Beranda / Romansa / METAMORFOSA-2 (DWILOGI) / 8 - Kau Torehkan Luka Yang Terdalam

Share

8 - Kau Torehkan Luka Yang Terdalam

Penulis: Jezlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-15 20:21:10

Jelita langsung menangis tergugu saat ini. Entah terkena angin apa tiba-tiba Matheo meminta putus. Padahal sewaktu dia meminta putus kemarin, mati-matian Matheo justru menolaknya. Dan kini? Matheo sendiri yang menyerah di saat Jelita mulai menerima pergaulan kekasihnya itu.

Hal yang lebih membuat Jelita merasa sakit adalah kata-kata kasar Matheo yang mengatakan jika dirinya ‘jalang’.

Bahkan selama mengenal Matheo, baru kali ini dia bisa semarah itu dan berani membentaknya seperti tadi.

Tak ingin salah paham pun membuat Jelita segera menelepon balik Matheo untuk menanyakan ucapan dia yang sangat ngaco itu. Entah apa maksudnya menuduh selingkuh seperti tadi.

Tut … tut … tut.

Merasa tidak diangkat pun membuat Jelita merasa frustasi sendiri. Jelita terus mencoba berkali-kali menelepon Matheo sampai rasanya lelah. Ingin menyerah.

Entah kenapa ada rasa enggan dan tidak rela jika hubungannya berakhir dengan tidak baik seperti ini. Bahkan dulu Matheo bisa berpisah dengan Shelka secara baik-baik, tapi kenapa dengan dirinya seperti ini? Sangat menyakitkan. Bahkan dengan tega Matheo mengatakan ‘jalang’ kepadanya.

Apa dirinya sangat rendah di mata Matheo? Hingga sangat mudah sekali dia menilai dan melontarkan kata-kata pedas seperti itu?

Pikiran-pikiran buruk pun mulai bermunculan di kepala Jelita. Perempuan itu hanya bisa menduga-duga dan menerawang jika Matheo memang tidak mencintainya dengan tulus, melainkan hanya karena obsessi semata dan gengsi.

Jelita menatap jam waker di atas nakasnya kemudian mendesah panjang karena ini masih jam dua pagi. Memang sih Jelita dan Matheo sering telepon di jam-jam malam seperti ini. Tapi, jika akan mengutarakan hal menyakitkan seperti ini apa pantas tengah malam begini?

Rasa kantuk yang Jelita rasakan langsung menguap mendadak begitu saja. Yang dilakukan hanya menangis saja sendirian di kamar kos-nya malam ini. Entah kenapa hatinya benar-benar sakit luar biasa diputuskan seperti ini.

Tatapan matanya pun terus melihat ke arah ponsel. Jelita menunggu ada panggilan atau chat masuk dari Matheo untukknya.

“Mat … gue salah apa? Gue enggak selingkuh sama Bagus.” Suara Jelita mulai terdengar begitu lirih. Parau. Bahkan kondisi tubuhnya yang sudah mendingan kini mulai drop lagi karena mendengar kata-kata pedas Matheo.

Merasa kepalanya semakin pusing membuat Jelita langsung meraih ponselnya dan menelepon Prita untuk membawanya ke klinik terdekat.

Tut. Tut. Tut.

Jelita memejamkan matanya karena merasa kepalanya sangat pusing luar biasa. Air matanya bahkan mengalir terus-menerus tiada henti. Ucapan Matheo terasa terngiang-ngiang di kepalanya dan semua itu membuat hatinya merasa terluka kembali.

“Halo, Ta. Ya ampun ini masih malam tapi lo malahan telepon begini. Ada apa, sih?” sahut Prita dengan suara sedikit menggerunyam.

“Sorry ganggu malam-malam, Prit. Lo bisa bawa gue ke klinik nggak? Gue kayaknya butuh perawatan. Suhu tubuh gue makin panas, dan terasa lemas banget,” lirih Jelita, memberitahu.

“Ta, Ta, lo gapapa, kan? Lo masih kuat kan? Jangan pingsan dulu, please. Lo jangan kunci pintu kamar kos lo, atau lo minta tolong sama tetangga kamar dulu. Gue segera kesana.”

Setelah mengatakan panjang lebar dan terkejut dengan kondisi Jelita, Prita langsung bangun dan cuci muka. Dia segera pergi meluncur ke tempat kos sahabatnya itu.

Di tempat lain Jelita hanya diam membisu sambil terus mengusapi pipinya yang terdapat buliran Kristal mengalir terus menerus.

