Beranda / Horor / MISTERI TUSUK KONDE / PERINGATAN DAN PERTANDA KEMATIAN

Share

PERINGATAN DAN PERTANDA KEMATIAN

Penulis: Shintya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-03 14:47:46

Mereka berdua kembali duduk di kursi masing-masing. Tante Dewi langsung bertanya pada Nayla kenapa ia lama di toilet. Dengan alasan tiba-tiba kebelet, Tante Dewi pun percaya. Tanpa sepengetahuan Tante Dewi, Rahma dan Nayla saling berpandangan. 

Sekitar hampir setengah jam mereka menyelesaikan makan dan saling mengobrol tentang tes Nayla hari ini.

"Tante senang, akhirnya kamu berhasil meraih cita-cita kamu," ujar Tante Dewi.

"Terimakasih, Tante. Nayla juga sangat bersyukur. Enggak menyangka bisa keterima di bank ternama."

Setelah membayar, Dewi, Rahma, dan Nayla berjalan ke parkiran menuju mobil. Tante Dewi memberikan uang pada bapak tukang parkir yang sudah tua.

Namun, saat Nayla berjalan melewati bapak tua, tiba-tiba lengannya ditarik oleh bapak itu. Membuat Nayla langsung menoleh ke arah yang menariknya.

"Ada apa, Pak?" tanya Nayla.

"Hati-hati. Kamu selalu diikuti oleh dia!"

Pandangan mata bapak tukang parkir mengarah pada sesuatu. Nayla mengerutkan kening. Lalu mengikuti arah pandangannya.

"Sinden merah itu!" desis Nayla lirih namun masih bisa didengar oleh bapak tukang parkir.

"Apa kamu mengenalnya, Cah Ayu?"

"Tidak, Pak. Saya tidak kenal. Tapi dia selalu mengikuti saya."

"Kamu harus hati-hati. Dia bukan orang yang baik. Dia jahat! Pasti ada sesuatu yang ia inginkan dari kamu. Lebih baik cepat kembalikan benda itu, sebelum terjadi sesuatu," ucap bapak itu dengan tegas.

"Maksudnya bagaimana, Pak?" tanya Nayla yang masih belum paham.

Namun, belum sempat pertanyaan Nayla dijawab, Tante Dewi sudah menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Nayla menurutinya dan ia kembali duduk di belakang.

 Saat mobil Tante Dewi pergi meninggalkan restoran itu, tatapan mata bapak tukang parkir masih terus mengikuti Nayla dengan tajam. 

"Mbak Nay, Bapak itu kenapa sih? Kok lihatin kita kayak gitu?" celoteh Rahma.

"Biasa itu, sudah enggak apa-apa, Ma," jawab Tante Dewi langsung.

Dalam hati Nayla bersyukur dan merasa lega. Karena Tante Dewi tidak menanyainya dengan pertanyaan macam-macam. Malah cenderung tidak mencurigai Nayla. Ia masih bersyukur jika Dewi masih percaya padanya.  

Karena peringatan bapak tadi. Hati Nayla menjadi tidak tenang. Ia menjadi kepikiran dengan kata-kata bapak tua itu.

"Apa maksudnya ya, dia orang jahat? Ada sesuatu miliknya yang ada di aku. Tapi apa?" Nayla terus memikirkan kata-kata yang masih terngiang di kepalanya.

"Tusuk konde!" pekik Nayla.

"Apa Nay?" tanya Tante Dewi sesekali menoleh ke belakang sambil menyetir.

"Eh, enggak apa-apa, Tan," jawabnya gugup dan sengaja berbohong.

"Tadi Tante kayak dengar kamu ngomong sesuatu."

"Enggak kok, Tan. Nayla enggak ngomong apa-apa."

Karena jarak yang tak terlalu jauh, hanya beberapa menit, mobil Tante Dewi sampai di rumah. Nayla turun untuk membukakan pintu pagar. Lalu ia berjalan masuk ke dalam rumah.

"Kalian besok jadi pada berangkat pagi?" tanya Tante Dewi.

"Iya!" sahut mereka bersamaan.

"Ya sudah, besok Mama buatkan sarapan dulu untuk kalian. Oh ya, Nay, di kulkas ada susu steril kaleng. Kamu minum ya sebelum tidur. Biar besok medical check-up kamu lancar." Dewi mengingatkan.

