Seorang lelaki paruh baya tampak mondar-mandir di dalam kamarnya.Wajahnya kelihatan pucat dan gelisah setelah beberapa teror mulai diterimanya sejak hari di mana pembagian surat wasiat Adipati.*"Dan sebagai bukti rasa cintaku terhadap Rika dan juga Narendra, aku ingin kalian, terutama Samudra, melanjutkan kasus penyelidikanku yang sempat tertunda itu. Dawis akan membantu kalian karena dia yang mengetahui semuanya selama ini. Tangkap dan beri hukuman setimpal para manusia biadab yang sudah membunuh anak dan istriku. Maka setelah kasus ini selesai, kalian semua baru bisa menikmati bagian harta warisan yang sudah kusebutkan satu persatu tadi."*Itulah sederetan kalimat Adipati yang secara tidak langsung sudah membongkar fakta bahwa dirinya lah satu-satunya kaki tangan Adipati dalam menyelesaikan kasus kematian tragis yang dialami Rika dan Narendra berpuluh-puluh tahun silam.Dawis sadar betul, bahwa teror yang mulai diterimanya, pasti ada sangkut pautnya dengan kasus Rika dan juga Na
Posisi Dawis sudah benar-benar terjepit.Saat Alden memperdengarkan rekaman percakapannya dengan Talia di telepon tadi, Dawis sadar dunianya sudah hancur detik itu juga.Kejahatannya sudah terbongkar dan Dawis hanya bisa pasrah menerima nasibnya kelak yang pastinya akan berakhir di balik jeruji besi.Ternyata Alden sudah berkomplot dengan Sudirman untuk menjebaknya.Dan malam ini, Dawis berhasil menjadi sandra mereka setelah Dawis menyanggupi permintaan Alden untuk bertemu.Dengan posisinya yang terikat di atas kursi besi, Dawis tak sama sekali berontak apalagi berteriak meminta dilepaskan. Lelaki paruh baya itu hanya terdiam duduk dengan kepala menunduk lemah. Hadir beribu sesal dalam benak Dawis jika dia harus kembali mengingat semua kejahatan yang telah dia lakukan di masa lalu terhadap Rika dan Narendra.Sayangnya, semua sesal itu kini hanya menjadi sesuatu yang percuma karena tak mampu merubah apa pun."Kenapa kamu melakukan ini, Dawis? Ada hubungan apa di antara dirimu dengan Ta
Karena banyak hal yang memang harus diurus, alhasil, rencana untuk membawa Aisha, Angkasa juga Rika ke Jakarta mengalami kemunduran waktu hingga beberapa hari.Sebagai seorang lelaki, Gara memang tak pernah mengingkari ucapannya.Hari itu, di hari-hari akhir cutinya, Gara benar-benar membawa Aisha, Angkasa juga sang ibunda menuju Jakarta.Banyak persiapan dan perkiraan yang sudah Gara lakukan agar perjalanan mereka aman tanpa hambatan. Salah satunya, dengan meminta Aisha mengenakan cadar.Gara pikir, dengan cadar tersebut, keamanan diri Aisha akan lebih terjamin.Perjalanan mereka yang cukup panjang memang melelahkan. Malam hari tiba, Aisha dan Angkasa sudah tertidur lelap begitu pun Rika.Seharian ini, Rika terus saja mengoceh di dalam mobil dan bertanya, kemana sang anak akan membawanya pergi? Kenapa perjalanan mereka sangat lama?Hingga nama Adipati sesekali terlontar dari mulut renta Rika kala itu. Dan Gara, dengan segala ketabahannya, harus menjawab satu persatu pertanyaan sang I
"Dawis dan Talia adalah dalang dibalik kasus pembunuhan Rika dan Narendra, Gar. Dawis kini sudah aman dalam pengawasanku. Aku hanya perlu menyembunyikan fakta ini dari Samudra sementara waktu sampai pernikahan Airish dan Samudra berlangsung minggu depan. Setelah itu, kita akan membongkar semua kejahatan Dawis dan Talia di hadapan Samudra bersama-sama. Biarkan Samudra yang memutuskan kemudian,"*Itulah sederetan penjelasan yang Gara ketahui dari laporan Sudirman kemarin sebelum dirinya dan Aisha sampai di Jakarta.Awalnya, Gara merasa sangat syok mendengar bahwa Talia pun ikut terseret dalam kasus tersebut karena sejauh ini, Gara tak sama sekali mencurigai wanita itu. Gara hanya curiga pada Dawis usai Adipati mengumumkan surat wasiatnya hari itu. Hingga akhirnya tersusunlah rencana untuk menyadap ponsel Dawis melalui Alden.Kini, Gara sudah mendapatkan target balas dendam yang sebenar-benarnya, itulah sebabnya, Gara memutuskan untuk mempertemukan Samudra dan Aisha secepatnya.Pada akh
