yang membuat dia harus segera menelepon sang suami yang saat ini sedang berada di kebun apel.Tangan kiri Alya bertopang pada jendela kamarnya, sedangkan yang satunya memegang ponsel. Matanya menatap pemandangan sawah di mana pepadian telah menguning dan tak lama lagi akan memasuki musim panen.“Aku pulang sekarang!” Yusuf mengakhiri panggilan. Enam bulan berlalu begitu cepat. Tetapi bagi Alya dan Yusuf, waktu berjalan begitu lambat. Tak sabar rasanya menunggu kehadiran buah hati. Saat ini, adalah masa-masa menegangkan di mana usia kehamilan Alya memasuki minggu ke 37. Selama waktu itu pula, Yusuf telah menjatuhkan talak pada Salma disaksikan Aldi, Alya dan Paman Didi. Dia akhirnya menuruti permintaan Salma pada surat itu, bukan karena Aldi ingin menggantikannya, tapi demi kesehatan mental mereka semua, jika memang itu yang diinginkan Salma.“

  • MERINDUKAN SURGA   BIAR AKU YANG GANTIKAN

    “Itu Salma, Mas!” Alya menunjuk rekaman CCTV yang ditunjukkan Cindy pada layar komputernya.Kening perempuan berjas putih itu mengerut heran, kenapa dua temannya itu mengenal pasien yang ia tangani kemarin.Yusuf mengangguk, dia juga melihat Salma menangis sedangkan Rico berusaha menenangkannya.“Mas, telepon Rico, tanyakan di mana Salma. Aku mau ngomong sama dia,” pinta Alya, menarik lengan baju suaminya seperti anak kecil.Yusuf membawa istrinya duduk agar tenang. “Ingat kata Cindy barusan? Kamu nggak boleh stres!” peringat Yusuf dengan nada pelan.Alya akhirnya mengangguk patuh. Dia mengusap perutnya, menarik napas dan berusaha menenangkan diri.“Cin, makasih banyak, ya. Kita pamit dulu, nanti bakalan rutin periksa ke kamu,” ucap Yusuf berpamitan dengan senyum seolah tak ada masalah.Cindy dengan raut bingung, mengangguk saja. Padahal dia masih ingin mengobrol karena penasaran kenapa Yusuf dan Alya bisa mengenal perempuan itu, tapi dia tidak berhak tahu dan tidak berani bertanya le

  • MERINDUKAN SURGA   TAK BISA MEMAAFKAN

    “Mas, kenapa? Kok, kelihatannya lagi mikirin sesuatu?” Alya sejak tadi memperhatikan suaminya yang tampak berubah.Setelah menerima berita bahagia, ekspresi yang sebelumnya ceria tiba-tiba berubah redup setelah kembali dari rumah Salma.Yusuf menoleh sejenak, sedang tangannya sibuk mengemudikan mobil.“Nggak ada, Sayang.”“Kamu mikirin apa?” tanya Alya dengan nada tegas tapi lembut. Dia tahu, suaminya sedang menyembunyikan sesuatu.Ibu yang sejak tadi di belakang, hanya diam dan mendengarkan.Yusuf masih diam. Sesekali dia menarik senyum seperti dipaksakan.“Apa kamu masih marah sama aku, Mas? Tebak Alya.Yusuf menggeleng cepat. “Enggak, Sayang. Aku cuma ….”“Apa ada sesuatu yang kamu temukan di rumah Salma tadi?” Alya menebak lagi. Sekarang wajah Yusuf tampak terkejut, namun akhirnya mengangguk.“Salma meninggalkan surat.” Yusuf melirik kaca spion depan, melihat ibu mertuanya dengan tatapan sungkan.Sejak tadi dia menyembunyikan hal itu karena tidak ingin ibu mertuanya mendengar. Di

  • MERINDUKAN SURGA   TERIMA KASIH, SAYANG

    Beberapa hari kemudian, kondisi ibu semakin membaik dan diperbolehkan untuk pulang. Sementara ayah, masih dalam perawatan. Aldi mengabaikan tugas akhir kuliahnya untuk sementara demi menjaga sang ayah. Dia yang membantu mengisi memori baru ketika ayahnya tersadar dan tidak mengingat apa pun bahkan namanya sendiri.Kemarin, ibu ikut pulang ke Desa Pandan. Alya sangat senang bisa bersama sang ibu meski belum bisa berkumpul kembali dengan ayahnya.“Sayang, aku mau ke kebun dulu, ya. Sudah beberapa hari aku jarang mengontrol proyek. Kasihan Paman Didi,” ucap Yusuf berpamitan, ketika selesai sarapan.Alya mengangguk dan tersenyum, sambil membereskan piring di atas meja.“Bu, Yusuf pamit, nanti siang kita ke rumah sakit lagi, jengukin ayah, ya.” Yusuf mencium punggung tangan mertuanya.Wanita yang gemar memakasi songkok jika berada di dalam rumah itu mengangguk dan tersenyum hangat.Alya mengantarkan suaminya ke depan pintu setelah membereskan piring kotor. Dia berjalan pelan seperti tidak

  • MERINDUKAN SURGA   IBU KUAT

    “Bagaimana keadaan ayah saya, Dok?” tanya Aldi seketika, setelah dokter keluar dari ruang operasi. Dari sisi lain, Yusuf berlari menghampiri Aldi. Dia meninggalkan Salma yang masih belum sadarkan diri dan dalam perawatan di ruang IGD sebelum dokter menentukan ruangan rawat. Dengan napas terengah-engah. Yusuf berdiri di samping Aldi. “Kabar baiknya, Alhamdulillah pasien sudah berhasil ditangani.” “Kabar buruknya?” tanya Yusuf ragu. “Kemungkinan beliau akan mengalami amnesia,” jawab sang dokter. Yusuf menepuk bahu Aldi untuk menenangkannya. Dokter dan rekannya pamit dari sana. Tak lama kemudian, Pak Hamdan dibawa ke ruang ICU. Aldi terduduk lemah. Dia bersyukur ayahnya masih selamat, meski setelah sadar nanti, sang ayah tidak akan mengenalinya. “Terima kasih, Allah. Setidaknya ini akan membuat ayah melupakan masa lalu tersakitnya. Biarkan aku yang menanggung rasa bersalahnya ya Allah ….” Keluh Aldi sambil menangkupkan tangan dan menjatuhkan wajahnya di atas tangan yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status