"Iya, terimakasih, Tan."

"Sama-sama, Sayang. Jangan lupa di minum pokoknya. Ya sudah, kalian masuk kamar," suruh Dewi yang juga masuk ke dalam kamarnya.

Namun saat mereka akan masuk ke dalam kamar masing-masing. Tercium aroma busuk seperti bangkai kucing. Membuat ketiga perempuan itu menutup hidungnya.

"Bau apa ini?" 

Dewi mengurungkan niat untuk membuka pintu kamarnya. Ia berbalik badan, mendekati Nayla dan Rahma.

"Enggak tau, Ma. Perasaan rumah kita sudah bersih, Ma. Bi Yem tadi sudah bersih-bersih semua," jawab Rahma.

"Coba temanin mama ke dapur, Nak. Siapa tau ada bangkai di dapur pas kita tinggal keluar tadi," ajaknya pada Rahma.

Nayla hanya berdiri di depan pintu kamar sambil memperhatikan Tante Dewi dan Rahma. Hingga kedua matanya melihat sosok sinden merah yang berdiri di antara ruang makan dan dapur. Nayla terhenyak melihat sosoknya kali ini.

Ada seseorang yang sangat Nayla kenali tepat di belakang sinden merah tersebut.

Ketika Tante Dewi dan Rahma melewati ruang makan, sosok sinden merah itu bagai tertembus oleh Tante Dewi dan Rahma. Begitu juga sosok seseorang di belakang sinden merah yang sangat Nayla kenal.

"Mas Wisnu," desis Nayla lirih.

Nayla melihat Wisnu berada tepat di belakang sinden merah. Seolah ada tali pengikat di pergelangan Wisnu yang sangat transparan, tapi masih dapat terlihat oleh Nayla.

Wajah Wisnu tidak seperti biasanya. Begitu pucat dan tampak keriput. Kedua mata Wisnu meneteskan darah, Nayla masih berdiri di tempat. Dirinya terus memperhatikan kedua sosok yang di lihatnya. Sampai kedua sosok itu menghilang dalam sekejap mata.

"Mas Wisnu!" teriak Nayla. Tiba-tiba tubuhnya langsung ambruk ke lantai.

Tante Dewi dan Rahma yang sedang berada di dapur terkejut mendengar teriakan Nayla. Mereka berdua segera keluar dari dapur dan menghampiri keponakannya yang sudah menangis sambil terduduk di lantai.

"Loh, Nay, kamu kenapa ini?"

"Mbak Nay, kok duduk di lantai?"

Nayla tak menjawab satu pun pertanyaan dari Dewi atau pun Rahma. Kemudian wanita cantik penuh keibuan itu meminta tolong Rahma untuk membantu membawa Nayla ke kursi di ruang depan TV.

"Nay, kamu kenapa kok nangis sih?"

"Wisnu, Tante," jawab Nayla yang masih menangis. Anak dan ibu itu saling berpandangan.

"Kenapa Wisnu? Kalian berdua ada masalah?"

"Enggak, Tante." Nayla menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa kamu nangis, Nay?" tanya Dewi menatap wajah Nayla lekat-lekat.

Nayla masih terdiam. Ia seperti sedang berpikir. Jika ia mengatakan yang sejujurnya kepala Tante Dewi, pasti Nayla akan dimarahin oleh tantenya itu kalau ia sudah berbohong tentang menemukan benda yang bukan miliknya.

"Nay cuma kangen sama Mas Wisnu, Tante," jawab Nayla yang lagi-lagi berbohong.

"Ya ampun, Nay. Tante kira kamu kenapa. Sampe nangis di lantai." Tante Dewi menepuk jidatnya sendiri dan tertawa.

"Sekarang hapus air mata kamu. Sana kamu ke kamar, telfon Mas Wisnu biar rasa kangenmu agak berkurang," suruh Dewi sambil menghapus air mata di pipi Nayla.

"Baik, Tante, Nayla ke kamar dulu "

Saat Nayla berdiri. Tante Dewi menahan tangan Nayla. Sehingga Nayla menoleh pada wanita lembut itu.

"Ini susu buat kamu, jangan lupa diminum ya, Nay." Dewi memberikan susu steril kaleng pada Nayla yang tadi diambilnya di kulkas saat berada di dapur.