"Kamu yakin Mas, cara ini akan berhasil?" Tanya Senja pada sang suami saat Alden mengajaknya makan siang bersama di luar."Makanya aku ajak kamu, supaya kamu bisa melindungiku," balas Alden dengan perasaan cemas bercampur takut.Pasalnya, dia harus bersitatap dengan Samudra dan mengakui semua kejahatan yang sudah dia lakukan terhadap Aisha. Itulah sebabnya, Alden membawa serta Senja bersamanya.Hari itu, Alden mengajak sang istri untuk membuntuti aktifitas Samudra seharian. Dan saat siang hari Samudra tampak bertemu Airish di kantor untuk makan siang, Alden dan Senja langsung bergerak mengikuti kemana kendaraan Samudra melaju.Sesampainya mereka di sebuah pusat perbelanjaan elit di selatan kota Jakarta, Alden melihat Samudra dan Airish memasuki salah satu restaurant Jepang."Kamu sudah paham kan, apa yang harus kamu lakukan, Senja?" Ucap Alden saat keduanya berada di posisi aman untuk bersembunyi dari penglihatan Samudra dan Airish."Ya, Mas, aku paham kok. Cuma, aku khawatir Kak Sam
"BRENGSEK! BISA-BISANYA LO MEMFITNAH MAMA? HAH? LO PIKIR GUE BEGO BISA PERCAYA SAMA LO GITU AJA?"BUGH!Bogem mentah itu kembali menghantam wajah Alden yang sudah babak belur.Samudra yang kalap tak bisa dikendalikan, bahkan setelah beberapa security mall dan penjaga resto ikut turun tangan.Para pengunjung resto lari terbirit-birit meninggalkan resto saat Samudra memulai aksinya memukuli Alden kala itu.Bahkan perseteruan itu sukses meluluhlantahkan sebagian isi restoran Jepang tersebut."Ya ampun, Mas Alden!" Pekik Senja yang datang terlambat. Senja sudah salah perkiraan waktu dan tak menyangka jika hal buruk yang menimpa suaminya terjadi begitu cepat.Keterlambatan Senja kembali ke resto semua dikarenakan Airish yang terlalu lama memilih-milih tas tadi. Alhasil, Senja kini harus mendapati keadaan sang suami yang sudah babak belur akibat ulah sang kakak."Cukup, Kak! Cukup! Mas Alden bisa mati!" Teriak Senja saat itu. Aksi Samudra memukuli Alden sukses menarik perhatian orang banyak
Luka yang diderita Alden untungnya tidak terlalu parah.Alden hanya mengalami sebatas luka luar saja, sementara bagian dalam tubuhnya tak ada yang terdampak serius.Itulah sebabnya, Alden bisa langsung pulang usai luka-lukanya diobati.Saat itu, Alden masih berbaring di ruang UGD setelah mendapat sedikit luka jahit di dahinya, lelaki itu masih dalam pengaruh obat bius. Sementara Senja tampak duduk di bangku tunggu ruang UGD menunggu Airish yang sedang menebus obat.Akibat insiden pemukulan yang dilakukan Samudra terhadap suaminya di resto tadi, perut Senja sempat mengalami kontraksi kecil yang menyebabkan dirinya mengalami kram perut. Itulah sebabnya, Airish membantunya untuk menebus obat.Senja masih sibuk dengan ponselnya dan masih berbalas pesan dengan Jingga sang adik, saat seseorang tiba-tiba menyapanya."Senja? Kamu Senja, istrinya Alden, kan? Adiknya Samudra?" Sapa seorang lelaki berkemeja hitam, rambut klimis yang tersisir rapi dan wajah bersihnya yang tampak putih bersinar.S
Pagi yang cerah, keadaan jalan di Ibukota tampak ramai lancar.Di sebuah komplek perumahan elit yang berada di pusat Jakarta, kendaraan mewah Sudirman tampak terparkir di depan halaman sebuah rumah mewah yang dihuni oleh sepasang suami istri bernama Senja dan Alden.Setelah insiden pemukulan yang dilakukan Samudra terhadap Alden kemarin siang di salah satu restoran Jepang di kawasan Jakarta Selatan, Sudirman baru bisa menyempatkan waktunya menengok keadaan Alden pagi ini, sekalian dirinya berangkat ke kantor.Senja baru saja menyuguhkan secangkir teh manis hangat untuk sang tamu hingga setelahnya dia memberikan ruang bagi Sudirman dan Alden untuk bicara."Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Sudirman memulai percakapannya."Ya beginilah Om. Om bisa lihat sendiri, kan?" jawab Alden yang masih menyimpan sedikit amarah dalam nada bicaranya."Om tidak menyalahkan Samudra atas tindakannya. Om justru menyayangkan tindakanmu yang ceroboh, Alden," ucap Sudirman lagi.Alden mengesah pasrah, ke