Aku belajar dengan giat untuk mencapai nilai tertinggi agar bisa masuk ke fakultas impian ku. Eh tunggu dulu...
Semenjak aku melihat Mr.ice di kampus yang sama dengan kak Leo, haluanku jadi berubah. Kalian sudah pasti bisa menebak kemana haluanku sekarang.Ya, aku tak lagi ingin masuk ke fakultas impianku. Melainkan berpindah haluan ingin masuk ke fakultas di mana Mr. ice berada. Agak konyol memang, tapi ya... mendapatkan cinta Mr. ice merupakan impian ku juga bukan? Bukan kah mimpi harus di kejar? Aku tidak salah bukan? HihihiMemikirkan menjadi kekasih Mr. Ice... ahh... membuat hatiku lemas. Aku tak sabar menantikan hal itu. Dan aku harus mengalami hal yang membahagiakan itu. Harus...!!!!Hingga aku bertekad, akan masuk ke kampus itu. Karena itu langkah awal ku untuk lebih dekat dengan nya.Hari ini adalah hari kelulusan ku, dan yeahh... sudah ku tebak! Aku Lulus dengan nilai terbaik. Bukan nya sombong, tapi otakku lumayan lah... Hihihi...Dan kini, aku berada di hadapan keluargaku. Ada mommy dan Dady, tak ketinggalan kakak semata wayangku Kak Leo. Mereka bertiga duduk di hadapan ku saat ini. Wahh aku merasa sedang di sidang. Bagaimana tidak, mereka memasang wajah yang kurang bersahabat. Tak ada senyum apalagi tawa. Membuatku makin tegang dan ragu untuk mengutarakan keinginanku.Aku menarik nafas sejenak, lalu membuang nya perlahan. Ya menarik nafas nya sebentar saja ya. Kalau lama-lama dan nggak di buang, bisa meninggal deh. Hehehhe .. kembali ke laptop. Eh kembali kepada tiga orang di hadapanku.Ketiganya memandang ku dengan sejuta pertanyaan yang tersimpan di kepala mereka. Terkadang mereka saling pandang, sama-sama bingung karena permintaan ku yang meminta mereka untuk berkumpul."Ada apa Alexa? kenapa kamu mengumpulkan kita disini?" Tanya Daddy yang sudah tidak sabar.Mommy dan kak Leo pun ikut mengangguk membenarkan.Aku meremas kedua tanganku, gugup belum juga mau pergi dariku. Ingin rasa nya ku usir saja dia yang tanpa permisi menyergapku. Huuhhh... kembali ku tarik nafas, dan ku buang. Tanpa mengucapkan satu kalimat pun. Membuat mereka bertiga kesal."Kalau nggak ada yang penting, mending kakak pergi. Temen kakak udah nungguin." Kak Leo mulai berdiri,"Tunggu ...!!" Cegah ku. Hingga kak Leo kembali duduk dengan malas."Sabar dong kak," Bujuk ku seraya tersenyum manis. Kak Leo hanya memutar bola matanya."Tunggu Alexa ngomong dulu Leo, kasihan kan." Mommy membela ku. Aku pun memberi kan sun jauh untuk mommy. Sedangkan mommy hanya tersenyum penuh kelembutan padaku."Anu jadi gini." Aku menggaruk kepala ku yang tiba-tiba gatal."Anu apaan?" Kak Leo mendelik."Haisshh, sabar kenapa?""Nyebelin..!!""Kakak tuh yang nyebelin..!!" Ucap ku tak mau kalah."Dih ini anak.""Leo..." Suara mommy menengahi.Aku menjulurkan lidah ku mengejek kak Leo. Membuat nya semakin geram padaku."Alexa, kamu mau membicarakan apa ?" Kali ini mommy yang bertanya.Aku kembali menarik nafas, menghembuskan nya perlahan."Alexa mau kuliah di kampus kak Leo." Ucap ku seraya memejamkan mata."APAA..!!" Ketiganya pun berteriak berbarengan, seperti dugaanku. Aku menutup telinga karena suara mereka sangat memekikkan telinga menurutku."Nggak usah teriak kenapa?" Tanyakut tanpa dosa."Kamu amnesia?" Tanya kak Leo tak percaya.
