Rumah nomer Tujuh

Rumah nomer Tujuh

last updateHuling Na-update : 2025-07-22
By:  Kelaras ijo In-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
15Mga Kabanata
7views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Bertahun-tahun lalu, keluarga Pratama dibantai secara misterius di rumah besar mereka yang terletak di ujung gang. Mayat-mayat ditemukan seminggu kemudian—satu di kamar, satu di kamar mandi, dan dua lainnya tergeletak saling berpelukan di kamar utama. Kasus itu tak pernah terpecahkan. Rumah nomor tujuh dibiarkan kosong. Membusuk dalam sunyi. Hingga waktu perlahan menghapus ingatan warga… Tapi kejahatan tidak mati. Empat mahasiswa—dua di antaranya kakak beradik—menyewa rumah itu karena harganya murah. Mereka menganggap cerita seram sebagai bualan orang tua. Namun suara air tetes dari langit-langit, bau busuk yang tak pernah hilang, dan tangisan bocah tengah malam... menjadi sinyal pertama. Rumah ini tidak sekadar berhantu. Ia menyimpan kutukan. Dan rumah ini... tidak membiarkan siapa pun pergi tanpa membayar.

view more

Kabanata 1

Malam Terakhir di Rumah Itu

Hujan deras mengguyur kota kecil itu sejak sore. Di ujung gang buntu yang sepi dan gelap, berdiri sebuah rumah besar bernomor tujuh. Tampilannya megah, pintunya kokoh, dan cat temboknya masih bersih seperti baru direnovasi.

Rumah milik keluarga Pratama.

Mereka baru dua tahun tinggal di sana. Keluarga harmonis yang datang dari Jakarta, pindah demi ketenangan. Tapi malam ini... semua berubah.

---

Di dalam kamar lantai bawah, Natasya sedang berbaring di ranjang. Umurnya delapan belas tahun, baru lulus SMA. Tubuhnya dibalut singlet dan celana pendek. Rambutnya masih lembab, bekas keramas.

Hujan di luar membuat malam terasa tenang. Ia memakai headset, mendengarkan lagu sambil melihat ponsel.

Samar, ia dengar suara "klik..."

Seperti suara gagang pintu belakang yang dibuka.

Ia melepas headset. Menoleh ke jendela. Gelap.

“Ma?” panggilnya pelan.

Tak ada jawaban.

---

Di lantai atas, Pak Pratama sedang menyimpan map kerja ke lemari. Di ranjang, istrinya sedang menidurkan Kevin, anak bungsu mereka yang baru kelas satu SD.

“Ayah, dengar suara tadi?” tanya istrinya pelan.

Pak Pratama diam sejenak. “Kayak... pintu belakang?” gumamnya.

Mereka saling tatap.

---

01.39 WIB

Tiga pria berpakaian hitam, wajah tertutup, telah masuk dari pintu dapur. Gerakan mereka cepat dan tenang, seperti sudah tahu seluk-beluk rumah ini. Salah satu dari mereka memegang linggis, satunya golok pendek.

Mereka langsung berpencar.

Satu naik ke atas.

Satu tetap di bawah, menuju kamar Natasya.

Satunya berjaga di ruang tamu.

---

Natasya membuka pintu kamarnya pelan. Lorong gelap. Lampu mati. Dia mengira listrik padam karena hujan.

Tapi suara langkah berat dari arah dapur membuatnya membeku.

Terlambat.

Pintu kamarnya didorong keras dari luar.

“BRAK!!”

Seseorang masuk. Bertopeng. Nafasnya berat. Mata mereka bertemu.

“SIAPA KAMU!?” Natasya mundur, gemetar.

Pria itu tak menjawab. Ia hanya melangkah cepat, lalu...

“DUK!!”

Natasya dipukul dengan gagang senjata. Tubuhnya ambruk ke lantai. Pingsan.

Perampok itu menatap tubuh Natasya beberapa detik. Tangannya gemetar... seperti ingin melakukan sesuatu yang lebih. Tapi...

Dari atas terdengar suara gaduh.

“Woy! Cepetan! Yang di atas ngelawan!”

Pria itu mendengus, lalu pergi meninggalkan Natasya yang tergeletak tak sadarkan diri.

---

Di kamar utama, Pak Pratama berlumuran darah. Kepalanya dipukul beberapa kali, namun ia masih sadar. Ia melindungi tubuh istrinya yang ketakutan.

“Ambil aja semuanya, jangan sakiti istri saya… anak-anak saya…” katanya lirih.

Salah satu perampok membentak, “DIEM! GAK ADA YANG SURUH NGOMONG!”

Mereka menarik Bu Pratama, membantingnya ke lantai, mengambil perhiasan, lalu membungkus barang-barang dengan tas besar.

“Anak perempuannya di bawah. Gua udah lumpuhin. Cek kamar satu lagi.”

Tujuh hari berlalu.

Gang itu mulai bertanya-tanya. Kenapa rumah nomor tujuh tak lagi terdengar suara musik, atau tawa anak kecil bermain sepeda? Tapi karena keluarga Pratama dikenal tertutup, tak ada yang berani benar-benar mengetuk.

Sampai akhirnya...

Pak Harto, petugas kebersihan keliling, lewat di depan rumah itu pagi hari. Ia menutupi hidungnya.

Ada bau busuk menyengat yang keluar dari dalam pagar rumah. Bukan bau sampah biasa. Tapi bau kematian.

“Buset... bau apaan ini…”

Ia coba mendekat. Menjenguk dari celah pagar.

Semak-semak di taman sudah mulai liar. Daun-daun kering mengotori teras. Tapi yang paling mencolok...

jendela kamar depan terbuka sedikit, dan dari dalam, ada lalat beterbangan keluar.

Pak Harto langsung lapor ke ketua RT. Polisi datang tak lama kemudian.

---

Saat pintu rumah dibuka paksa...

Bau busuk menyambut mereka seperti kabut pekat.

Polisi menutup hidung dengan masker medis. Beberapa bahkan muntah. Mereka masuk dengan hati-hati.

Di kamar bawah, mereka menemukan mayat Natasya, tergeletak membusuk di dekat ranjang. Wajahnya lebam. Matanya terbuka, seolah meninggal dalam ketakutan luar biasa.

Di kamar mandi, mayat Kevin, mengambang di bak yang airnya sudah menghitam, penuh belatung. Boneka beruangnya mengapung di sampingnya, masih utuh, tapi dipenuhi jamur.

Dan di kamar utama…

Pak Pratama dan istrinya ditemukan dalam keadaan terpeluk, di pojok ruangan.

Tubuh mereka membiru. Luka memar dan darah mengering di dinding.

Kamar berantakan, seperti medan perang kecil. Ada bercak lumpur dan sidik jari di mana-mana, tapi tidak satu pun mengarah ke identitas pelaku.

---

Berita menyebar cepat.

Media menyebutnya:

> “Pembantaian Misterius Keluarga Pratama: Rumah Nomor Tujuh Jadi TKP Mengerikan.”

Orang-orang di sekitar gang mulai menghindari rumah itu. Bahkan anak-anak kecil dilarang lewat depan gerbangnya.

Karena sejak kejadian itu, warga sering mendengar suara tangisan anak kecil dari dalam rumah saat tengah malam.

Dan kadang...

Ada bayangan berdiri di balik jendela kamar bawah.

Rumah nomor tujuh dibiarkan kosong.

Tak pernah disentuh.

Hingga bertahun-tahun kemudian...

Seseorang datang dan menyewanya..

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
15 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status