Benang merah adalah suatu simbol keterikatan takdir. Konon katanya, setiap manusia memiliki benang merah yang tertaut pada sang tambatan hati. Sebesar apa pun rintangan yang harus dilalui, benang merah tak akan pernah putus dan akan selalu bertaut. Kisah cinta Rigel dan Nada di awali dengan sebuah kebencian. Sepertinya karma benar-benar berlaku karena waktu mampu mengubah perasaan benci yang mereka miliki menjadi rasa suka. Namun, takdir tampaknya selalu menentang hubungan mereka. Berbagai permasalahan datang silih berganti, hingga mampu mengubah kepribadian salah satu di antara mereka. Akankah Rigel dan Nada dapat terus bersama, meskipun takdir yang menjadi lawan mereka? Benarkah Nada dan Rigel saling memegang ujung benang merah yang sama?
view more~Cory~
The sun is shining down on me as I float on my back in the river. The water is warm enough to make you feel like you are being enveloped within a warm embrace. There are no worries, no fears. Everything is calm. I, suddenly, lose my concentration and find myself falling. The water is covering my face and invading my nose. I can feel water in my throat and when I open my mouth to scream, nothing but gurgles come out. The water is no longer warm. It is ice cold and feels like a shock to my system. “Wake your ass up! You need to get to school.” I struggle to open my eyes. I’m not outside and there is no sun shining down on me. I can see four stone walls. They are dingy and covered in dried blood and other stains. It hurts to turn my head. It hurts to move my body. It hurts to breathe. I’m laying on a cement floor and the memories are flooding back to me. This is the position I fell in last night. They left me just like this after beating me. I accidently dropped a glass of water on the kitchen floor and for that I was punished. “HURRY UP!”
I struggle to sit up, every part of my body screaming in protest. I roll onto my knees and push myself up, finally standing on my feet. I take shaky steps towards the stairs to see a change of clothes left out for me. It makes sense. These clothes are covered in blood and that isn’t a good look for school. I change as quickly as my body will allow and head up the stairs. I don’t bother trying to get breakfast, because I know there isn’t any for me. I grab my notebook and my pen and head out of the house. It is usually a short walk to school, but my injuries will make it longer. Just another day in hell and I have no escape.
~Zahara~
Some people dread going to a new school, but not me. I love seeing the different schools and how different the students can be. My excitement is not necessarily for a new school, but more so for the harassment that will end. Being the future Alpha, there is no shortage of people who are looking to be ‘friends’ or more in hopes that it elevates their own status. I simply want my last year of high school to be quiet. Maybe I will meet some new people and come up with true friends. Maybe I will meet my mate; well after I turn 18 in 4 months. The exciting part is that anything can happen and I can’t wait. Since I’m not one to make a big splash, I decide to keep my outfit under the radar. I slip on a pair of skinny jeans along with a black sports bra and a black crop top hoodie. I tie my outfit together with a pair of black Nike AirMax. I’m not really that into makeup so I just stick with the chapstick. I just got goddess box braids over the weekend in red so I decide to leave them down. I grab my bag and head downstairs. My parents are already at the table along with my little brother. “Morning mom, dad,” I say, kissing them both on the cheek. I sit next to my brother and nudge him with my arm, “Morning half-pint.” He just grumbles and continues eating his cereal.
“Are you sure you really want to go to this school?” My mom has asked me this a hundred times already I swear.
“Love, you know she wants this. She has told us many times. We need to just let her go.” My dad pats my mom's back as she sighs.
“I just worry about her so much. I want her to be safe.” I shake my head.
“Mom, I will be there with Lennox. Bryn will be driving us to and from and there will be a warrior hidden as a security guard at the school. I will be just fine.” I go to my mom and wrap my arms around her nuzzling her neck. “Mom, I just want to finish high school in peace. Lennox and I want to be able to get through the rest of the year with no one knowing that we are the future Alpha and Beta. The stress of it all is too much.” My mom squeezes my arms and nods. “Don’t worry so much,” I whisper in her ear. My mom chuckles and kisses my cheek.