"Abis kepentok dimana?" Daddy ikut menimpali."Sayang, kamu nggak habis kepentok kan?" Mommy mendekati ku, memegang kening ku yang tidak panas."Kamu sakit?" Tanya mommy masih tak percaya."Astaga... " Erang ku frustasi."I'm fine, oke? Alexa nggak amnesia. Nggak kepentok dan nggak sakit juga." Aku memutar bola mata ku melihat reaksi berlebihan dari mereka bertiga."Lalu?" Ketiganya kembali kompak mengucapkan satu kata itu."Lalu? ya Alexa cuma ingin kuliah di kampus yang sama kakak Leo aja. Nggak lebih." Ujarku memberi alasan."Nggak percaya." Ucap kak Leo dengan bibir khas mencibirku."Ya udah kalo nggak percaya." Ujar ku cuek."Kamu yakin sayang?" Tanya mommy seraya melirik ke arah Daddy."Iya mom, Alexa yakin seratus persen." Aku mengangguk dengan pasti dan sangat yakin dengan segala keputusan ku."Hilihh... kemaren kakak ajakin nggak mau. Sekarang semangat banget mau masuk kesana?" Cibir kak Leo."Suka suka dong." Sahut ku tak mau kalah."Dihh, nyebelin ini anak." Kak Leo menjitak kepalaku."Aww .. sakit kak !!" Protesku tak terima."Jangan-jangan kamu naksir cowok yang ada di kampus kakak ya?" Tuding kak Leo langsung kena sasaran. Ia mendekati ku seraya memicingkan matanya curiga.Begitupun mom dan daddy yang juga menatap ku dengan beribu tanda tanya.Mampus aku. Jeritku dalam hatiBlusshh... pipi ku merona bak tomat. Aku bagai ketahuan mencuri, dan sedang di sidang. Oh my God .. Aku harus jawab apa??Nggak mungkin kan aku mengakui semua motifku untuk masuk ke kampus itu? Mengakui semua kegiatan rahasia ku yang sedikit gila, eh bukan sedikit sih.Ralat ..!! Memang gila.
Otak ku berputar, ku paksa bekerja untuk mencari alasan. Tidak perduli otak ku sedang lelah atau tidak. Yang pasti aku harus keluar dari situasi mengerikan ini."Kakak apaan sih? mana mungkin Alexa suka sama cowok yang ada disana. Kenal aja nggak." Akhirnya alasan klise yang ku lontarkan demi menyelamatkan hidupku saat ini."Benaran?" Kak Leo masih menatapku dengan curiga."Benar kakak ku sayang.""Awas kalau bohong." Ujar nya seraya mengacak rambutku."Iyaaaa.." Teriak ku seraya menata rambut panjangku yang sudah tak berbentuk. Ku manyun kan bibir sebagai aksi protes atas apa yang telah kak Leo lakukan barusan."Ya udah, kakak mau pergi dulu.""Kemana?" Tanya mommy dan daddy berbarengan. Aku pun hanya menyimak tak ikut menyahut."Biasa mom, dad. Malmingan.. " Ujar kak Leo enteng."Pulang jangan malam-malam." Ujar mommy dengan sedikit khawatir."Siap bos." Ujar kak Leo seraya meletakkan tangan di dahi layak nya hormat bendera."Bagi duit dong." Kini dengan tatapan puppy eyes nya kepada mommy."Hilih, duit masih minta sama mommy aja dah gaya ngajakin pacar malmingan." Celetuk ku membuat kak Leo melotot seketika."Diem, anak kecil tau apa?" Telunjuk tangan nya di letakkan pada bibir seraya melotot."Leo nggak punya pacar mom, cuma mau kumpul sama teman saja." Imbuh Leo."Kok nggak percaya ya." Daddy menimpali. Aku pun tertawa jahat karena mendapat dukungan dari Daddy."Biarin aja Dad, namanya anak muda." Mommy membela kak Leo, sehingga kak Leo melompat kegirangan dan mendaratkan kecupan di pucuk kepala mommy tanda terima