Sambil menunggu kedatangan Prita, Jelita menatap room chat miliknya dengan Matheo. Di sana Jelita melihat kalau Matheo sedang online. Tak ingin membuang kesempatan pun jemarinya langsung mengetikkan sesuatu untuk Matheo. Bahkan saat mengetik kedua telapak tangan Jelita sangat bergetar begitu hebat.

Lita : Mat, tadi lo bercanda, kan? (Read)

Jelita mendesah lega karena setidaknya pesan chat dirinya masih dibaca. Namun, Jelita menatap room chat yang belum muncul balasan dari Matheo. Parahnya, Matheo sedang online. Namun, tidak ada keniatan untuk membalas chat darinya.

Rasa nyeri dan sakit hati pun kian semakin menganga. Jelita kembali menangis dan mengetikkan pesan dengan tangan bergetar yang dibumbui tetesan air mata yang mulai berjatuhan di layar ponselnya.

Lita : Gue enggak selingkuh sama siapapun. Bahkan sama Bagus. Di sini gue benar-benar setia nunggu lo balik dari L.A. Sesuai janji kita berdua.

Lita : Mat, please bales chat gue. Setidaknya jika lo pengin pisah jangan begini caranya. Gue tunggu lo telepon.

Lita : Kalau emang lo enggak telepon gue anggap hubungan ini benar-benar berakhir.

Selesai mengetikkan itu Jelita langsung melemparkan ponselnya ke arah ranjang. Ia pun ikut menjatuhkan diri di atas ranjang dengan tubuhnya yang semakin lemas. Apalagi ini hubungan relationship pertama Jelita, dan hebatnya langsung mengalami patah hati separah ini. Rasa-rasanya Jelita tidak mau jatuh cinta kalau tahu patahnya akan sesakit ini.

Beberapa menit kemudian.

Tak lama pintu kos-nya terbuka dengan kasar, dan menampilkan sesosok Prita yang masih mengenakan piyama beserta sandal rumahan. Napasnya bahkan masih terdengar begitu memburu.

“Ta ….”

Kakinya mulai melangkah dan melihat Jelita yang sedang tiduran dengan posisi miring membuat Prita langsung menunduk. Matanya terkejut melihat Jelita yang sedang menangis. Buru-buru Prita langsung duduk di panggiran ranjang dan mengusap kepala Jelita lembut.

“Kenapa, hah? Lo kenapa, Ta? Cerita!” Prita merasa kesal sendiri. Setidaknya jika ia memiliki masalah dalam hidup pasti akan melampiaskan kesiapapun—termasuk ke asisten rumah tangga yang berada di rumahnya untuk diomeli habis-habisan agar merasa plong. Namun Jelita? Dia sosok yang suka memendam perasaan kepada siapapun. “Matheo, lagi?” tebak Prita.

Tidak mendapat jawaban membuat Prita mendesah kesal. Matanya menangkap ponsel Jelita yang menyala, dengan cepat Prita langsung mengambil dan membuka chat dari Matheo.

First Love : Enggak usah jadi cewek sok suci lo, Ta.

First Love : Dan, gue emang mau putus sama lo. Nyesel juga pernah suka sama cewek modelan kayak lo gitu. Murahan!

Firts Love : Kalau dipikir-pikir masih mendingan Shelka kemana-mana. Dia bisa jaga hati buat gue meski dulu gue brengsek ke dia.

First Love : Sedangkan lo? Sebelas duabelas kayak jalang.

Prita yang membaca langsung mengepalkan tangan kuat. Bahkan rahangnya sudah mengeras karena merasa sakit hati membaca pesan yang disampaikan oleh Matheo.

“Ada chat, ya?” tanya Jelita dengan suara yang begitu sengau.

Merasa kesal sendiri membuat Prita langsung melempar ponsel ke arah Jelita. Emosinya kini mulai naik ke atas ubun-ubun.

Dan melihat Jelita yang sedang membaca dan kembali menangis tergugu membuat Prita semakin naik pitam.

“Lo lihat, kan, Ta? Lihat kelakuan si Mamat tomat itu. Dia itu cowok brengsek! Enggak pantas buat princess kayak lo yang cantik. Lupain, Ta! Akhiri hubungan toxic ini yang menyiksa hati lo sendiri!” seru Prita lantang. Bahkan selesai mengatakan itu Prita ikut menangis hingga ia berjongkok saking merasakan sakit hatinya menjadi Jelita ketika dibanding-bandingkan dengan mantan pacar seperti itu.

“Sayangi hati lo, Ta! Dia hanya cowok bajingan yang emang pantas bersanding sama jalang! Lo harus bisa dapatkan cowok yang lebih dari dia, Ta. Buktikan kalau lo bisa!” Prita kembali memberikan semangatnya agar Jelita benar-benar lepas dari sosok Matheo.

