Share

Dendang doa Ning Sol

“Hai para manusia diamlah tenang saja di tempat kalian berdiri dan jangan bergerak. Kami adalah para manusia serigala dan kami lapar melihat kalian,” suara teramat berat dengan lenguh embusan nafas menjijikkan. 

Dari moncong bibirnya keluar lendir-lendir bercampur sisa darah dari jantung-jantung manusia yang mereka makan. Matanya seakan melotot ingin keluar dari tempatnya sangat mengerikan. 

Panglima manusia serigala itu terus berjalan mendekat ke arah kami. Kami yang berkerumun di depan rumah Mas Lurah yang terkapar tak berbentuk berkalang lumpur dan tanah. Kami tak mampu bergerak menjalar ketakutan hebat di setiap badan kami. 

Kami tahu akan kematian sebentar lagi, tetapi kami tak mampu berlari menyelamatkan diri. Seperti ada rantai besi teramat kuat membelenggu kaki-kaki kami. 

“Oek, oek, cup tenang putraku sayang jangan menangis di gendongan Ibu. Tenanglah putraku dan ingatlah hari ini bahwa kekasihku adalah ayahm

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status