kasih."Terimakasih mom.""Iya, nanti mom transfer." Ujar mommy tersenyum.Aku dan daddy pun hanya menggeleng kan kepala. Melihat tingkah kedua nya.Hingga beberapa detik kemudian kak Leo pamit pergi dengan motor sport kesayangan nya. Aku pun pamit untuk ke kamarku, apalagi yang aku lakukan malam minggu begini kalau tidak membaca novel atau menonton drama Korea kesukaanku. Nasib jomblo ya begini. Malam minggu kelabu. Menyedihkan.Ku harap suatu hari nanti, aku bisa bersama Mr. ice menikmati malam minggu bersama, ahhh membayangkan nya saja sangat menyenangkan. Apalagi jika semua itu menjadi nyata. Aku harus mengalami hal membahagiakan itu. Harus.Aku dan Jin pergi lagi, kali ini pergi ke Taman ria. Aku ingin menepati janji yang ku ingkari tempo hari.Kami pergi ke taman Ria yang paling terkenal di kota ini. Taman yang di minati banyak orang, bahkan ada juga yang datang dari luar kota. Mulai dari taman, kolam renang arus, sampai berbagai wahana segala rupa memiliki daya tarik masing-masing bagi setiap pengunjung. Tempat ini menarik bayaran yang cukup mahal, namun tak sedikit orang yang datang.Kami bermain dan berenang bersama, tertawa dan menaiki wahana sampai rasanya ingin muntah. Yang paling seru adalah rollercoaster, permainan itu membuat jantungku terasa ingin lompat dari tempatnya. Hampir semua orang berteriak dan menjerit. Bahkan ada juga yang sampai menangis dan memohon untuk di turunkan.Aku dan Andy duduk bersebelahan, saling memejamkan mata karena takut. Kami sama-sama menjerit ketika rollercoaster itu bergerak dengan cepat, aku berdo’a dalam hati. Jika terjadi kecelakaan, pasti aku sangat menyesal. Dan yang paling a
Aku dan Jin menghabiskan waktu bersama hingga malam. Hanya sekedar bercerita di bawah pohon sebuah taman kota. Duduk berdua di bangku panjang dengan di temani beberapa camilan serta soda. Aku tidak terlalu suka dengan tempat yang ramai, karena menurutku di tempat seperti ini kita bisa bebas bercerita dan mendengarkan tanpa terganggu suara bising yang hanya akan mengganggu pembicaraan. Kami berbincang ringan di bawah pohon yang tidak terlalu besar, lampu taman yang berkerlipan membuat suasana menjadi lebih romantis menurutku. Tapi tetap saja, semua ini tidak bisa di bandingkan dengan lukisan maha karya Tuhan sewaktu bersama My mr. Ice waktu itu. Astaga, bayangan itu kembali berkelebat di benakku. Aku tersenyum pahit, dan mengusir jauh bayangan yang terasa menyakitkan itu. Jin paling pintar membuat lelucon yang super lucu. Sehingga wajahku terasa keram karena terlalu banyak tertawa. Inilah salah satu kelebihan yang membuatku tertarik padanya, dan harus aku akui bahwa aku nyaman berada
"Alexa, hey!!" "Alexa.. bangun!" Kurasakan tubuhku bergoyang. Aku membuka mataku, sinar keemasan menyilaukan mata. Hari apa ini? Ohya, kemarin hari Sabtu. Berarti sekarang aku bisa bermalas-malasan seharian. Ku lirik mom yang berdiri di samping ranjangku, terlihat gusar. Wajahnya terlihat tidak sabar. "Pagi,mom." Sapaku, kuberikan senyum imut dan senyum terbaik di pagi hari seraya duduk. "Akhirnya kamu bangun juga pemalas. Ini, ada telepon untukmu." Mom memberikan telepon padaku. Lalu keluar kamar setelah memberikanku tatapan peringatan terlebih dulu. "Halo?" Terdengar suara seorang pria di seberang telepon. "Eh, halo? Siapa ini?" aku bicara malas sambil menguap. "Alexa... Ini aku, Jin. Ada apa dengan ponselmu?" Aku mengerjapkan mata berulang kali supaya hilang rasa kantukku. "Umm.. ku rasa baterainya habis. Entahlah..." "Hari ini bisakah kita pergi
