Share

11 - Flasback; Mengungkap Kebenaran

Flasback on.

Prita sengaja mendatangi sekolah Nusa Bangsa hari ini untuk bertemu dengan Shelka. Saat sudah jam sekolah berakhir, Prita melihat Shelka yang sedang berjalan bersama dengan teman-temannya menuju ke gerbang dan itu membuat Prita tersenyum miring.

“Hei, Shelka!”

Perempuan itu menoleh dan terkejut melihat kakak alumni yang sedang berdiri di dekat pos satpam. “Iya, Kak. Ada apa?”

“Gue mau ngomong sama lo. Bisa ikut gue ke mobil?”

Tergambar jelas keraguan di wajah Shelka. Bahkan perempuan itu menoleh kepada teman-temannya untuk meminta pendapat meski hanya dengan tatapan wajah dan semua temannya mengangguk secara serentak.

“Gue enggak bakalan apa-apain lo. Jadi tenang aja.” Prita yang tahu isi kepala Shelka langsung menyemburkan ucapannya langsung.

“Iya, Kak. Mau kok.”

Dan pada akhirnya Shelka ikut Prita menuju ke mobil honda jazz yang terparkir di luar gedung sekolah. Mereka berdua pun memilih tempat yang sepi untuk berdiskusi—Prita memilih sebuah taman kota.

Lain hal dengan Shelka yang merasa deg-degan sendiri karena merasa tidak memiliki masalah dengan kakak kelas apalagi alumni. Shelka tahu jika Prita merupakan senior-nya dulu yang terkenal sangat galak juga tomboy. Maka dari itu ia langsung ngeri saat diajak pergi tadi.

“Lagi sama siapa sekarang?”

Shelka yang tidak tahu arah pertanyaan itu pun segera bertanya kembali untuk memastikan. “Maksudnya, Kak?”

“Pacar. Lo pacaran sama siapa sekarang semenjak putus sama Matheo?”

Shelka tampak sedih ditanya seperti itu oleh Prita. “Enggak ada.”

Prita berdeham pelan. “Kenapa? Lo kan cantik. Harusnya cepet dong nyari lagi.”

“Enggak ada yang aku suka.”

“Sukanya Matheo?” Prita menoleh ke samping ke arah Shelka sambil tersenyum miring melihat adik kelasnya itu.

“Hehe, iya. Tapikan dia sudah sama Kak Lita. Jadi yaudah gapapa.”

Prita makin yakin jika perusak hubungan sahabatnya ini perempuan di sampingnya. Rasa-rasanya Prita ingin menempeleng kepala ini perempuan yang sangat blak-blakan mengakui perasaan kepada Matheo.

“Kalau Matheo tiba-tiba ngajak balikan gimana?” Prita sengaja memancing agar perempuan di sampingnya jujur lebih dalam lagi soal perasaan kepada Matheo.

“Iya jelas mau dong, Kak. Tapikan aku enggak mau merusak hubungan Kak Matheo sama Kak Lita.”

Prita berdecih kesal. Apa begini kelakuan bibit-bibit pelakor? Benar-benar menyebalkan.

Tak lama perjalanan mereka sampai di sebuah taman kota. Prita langsung turun dari mobil, dan Shelka masih menatap bingung lokasi di depannya.

“Turun!” seru Prita, sedikit kesal.

Buru-buru Shelka turun dari mobil dan mengikuti langkah kaki Prita yang berjalan masuk ke taman. Shelka masih takut hingga menoleh kanan dan kiri untuk memastikan jika di taman ini tidak ada hal aneh nantinya. Shelka takut diprank atau diapa-apain.

“Duduk,” titah Prita.

Shelka langsung duduk di bangku besi taman. Ia masih menunggu ucapan Prita selanjutnya. Namun, Shelka melihat wajah Prita yang masam membuatnya semakin takut.

“Jadi gini, gue ngajak lo ke sini mau tanya satu hal. Lo balikan sama Matheo?” tanya Prita to the poin. Dia memang tidak pandai basa basi seperti manusia pada umumnya.

“Hah! Enggak.”

“Jangan bohong.”

“Sumpah enggak, Kak. Aku komunikasi sama Kak Matheo aja enggak.”

“Gini, ya, Shelka. Saat ini hubungan Matheo dengan Lita sudah berakhir. Dan cowok idaman lo itu membandingkan Lita sama lo. Menuduh Lita selingkuh dengan Bagus. Lo tahu, kan? Lita anggap Bagus hanya teman. Mereka berteman. Kenapa Matheo menuduhnya selingkuh kalau enggak ada orang yang memberikan berita bohong kepadanya.”

“Tapi sumpah bukan aku, Kak.” Suara Shelka bahkan sudah bergetar ketakutan. Ia saja baru mendengar jika hubungan Matheo dengan Lita berakhir detik ini. “Aku enggak ada kontek sama sekali semenjak putus. Kakak bisa lihat ponselku.”