Jelita masih terus menangis. Memegang dadanya yang terasa benar-benar sakit luar biasa. “Tapi gue enggak selingkuh sama Bagus, Prit. Kenapa dia bisa berkata seperti itu? Kenapa?”

Prita mulai berpikir keras. Mencerna ucapan Jelita barusan soal tuduhan Matheo kepadanya. “Gue yakin pasti ada orang yang sengaja mengadu domba lo sama Matheo. Enggak mungkin juga Matheo asal ngomong tanpa adanya sumber.” Prita yakin kalau ada orang yang mengendalikan pikiran Matheo. Sangat yakin.

“Tapi siapa? Gue enggak punya musuh selama ini.” Jelita pun mulai berpikir dan itu membuat kepalanya semakin sakit.

Prita hanya manggut-manggut sambil berpikir. “Kita cari tahu dalang semua ini. Lo tenang aja. Tapi saran gue tetap lo putus aja. Toxic banget cowok modelan kayak dia.” Prita mendengkus kesal jika teringat pesan chat yang dikirim Matheo.

“Apa Shelka?” ceplos Jelita mengeluarkan pendapatnya.

“Bisa jadi. Karena dia belum move on sama Matheo, kan?” dukung Prita selanjutnya. “Gue besok labrak itu anak. Lo tenang aja,” imbuh Prita, emosi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • METAMORFOSA-2 (DWILOGI)   Hello, Los Angeles

    Setelah mengalami perdebatan sengit dengan Bagus minggu lalu, hari ini Jelita mendatangi rumah keluarga Azekiel untuk memberikan kabar jika dirinya akan ikut ke Los Angeles. Apalagi setiap hari Shasa selalu menelepon dan membujuknya terus-terusan yang membuat Jelita merasa tidak enak sendiri.Hubungan dengan Bagus pun sedikit renggang akibat laki-laki itu yang melarang Jelita pulang ke kampung. Jika pun pulang, Bagus ingin ikut. Tapi, Jelita memberikan alasan yang begitu logis. Terlebih mereka belum memiliki ikatan tali pernikahan hingga sikap Bagus dianggap berlebihan oleh Jelita.Ting nong! Ting nong! Ting nong!Ceklek!“Eh Non Lita. Ayo masuk, Non,” sapa Bibi begitu ramah. “Ke sini sendirian aja, Non?”“Iya, Bi.”“Lama enggak pernah ketemu sama Non Lita semenjak Tuan Matheo ke Amerika. Gimana kabarnya?”“Baik kok, Bi. Tante Kaila ada?”“Ada dong. Beliau lagi di teras samping duduk sama Shasa lagi ngobrol. Ke sana saja langsung, Non.”Jelita mengangguk pelan dan berjalan menuju ke t

  • METAMORFOSA-2 (DWILOGI)   Maaf Gue Emang Bodoh!

    Saat ini Jelita sudah memutuskan apa yang akan dilakukannya nanti. Sepertinya ia akan memilih berbohong kepada Bagus. Entahlah apa yang dilakukan ini sudah benar atau belum. Yang pasti saat ini logikanya lebih kalah dari perasaan hatinya yang selalu teringat akan kondisi Matheo.“Lo yakin, Ta?” tanya Prita, mencoba menyakinkan.“Entah. Tapi hati gue menginginkan begitu, Prit. Maaf kalau sebagai sahabat gue bikin lo kecewa.” Jelita menatap Prita tidak enak hati karena memilih berbohong dan menerima ajakan dari keluarga Azekiel untuk pergi ke Amerika sana.Prita yang tidak tega melihat Jelita langsung memeluk sahabatnya itu. Bahkan Prita yang anti dipegang-pegang kini mengelus kepala Jelita lembut penuh kasih sayang.“Gapapa kok. Gue sebagai sahabat akan dukung lo apa adanya. Semisal memang ini keputusan yang membuat lo bahagia pasti akan gue dukung.”“Makasih banget.” Jelita kini semakin mengeratkan pelukannya dan menangis di bahu sahabatnya. “Pokoknya lo benar-benar sahabat terbaik gu