Bab 41"Aku harus ke toilet!" Aku segera meninggalkan meja kami dengan cepat. Bukannya ke toilet, tapi aku berbelok mengejar Dokter Beni. Di depan sana, aku melihat Dokter Beni sedang berjalan bersama seorang wanita."Dokter! Tunggu!"Dokter Beni dan wanita itu segera menoleh, menatapku dengan heran.Wajah wanita itu terlihat bingung, tapi tidak dengan Dokter Beni. Ia terlihat tenang dan hanya memandangku dengan datar."Ada apa?" tanya Dokter Beni dingin. Tidak ada basa basi dan langsung ke inti."Bisakah kita berbicara empat mata?" Aku memohon.Dokter Beni memandangku sejenak, lalu berpindah pada wanita yang ada di sebelahnya."Tunggu di mobil sebentar! Aku tidak akan lama." ucapnya pada wanita itu dan langsung di balas anggukan. Wanita itu segera berlalu keluar cafe melalui pintu samping. Apakah mereka bekerja disini? Mengapa mereka tidak lewat depan? Ah itu tidak penting. Aku harus berta
Beberapa hari kemudian aku pulang diantar Jin dengan mobilnya. Kami lewat cafe yang dulu seringkali Bintang kunjungi. Ingatan beberapa tahun lalu melintas di pikiranku, di balik pohon besar itu aku seringkali mengintai si Mr. Ice sampai berjam-jam. Aktivitas yang tak sebentar ku lakukan demi melihat pria dingin yang menyebalkan itu. Kini aku menyadari betapa bodohnya aku dulu. Aku terlalu bucin hingga menghabiskan waktu hanya untuk mengintai Mr. Ice dan mengaguminya dalam diam. Setelah cintanya ku dapatkan, semua berakhir begitu saja dan tak hubungan kami tak berlangsung lama. Tampaknya takdir sebercanda itu padaku.Jin menghentikan mobilnya tepat di depan cafe. Membuatku terkejut dan langsung menoleh padanya."Mengapa berhenti disini? Aku ingin pulang aja.""Aku ingin mencoba kopi yang terkenal itu. Katanya kopi disini sangat enak, dan aku ingin sekali mencobanya." ujar Jin."Baiklah, kita pesan kopi saja d
Semakin hari, aku semakin dekat dengan Jin. Kami sering menghabiskan waktu bersama, ia selalu menjemput dan mengantarkanku pulang. Sedikit demi sedikit, hatiku mulai pulih. Tak lagi meratapi kepergian Bintang .Hingga suatu hari saat itu datang juga. Saat Jin menyatakan cintanya kepadaku.Malam itu, di mobilnya. Jin memutar sebuah lagu instrumental yang aku tak tahu milik siapa di CD player mobil. Jin tak sekalipun membuang senyumannya sampai dia meraih sebuah tas kecil berwarna merah muda. Dari dalamnya, Jin mengeluarkan sesuatu. Ia membawakan aku sebuah apel merah yang mengkilap, di hiasi pita merah muda yang super cantik. Munculnya apel itu juga di iringi sebuah pisau yang tampak begitu tajam."Terima dan makanlah apel ini, jika aku layak berada di dekatmu. Tapi belah saja apelnya jika aku ini tak pantas untukmu."katanya seraya menatapku.Jujur, sebenarnya aku mulai menyukai Jin. Jadi ku pik