Share

22. TAKUT KEHILANGAN

Aku dan Mas Yusuf akhirnya pergi setelah berpamitan kepada Ibu. Lumayan, jalan-jalan sore akan menghibur diriku dari tajamnya mulut tetangga.

Saat di jalan, Mas Yusuf tak henti-hentinya menawarkan makanan. Belum juga dibeli, rasanya sudah kenyang mendengarkan Mas Yusuf menyebutkan aneka makanan sedari tadi.

“Mas, ke rumah Bunda, yuk! Aku tiba-tiba kangen sama Ayah. Pasti Ayah udah di rumah kalau sore begini,” ajakku. Entah kenapa mendadak terbayang wajah Ayah dan aku ingin sekali menemuinya.

“Oke, Sayang. Kita beli sesuatu dulu, ya.”

Aku hanya mengangguk. Tak lama kemudian, kami berhenti di sebuah toko oleh-oleh. Setelah kami membeli makanan untuk dibawa ke rumah Bunda, kami segera meluncur ke sana.

Jalanan sore ini sedikit padat karena banyak pekerja yang pulang dari kantor. Tatapanku tak sengaja melihat wajah Mas Yusuf yang tampak lesu.

“Mas? Capek, ya?”

Mas Yusuf menoleh cepat ke arahku kemudian tersenyum. “Capek
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status