Share

8 - Kau Torehkan Luka Yang Terdalam

Jelita langsung menangis tergugu saat ini. Entah terkena angin apa tiba-tiba Matheo meminta putus. Padahal sewaktu dia meminta putus kemarin, mati-matian Matheo justru menolaknya. Dan kini? Matheo sendiri yang menyerah di saat Jelita mulai menerima pergaulan kekasihnya itu.

Hal yang lebih membuat Jelita merasa sakit adalah kata-kata kasar Matheo yang mengatakan jika dirinya ‘jalang’.

Bahkan selama mengenal Matheo, baru kali ini dia bisa semarah itu dan berani membentaknya seperti tadi.

Tak ingin salah paham pun membuat Jelita segera menelepon balik Matheo untuk menanyakan ucapan dia yang sangat ngaco itu. Entah apa maksudnya menuduh selingkuh seperti tadi.

Tut … tut … tut.

Merasa tidak diangkat pun membuat Jelita merasa frustasi sendiri. Jelita terus mencoba berkali-kali menelepon Matheo sampai rasanya lelah. Ingin menyerah.

Entah kenapa ada rasa enggan dan tidak rela jika hubungannya berakhir dengan tidak baik seperti ini. Bahkan dulu Matheo bisa berpisah dengan Shelka secara baik-baik, tapi kenapa dengan dirinya seperti ini? Sangat menyakitkan. Bahkan dengan tega Matheo mengatakan ‘jalang’ kepadanya.

Apa dirinya sangat rendah di mata Matheo? Hingga sangat mudah sekali dia menilai dan melontarkan kata-kata pedas seperti itu?

Pikiran-pikiran buruk pun mulai bermunculan di kepala Jelita. Perempuan itu hanya bisa menduga-duga dan menerawang jika Matheo memang tidak mencintainya dengan tulus, melainkan hanya karena obsessi semata dan gengsi.

Jelita menatap jam waker di atas nakasnya kemudian mendesah panjang karena ini masih jam dua pagi. Memang sih Jelita dan Matheo sering telepon di jam-jam malam seperti ini. Tapi, jika akan mengutarakan hal menyakitkan seperti ini apa pantas tengah malam begini?

Rasa kantuk yang Jelita rasakan langsung menguap mendadak begitu saja. Yang dilakukan hanya menangis saja sendirian di kamar kos-nya malam ini. Entah kenapa hatinya benar-benar sakit luar biasa diputuskan seperti ini.

Tatapan matanya pun terus melihat ke arah ponsel. Jelita menunggu ada panggilan atau chat masuk dari Matheo untukknya.

“Mat … gue salah apa? Gue enggak selingkuh sama Bagus.” Suara Jelita mulai terdengar begitu lirih. Parau. Bahkan kondisi tubuhnya yang sudah mendingan kini mulai drop lagi karena mendengar kata-kata pedas Matheo.

Merasa kepalanya semakin pusing membuat Jelita langsung meraih ponselnya dan menelepon Prita untuk membawanya ke klinik terdekat.

Tut. Tut. Tut.

Jelita memejamkan matanya karena merasa kepalanya sangat pusing luar biasa. Air matanya bahkan mengalir terus-menerus tiada henti. Ucapan Matheo terasa terngiang-ngiang di kepalanya dan semua itu membuat hatinya merasa terluka kembali.

“Halo, Ta. Ya ampun ini masih malam tapi lo malahan telepon begini. Ada apa, sih?” sahut Prita dengan suara sedikit menggerunyam.

“Sorry ganggu malam-malam, Prit. Lo bisa bawa gue ke klinik nggak? Gue kayaknya butuh perawatan. Suhu tubuh gue makin panas, dan terasa lemas banget,” lirih Jelita, memberitahu.

“Ta, Ta, lo gapapa, kan? Lo masih kuat kan? Jangan pingsan dulu, please. Lo jangan kunci pintu kamar kos lo, atau lo minta tolong sama tetangga kamar dulu. Gue segera kesana.”

Setelah mengatakan panjang lebar dan terkejut dengan kondisi Jelita, Prita langsung bangun dan cuci muka. Dia segera pergi meluncur ke tempat kos sahabatnya itu.

Di tempat lain Jelita hanya diam membisu sambil terus mengusapi pipinya yang terdapat buliran Kristal mengalir terus menerus.

Sambil menunggu kedatangan Prita, Jelita menatap room chat miliknya dengan Matheo. Di sana Jelita melihat kalau Matheo sedang online. Tak ingin membuang kesempatan pun jemarinya langsung mengetikkan sesuatu untuk Matheo. Bahkan saat mengetik kedua telapak tangan Jelita sangat bergetar begitu hebat.

Lita : Mat, tadi lo bercanda, kan? (Read)

Jelita mendesah lega karena setidaknya pesan chat dirinya masih dibaca. Namun, Jelita menatap room chat yang belum muncul balasan dari Matheo. Parahnya, Matheo sedang online. Namun, tidak ada keniatan untuk membalas chat darinya.

Rasa nyeri dan sakit hati pun kian semakin menganga. Jelita kembali menangis dan mengetikkan pesan dengan tangan bergetar yang dibumbui tetesan air mata yang mulai berjatuhan di layar ponselnya.