“Kalau bukan lo siapa? Yang masih terobsessi dengan Matheo cuma lo doang. Bagus enggak mungkin. Gue kenal Bagus, dia orang yang baik.”

Dan akhirnya Shelka pun menangis ketakutan. Semua itu justru semakin membuat Prita kesal juga jengah melihatnya.

“Lo kenapa nangis, sih. Enggak gue apa-apain juga. Cuma tanya doang, elah.”

“Tapi bukan aku yang ngadu sama Kak Matheo. Aku memang masih menyukainya sampai detik ini. Tapi, aku enggak berani buat ngerusak kebahagiaan Kak Matheo.”

Prita pun merasa kesal sendiri karena jawaban Shelka selalu seperti ini sejak awal hingga detik ini. Merasa tidak tega melihat Shelka menangis membuat Prita langsung menyudahi ini semua.

“Yaudah anggap aja bukan lo. Dan semoga saja memang bukan lo. Mau gue antar enggak pulangnya?”

Shelka menggeleng kuat, menolak.

“Yaudah kalau gitu gue balik.”

***

Dua hari kemudian.

Prita terkejut melihat ponselnya yang berdering tiada henti. Nama Rendi tertera di sana sedang memanggil ke nomor ponselnya terus-menerus.

Merasa aneh pun membuat Prita langsung menggeser tombol hijau ke samping. Pasalnya, Rendi tidak pernah telepon atau chat dirinya. Mereka berdua hanya saling memiliki nomor kontak masing-masing karena dulu satu kelas saat SMA.

“Ya, Ren. Ada apa?”

“Lo apain Shelka?”

Prita yang baru bangun tidur langsung mengubah posisinya menjadi duduk. “Maksudnya?”

“Enggak usah pura-pura bego lo, Prit.”

Prita memejamkan matanya. Mencoba mengumpulkan nyawa agar bisa mencerna ucapan Rendi barusan.

“Jadi dia ngadu sama lo?”

“Enggak.”

“Cih! Enggak ngadu tapi lo tahu.”

“Gue tahu dari Dita, adik gue. Shelka dibuat nangis sama lo dua hari yang lalu. Ada masalah apa lo sama dia?”

“Enggak ada masalah apa-apa.”

“Bullshit lo, Prit! Lo nuduh berakhirnya hubungan Matheo dengan Lita ulah Shelka?”

Prita makin terkejut, dan tersenyum kecut. “Kok, lo tahu kalau Matheo sama Lita berakhir?”

“Gue tahu karena bukan Shelka perusaknya, melainkan gue!”

Mendengar pengakuan Rendi membuat Prita langsung syok. Emosinya pun mendadak naik mendengar itu. “Kok lo kurang ajar banget, sih! Ada masalah apa lo sama mereka?”

“Lo enggak perlu tahu gue ada masalah apa. Gue cuma ingatin lo buat jangan gangguin Shelka!”

“Hahaha, jadi pahlawannya Shelka lo? Cih! Dibayar berapa lo?”

“Intinya gue berhasil buat Matheo bubar! Dan, bukan Shelka pelakunya.”

“Bajingan lo, Ren. Gue aduin ini ke Matheo sama Lita nanti.”

“Aduin aja, gue enggak takut.”

“Brengsek lo!”

Prita langsung mematikan sambungan teleponnya dengan kesal. Rasanya ia masih tidak percaya jika Rendi melakukan itu semua kepada Matheo yang notaben sahabatnya sendiri. Gila!

Merasa sudah dibuat kesal dan emosi di pagi hari membuat Prita langsung bergegas ke arah kamar mandi. Ia sepertinya butuh bertemu Rendi secara langsung untuk menyelesaikan semua ini.

***

Universitas Jakarta.

Aslinya Prita tidak ada jam kuliah hari ini, tapi karena ada urusan yang sangat penting akhirnya ia berakhir di sini—parkiran kampus.

Melihat Rendi yang baru datang dan sedang memarkirkan sepeda motor, dengan cepat Prita segera keluar mobil dan menghampiri laki-laki itu.

Tanpa basa basi lagi tangan Prita langsung melayang ke wajah Rendi dengan begitu sempurna.

BUG.

“Awww, bangsat!” umpat Rendi, memegang pipinya yang terkena tonjok.

“Gimana? Sakit? Ini enggak seberapa bangsat!” seru Prita lantang.

Rendi berdecih saat tahu siapa yang memukulnya.

“Lo ada masalah apa sama mereka berdua, hah? Kenapa lo tega melakukan ini semua, Ren? Matheo itu sahabat lo sendiri, kan? Kok bisa-bisanya lo tega melakukan ini, hah! Di mana hati nurani lo!”

Prita tidak memedulikan jika dirinya dan Rendi kini sudah menjadi tontonan mahasiswa lain. Prita hanya ingin meluapkan kekesalan dalam tubuhnya yang tidak bisa dibendung lagi.

“Lo pengin tahu alasan gue melakukan ini semua, hah!”

“Ya!” sahut Prita lantang, menanti alasan Rendi melakukan ini semua.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status