  • METAMORFOSA-2 (DWILOGI)   Mulai Muncul Kebohongan

    Setelah kepergian Melviano dari kos-an miliknya, Jelita merasa bimbang sendiri. Ia bergelut dengan pikirannya yang ruwet dan kusut.Pikirannya teringat akan janji-nya kepada Bagus untuk tidak berinteraksi dengan Bagus. Hingga Jelita merasa stress sendiri saat ini.“Harus gimana?” tanya Jelita kepada dirinya sendiri. “Om Melviano meminta secara langsung dan gue bingung cara menolaknya,” lanjutnya bergumam.Sampai akhirnya Jelita bergegas segera menuju ke dalam kamar kos-an miliknya. Jelita mencari ponsel untuk menghubungi Prita. Mencoba meminta pendapat dari sahabatnya itu.Untungnya sambungan telepon dari Jelita langsung diangkat oleh Prita hingga tidak membutuhkan waktu lama.“Hm, ada apa?”“Gue galau. Gue bingung. Gue keder!” cerocos Jelita to the point.“Galau kenapa, sih?!”“Tadi Om Melviano datang ke kos-an gue, Prit. Dia ngajakin ke Los Angeles liburan semester ini. Gue kudu gimana?” Jelita menggigit bibir bawahnya sendiri karena merasa resah juga stress.“Lah gitu aja lo keder.

  • METAMORFOSA-2 (DWILOGI)   Permintaan Keluarga Matheo Kepada Jelita

    Pagi-pagi sekali keluarga Azekiel semuanya sedang kumpul di ruang makan untuk melakukan sarapan bersama. Shasa seperti biasanya. Heboh dengan masalah kehidupan remajanya yang begitu penuh warna.Sedangkan untuk pasangan suami istri itu lebih banyak saling diam. Mendengarkan semua celotehan anak gadisnya.“Kenapa nomor Shasa centang satu doang kirim pesan sama Kak Lita, ya?” celetuk Shasa tiba-tiba membahas Jelita.Baik Melviano dan Kaila sama-sama saling menoleh dan bertatapan. Akan tetapi kedua orang itu memilih tetap diam karena sudah pasti Jelita menghindari keluarga Azekiel karena status hubungan yang dijalani dengan putranya tidak sebaik dulu.Namun melihat putranya yang tampak galau dan selalu membuat masalah di Los Angeles sana membuat sisi hati Melviano tergerak untuk mencoba menuruti keinginan dari putranya. Apalagi Matheo mengancam tidak akan meneruskan kuliah jika keinginannya tidak ditururi.“Kamu kapan mulai ujian semester, Sha?” tanya Melviano, mencoba membuka obrolan so

  • METAMORFOSA-2 (DWILOGI)   Menuruti Keinginan Matheo

    Mendapat kabar jika putranya di Amerika sana membuat masalah, tentu saja sebagai orangtua membuat Melviano bersikap cepat tanggap. Melviano meminta kepada Mikaila untuk mengurusi semua permasalahan soal putranya itu dengan pihak kampus.“Makanya kamu jangan terlalu kaku jadi orangtua, Mel!” omel Kaila kepada Melviano yang begitu otoriter.“Aku melakukan itu supaya anak kita bisa menjadi mandiri sekaligus memimpin perusahaan sayang.”“Halah! Tapi justru membuat Mamat depresi, ‘kan?” Kaila tidak mau kalah berdebat dengan sang suami. “Lagian nanti juga dia mikir kalau sudah dewasa. Maklumi saja jika dia memang lagi kasmaran. Kayak kamu enggak bucin aja dulu sama aku,” lanjut Kaila, menyindir Melviano dulu-nya.Tentu saja pria paruh baya itu hanya berdeham kecil saja. Lagipula sikap gengsi dari dulu sampai sekarang tidak pernah pudar. Justru semakin tinggi.Sampai akhirnya Melviano mengalah ketika dua perempuan yang sangat disayangi-nya ini bersatu. Kaila dan Mikaila. Kedua-nya sama-sama

  • METAMORFOSA-2 (DWILOGI)   Surat Panggilan Dari Kampus

    Mikaila merasa jika aksi membolos Matheo selama satu minggu ini benar-benar akan berdampak buruk. Pasalnya anak itu sudah mendapat surat peringatan. Jika besok masih dilakukan sudah pasti Matheo akan di D.O dari kampusnya.Merasa pusing dengan masalah yang dilakukan sang keponakan membuat Mikaila memutuskan untuk kembali mengomeli sang kakak melalui email. Bahkan surat panggilan dari kampus pun tidak lupa ikut dikirimkan ke alamat email Melviano.Lagipula salah siapa terlalu keras kepada anak. Alhasil begini jadinya. Bukannya semakin semangat belajar justru semakin amburadul.Drrt! Drrt! Drrt!Mikaila yang mendengar ponsel milik Matheo bergetar langsung mencari benda pipih itu. Tanpa sengaja Mikaila membaca isi pesan chat yang dikirimkan oleh Jessie.Jessie: Bagaimana kalau aku hamil, Matheo? Kau mau bertanggung jawab menikahiku, ‘kan?Satu masalah saja belum selesai. Ini bertambah satu masalah lagi yang membuat kepala Mikaila terasa ingin pecah. Padahal ia bukan orangtua kandungnya m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status