Lita : Gue enggak selingkuh sama siapapun. Bahkan sama Bagus. Di sini gue benar-benar setia nunggu lo balik dari L.A. Sesuai janji kita berdua.

Lita : Mat, please bales chat gue. Setidaknya jika lo pengin pisah jangan begini caranya. Gue tunggu lo telepon.

Lita : Kalau emang lo enggak telepon gue anggap hubungan ini benar-benar berakhir.

Selesai mengetikkan itu Jelita langsung melemparkan ponselnya ke arah ranjang. Ia pun ikut menjatuhkan diri di atas ranjang dengan tubuhnya yang semakin lemas. Apalagi ini hubungan relationship pertama Jelita, dan hebatnya langsung mengalami patah hati separah ini. Rasa-rasanya Jelita tidak mau jatuh cinta kalau tahu patahnya akan sesakit ini.

Beberapa menit kemudian.

Tak lama pintu kos-nya terbuka dengan kasar, dan menampilkan sesosok Prita yang masih mengenakan piyama beserta sandal rumahan. Napasnya bahkan masih terdengar begitu memburu.

“Ta ….”

Kakinya mulai melangkah dan melihat Jelita yang sedang tiduran dengan posisi miring membuat Prita langsung menunduk. Matanya terkejut melihat Jelita yang sedang menangis. Buru-buru Prita langsung duduk di panggiran ranjang dan mengusap kepala Jelita lembut.

“Kenapa, hah? Lo kenapa, Ta? Cerita!” Prita merasa kesal sendiri. Setidaknya jika ia memiliki masalah dalam hidup pasti akan melampiaskan kesiapapun—termasuk ke asisten rumah tangga yang berada di rumahnya untuk diomeli habis-habisan agar merasa plong. Namun Jelita? Dia sosok yang suka memendam perasaan kepada siapapun. “Matheo, lagi?” tebak Prita.

Tidak mendapat jawaban membuat Prita mendesah kesal. Matanya menangkap ponsel Jelita yang menyala, dengan cepat Prita langsung mengambil dan membuka chat dari Matheo.

First Love : Enggak usah jadi cewek sok suci lo, Ta.

First Love : Dan, gue emang mau putus sama lo. Nyesel juga pernah suka sama cewek modelan kayak lo gitu. Murahan!

Firts Love : Kalau dipikir-pikir masih mendingan Shelka kemana-mana. Dia bisa jaga hati buat gue meski dulu gue brengsek ke dia.

First Love : Sedangkan lo? Sebelas duabelas kayak jalang.

Prita yang membaca langsung mengepalkan tangan kuat. Bahkan rahangnya sudah mengeras karena merasa sakit hati membaca pesan yang disampaikan oleh Matheo.

“Ada chat, ya?” tanya Jelita dengan suara yang begitu sengau.

Merasa kesal sendiri membuat Prita langsung melempar ponsel ke arah Jelita. Emosinya kini mulai naik ke atas ubun-ubun.

Dan melihat Jelita yang sedang membaca dan kembali menangis tergugu membuat Prita semakin naik pitam.

“Lo lihat, kan, Ta? Lihat kelakuan si Mamat tomat itu. Dia itu cowok brengsek! Enggak pantas buat princess kayak lo yang cantik. Lupain, Ta! Akhiri hubungan toxic ini yang menyiksa hati lo sendiri!” seru Prita lantang. Bahkan selesai mengatakan itu Prita ikut menangis hingga ia berjongkok saking merasakan sakit hatinya menjadi Jelita ketika dibanding-bandingkan dengan mantan pacar seperti itu.

“Sayangi hati lo, Ta! Dia hanya cowok bajingan yang emang pantas bersanding sama jalang! Lo harus bisa dapatkan cowok yang lebih dari dia, Ta. Buktikan kalau lo bisa!” Prita kembali memberikan semangatnya agar Jelita benar-benar lepas dari sosok Matheo.

Jelita masih terus menangis. Memegang dadanya yang terasa benar-benar sakit luar biasa. “Tapi gue enggak selingkuh sama Bagus, Prit. Kenapa dia bisa berkata seperti itu? Kenapa?”

Prita mulai berpikir keras. Mencerna ucapan Jelita barusan soal tuduhan Matheo kepadanya. “Gue yakin pasti ada orang yang sengaja mengadu domba lo sama Matheo. Enggak mungkin juga Matheo asal ngomong tanpa adanya sumber.” Prita yakin kalau ada orang yang mengendalikan pikiran Matheo. Sangat yakin.

“Tapi siapa? Gue enggak punya musuh selama ini.” Jelita pun mulai berpikir dan itu membuat kepalanya semakin sakit.

Prita hanya manggut-manggut sambil berpikir. “Kita cari tahu dalang semua ini. Lo tenang aja. Tapi saran gue tetap lo putus aja. Toxic banget cowok modelan kayak dia.” Prita mendengkus kesal jika teringat pesan chat yang dikirim Matheo.

“Apa Shelka?” ceplos Jelita mengeluarkan pendapatnya.

“Bisa jadi. Karena dia belum move on sama Matheo, kan?” dukung Prita selanjutnya. “Gue besok labrak itu anak. Lo tenang aja,” imbuh Prita, emosi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status