"Terimakasih banyak, Tan. Nanti pasti Nayla minum sebelum tidur. Nayla masuk ke kamar dulu, Tante. Selamat malam," ucap Nayla.

"Iya sayang, selamat malam," balas Dewi sambil memeluk Nayla.

"Good night, Mbak!" sahut Rahma sambil tersenyum lebar. Memperlihatkan deretan gigi Rahma yang putih bersih.

"Good night too, Ma."

Nayla berjalan meninggalkan Tante Dewi dan Rahma yang masih duduk di ruang TV. Saat ia akan membuka pintu kamar. Nayla sejenak menoleh ke ruang dapur dan ruang makan. Nayla masih terbayang sosok sinden dan Wisnu yang sangat menyeramkan bagi Nayla.

"Pasti Mbak Nayla tadi berbohong soal kangen dengan Mas Wisnu. Ini pasti ada hubungannya dengan sosok sinden dan tusuk konde yang dimiliki Mbak Nay." kata Rahma dalam benaknya.

Bersambung

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MISTERI TUSUK KONDE   GANGGUAN KUSUMAWARDHANI 1

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit. Setelah membayar taxi online, Nayla dan Rasti langsung berlari masuk ke dalam gedung yang cukup mewah di mana mereka mengikuti training. Sepatu pantofel hitam dengan heels 3 cm yang mereka pakai sangat tak nyaman digunakan berlari. Tapi karna takut terlambat, mau tak mau Nayla dan Rasti berlari walau harus pandai-pandai menjaga keseimbangan badannya. "Nay, benerin dulu rambut kamu. Berantakan tuh!""Oh ya!" Nayla langsung membenarkan helai rambut yang keluar dan menggulung rambutnya dengan rapi. Tak lupa mereka berdua saling mengingatkan dan mengamati penampilan satu sama lain. Sampai di depan resepsionis. Nayla dan Angel menunjukkan kartu anggota training. Setelah mendapatkan jadwal dan di mana ruangan mereka hari itu, dengan berjalan cepat keduanya segera menuju ruangan yang berada di lantai 5.Lift pagi itu terlihat tak terlalu banyak orang. Tanpa berpikir macam-macam keduanya langsung masuk. Apalagi saat Nayla mel

  • MISTERI TUSUK KONDE   BANGKAI BURUNG YANG HIDUP LAGI

    "Terimakasih, Bu. Rejeki pagi-pagi," ujar satpam budi kegirangan. "Mau di kubur di mana, Bu?""Terserah, Pak. Asal jangan di sini.""Oh baik, Bu."Setelah Tante Dewi mengunci semua pintu rumah. Satpam Budi yang masih berada di rumah itu sedang mencari sebuah kantong keresek. Dimasukkan bangkai itu ke dalam kantong. Ketika akan keluar dari rumah, Budi kembali menoleh ke belakang. "Lagi ada saudaranya ya,Bu di rumah?" tanya tiba-tiba satpam Budi. "Hah? Enggak ada saudara, Pak," jawab Tante Dewi sambil menoleh ke belakang. Tak hanya Tante Dewi. Nayla dan Rahma pun juga ikut menoleh melihat ke arah yang di lihat satpam tersebut. "Itu ada perempuan, Bu sedang melihat ke sini.""Haaah?" Tante Dewi, Rahma dan Nayla hanya bisa mengangnga kaget. Kecuali Rasti. Gadis itu seperti melihat seseorang di dalam rumah. Menyadari matahari yang semakin tinggi, Tante Dewi menyuruh anak dan keponakannya itu untuk segera berangkat agar tidak terlambat. Begitu juga si satpam yang sudah berhasil mend

  • MISTERI TUSUK KONDE   BANGKAI BURUNG DI DEPAN RUMAH

    Dan karena rasa ngantuk, tak terasa mereka semua tertidur dengan berdempetan di kasur. Tetapi Nayla dan Rasti tertidur di karpet lantai. Sinar matahari pagi menembus sela-sela jendela. Tante Dewi terbangun sambil mengucek kedua matanya. Ia terkejut saat melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Buru-buru wanita itu membangunkan Nayla, Rasti dan Rahma. "Ayo bangun! Bangun Rahma, Nayla, Rasti. Sudah pagi. Kalian terlambat nanti!"Tampak Nayla yang terlebih dahulu mulai menggerakkan badannya."Jam berapa ini, Te?" tanya Nayla sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. "Hah? Kesiangan ini, Te!""Makanya! Cepet kamu bantu Tante bangunin mereka!"Tiga puluh menit kemudian. Di ruang tamu, semuanya sudah tampak rapi dengan pakaian yang mereka kenakan. Karena mereka semua bangun kesiangan pagi itu semuanya berangkat tanpa sarapan."Kalian udah siap semua? Rahma kamu nanti pulang jam berapa?" tanya Tante Dewi."Jam lima Ma, bisa juga lebih. Soalnya ada kerja kelompok nanti d

  • MISTERI TUSUK KONDE   SUARA RINTIHAN POCONG DANO

    "Tumbal para laki-laki, Mbak?" celetuk Rahma. "Iya benar." Wajah Nayla tertunduk dan berubah sedih. Dia teringat akan Wisnu sang pujaan hati yang sudah meninggal. Nayla masih sangat menyesal dan masih belum bisa maafkan dirinya sendiri atas kematian sang kekasih. Seandainya Nayla tak menemukan dan mengambil tusuk konde itu, mungkin saat ini dia masih bisa bersama Wisnu dan tak dihantui seperti ini. "Ras, kayaknya aku tau siapa pocong itu." Tiba-tiba Nayla mengangkat kepalanya dan menatap Rasti di samping. Kedua bola mata mereka saling beradu pandang."Siapa?"Semua yang ada di ruangan saat itu menatap ke arah Nayla dengan tajam. "Dano!""Siapa Dano itu, Mbak?"Rasti memicingkan mata kanannya. Mencoba mengingat-ingat siapa nama yang disebut Nayla."Oh! Dia korban yang belum lama ini?" cetus Rasti. Dengan cepat kepala Nayla mengangguk beberapa kali."Maksudnya gimana, Nay?" tanya Tante Dewi yang tak mengerti apa yang dibicarakan keponakannya itu. "Jadi saat Nayla dan Angel akan k

  • MISTERI TUSUK KONDE   PENAMPAKAN SOSOK POCONG

    "Oh ya kamu kok belum tidur?" tanya Dion. "Iya Rasti tadi lihat penampakan pocong.""Pocong! Kok bisa?""Gak tau. Tapi sepertinya pocong itu adalah tumbal dari tusuk konde ini, Yon.""Gila! Tusuk konde itu harus benar-benar di musnahkan. Sebelum makin banyak korban.""Iya. Eh, lanjut besok ya, Yon. Kasihan Rasti, aku harus temenin dia dulu.""Oke."Telepon pun terputus. Dion kembali berbaring di kasur, sampai akhirnya kedua matanya pun dapat terpejam dan Dion terlelap dalam tidurnya. Sementari itu di rumah Tante Dewi.Semuanya jadi terbangun karena teriakan Rasti. Mereka duduk di ruang tamu. Selesai telepon, Nayla kembali ke ruang tamu sambil membawa segelas air untuk temannya itu. "Minum dulu, Ras." "Makasih, Nay.""Memangnya tadi apa yang membuat kamu teriak, Nduk?" tanya Tante Dewi lembut. Rasti terdiam beberapa saat, sampai Nayla menyenggol lengannya. Membuat Rasti gelagapan. "Kok diam? ditanya Tante, Ras!""Oh maaf, Tante." Rasti memalingkan pandangannya pada kamar Nayla.

  • MISTERI TUSUK KONDE   DARAH DI FOTO

    Tangannya sibuk mengeluarkan satu per satu barang yang ada di dalam laci tersebut. Sampai raut wajah Dion berubah melihat sebuah foto usang yang masih hitam putih. "Ini yang aku cari. Ini foto aku saat aku umur 5 tahun. Dan ini Mas Agung, lalu perempuan ini." Kalimatnya terhenti. Dion duduk di pinggir ranjang. Foto usang itu masih di lihatnya dengan serius. Dahinya mengerut mencoba mengingat-ingat kejadian yang telah lama terjadi. "Perempuan ini yang namanya Mawar, gadis yang dicintai Mas Agung, tapi enggak mendapat restu Mama Papa."Lalu Dion membalik foto usang itu. Tepat di pojok kanan bawah terdapat sebuah tulisan yang tintanya hampir pudar. Dion pun mencoba mengeja tulisan yang samar tersebut."Wo ... no ... giri?""Apa desa Nayla di Wonogiri ya? Kalau bener, bisa jadi sinden merah yang mengikuti Nayla adalah Mawar yang dulu pernah dicintai Mas Agung."Dengan cepat Dion langsung membereskan semua pakaian dan barang-barang miliknya. Semuanya dia kembalikan ke dalam lemari. Men

  • MISTERI TUSUK KONDE   PENAMPAKAN YANG MENYERAMKAN

    Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Rahma, Rasti, Nayla dan Tante Dewi masih berkumpul di ruang tv. Terdengar suara tawa mereka yang memecah keheningan malam. Acara komedi tersebut membuat Nayla dan Rasti merasa terhibur. Setelah acara pun selesai. Tante Dewi menyuruh mereka bertiga untuk langsung masuk ke dalam kamar dan tidur. Agar besok kembali segar saat beraktivitas. Rasti mengikuti langkah Nayla menuju kamar. Saat itu pandangan mata Rasti tak sengaja melihat ke arah jendela yang tirainya belum tertutup. "Nay, itu tirainya belum di tutup!""Oh ya, lupa kali Tante Dewi. Aku tutup dulu deh!" Nayla berjalan ke arah jendela sambil menyisir rambutnya dengan jari tangan. Sementara itu Rasti masih berdiri di depan pintu kamar Nayla. Matanya masih menatap ke arah Nayla yang kini sudah berada di depan jendela. Nayla menarik pengait tirai. Tiba-tiba Rasti terkejut bahkan hampir teriak. Namun buru-buru Rasti menutup mulutnya dan menyembunyikan rasa kagetnya. Rasti tak mau kalau jeri

  • MISTERI TUSUK KONDE   SIAPA MAWAR?

    Perempuan itu pun terjatuh ke tanah. Kedua kakinya seperti tak mampu menopang tubuhnya sendiri. Tatapan matanya masih melihat punggung laki-laki yang baru saja meninggalkan dirinya. "Kenapa kamu tega, Mas." Dion hanya terdiam. Ia merasa kasihan pada perempuan yang tak dikenalnya itu. Walaupun ia tak tahu persis apa yang terjadi, namun ia juga membenarkan apa yang dikatakan perempuan itu pada Kakaknya. Hingga Dion mendengar suara yang tak asing baginya. Ia merasa tubuhnya seperti sedang digoyang-goyang. Sampai dirinya mulai terbangun. "Nak, kamu kenapa? Kenapa bisa di sini?" Dion tersentak kaget. Hingga membuat wanita setengah baya yang memakai baju tidur itu juga ikut kaget."Mama!""Kamu kenapa, hah?""Ehh ... "Dion menoleh ke kanan dan ke kiri. Membuat Mamanya makin keheranan dengan kelakuan anak laki-lakiny itu."Cari siapa?""Anuu ... Ini di rumah, Ma?""Loh iya! Ini di rumah. Emang kamu kira di mana? Di hutan?!"Dion hanya terdiam sambil celingukan. "Dion! Kamu kenapa sih?

  • MISTERI TUSUK KONDE   PERTENGKARAN AGUNG DENGAN MAWAR

    Melihat gelagat Dion yang aneh, Mas Agung kembali bertanya. Hingga membuat Mama Dion juga ikut penasaran."Kenapa? Ada apa di depan?""Enggak, Mas.""Tapi wajah kamu kok kayak habis lihat setan?" Dion terhenyak dengan kalimat kakaknya itu. 'Iya, dia sinden tusuk konde itu. Sinden yang mengikuti Nayla. Tapi kenapa dia sekarang juga mengikuti aku? Padahal aku belum berbuat apa-apa,' batin Dion sendiri. "Dion!" panggil sang Mama yang sedang berjalan mendekati putra bungsunya. Wanita itu sedikit melongok keluar. Pintu yang mau ditutup Dion dibuka oleh Mamanya. "Enggak ada orang Dion. Siapa yang kamu lihat?""Memang gak ada, Ma. Ya sudah ayo masuk, Ma, udah malem." Dion langsung memeluk Mamanya dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.Setelah mengantar sang Mama ke dalam kamar. Dion berniat untuk ke kamarnya yang berada di lantai dua.Baru menaiki beberapa anak tangga, Dion melihat sekelebat bayangan dari arah dapur yang lampunya sudah dimatikan. Sejenak Dion menghentikan langkahnya. Di

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status