My parents are amazing and they are the Alpha and Luna of the Ash Band Pack. My dad, Alpha Byron, is well loved and respected around this pack and outside of it. He rules with love and logic. All of the pack members know that he is accessible to them at all times and he will always do what he can to ensure their safety and happiness. My mom, Luna Amara, is a role model to many. She is always bright and cheery with all of the pack members. She knows everyone’s names and enough of their personal lives that they feel truly seen and heard by her. I try to take from both of my parents to form the type of Alpha I want to be. I will take over for my parents soon. I’m in my last year of high school and then I will go to an Alpha training camp for about 2 years. I will learn different modes of combat as well as strategic thinking. My future Beta will go to a similar camp and we will meet up once a month, for a week, to train together. It is all so extensive, but worth it. I’m excited to become the new Alpha of my pack. We are a successful pack and I want to keep that going.
“Astaga, Sayang! Kamu kenapa?” Sarah berteriak histeris setelah melihat kondisi putrinya yang baru saja memasuki pintu rumah.“Aku baik-baik saja, Bunda.” Nada tersenyum simpul ke arah bundanya.“Apanya yang baik-baik saja?” Sarah sedikit meninggikan suaranya, bagaimana bisa Nada menyebut bahwa ia baik-baik saja dengan kondisi wajah pucat penuh dengan peluh tak lupa seragam putihnya yang terkena noda darah.“Hanya mimisan biasa, Bunda. Tak perlu khawatir. Nada ke atas dulu ya.” Nada memilih untuk segera pergi ke kamarnya karena tubuhnya terasa semakin lemas.Sesampainya di kamar, Nada segera membersihkan dirinya dan berganti baju. Ia berbaring di tempat tidurnya dan mulai memejamkan mata. Ia berharap semua hal berat ini segera berlalu dan ia bisa hidup normal seperti sedia kala.Nada terbangun pukul tujuh malam dan hampir melewatkan jam makan malamnya. Ia sudah merasa lebih segar dan memutuskan untuk
“Rigel! Kau sedang apa?” Nada mendekati Rigel yang sedang berdiri di tepi pantai.“Nada … a-ku ingin berbicara denganmu.”“Ada apa?”“Apakah kau akan percaya, jika aku selalu mencintaimu dalam keadaan apa pun?”“Mengapa kau bertanya seperti itu?”“Jawab saja, Nada.”“Aku akan selalu mencoba untuk percaya, karena aku juga akan melakukan hal yang sama.”“Syukurlah, aku senang mendengarnya.” Rigel tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Nada dengan lembut. Nada tersenyum setelah mendapat perlakuan manis dari Rigel.Ketika mereka masih larut untuk menyelami manik masing-masing, tanpa mereka sadari ada sebuah ombak besar datang dari tengah pantai.Ombak itu datang menghempas Rigel ke tepian dan menyeret Nada ke arah pantai. Nada berteriak sekuat tenaga memanggil nama Rigel yang sedang berusaha berlari ke tengah pa
“Sudah berapa lama?” Suara mister Dandi memecah keheningan yang terjadi.“Satu tahun lebih lima bulan, Mister,” jawab Rigel tanpa ragu.“Wah … sandiwara kalian benar-benar hebat. Haruskah miss memberi dua jempol untuk pengkhianatan yang kalian lakukan?” ucap miss Sintya kepada Rigel dan Nada.Nada kembali meneteskan air matanya, isakannya pun mulai samar terdengar. Terdengar sangat menyesakkan karena ia harus menahan isak tangisnya. Rigel hanya mampu menundukkan kepala sambil menahan sakit di hatinya karena mendengar isakan pilu yang tertahan dari Nada.Mister Dandi dan Miss Sintya juga ikut merasakan sakit yang sama, Rigel dan Nada adalah anak emas kesayangan mereka sejak pertama kali keduanya menginjakkan kaki di Cordova Junior High School.Tatapan iba tak bisa dilunturkan dari wajah keduanya. Namun, pelanggaran yang telah mere
“Nada! Rigel! Kalian….”“Bi-bita! A-aku bisa jelaskan semua ini.” Nada terkejut ketika Bita mendapati dirinya sedang menikmati pemandangan malam berdua dengan Rigel.Bita terdiam di tempatnya, masih mencerna semua yang ia lihat. Rigel yang sedang merangkul pundak Nada dengan posesif, membuatnya langsung berpikir bahwa mereka memiliki hubungan yang serius. Nada menggamit tangan Bita untuk duduk di sebuah kursi yang berada di rooftop itu.“Bita, aku bisa jelaskan semuanya, tetapi aku mohon jangan katakan hal ini pada siapa pun.” Nada memohon dengan mata berkaca-kaca. Bita mengangguk luluh karena tatapan memohon dari Nada.Nada menjelaskan hubungannya dengan Rigel yang sudah berjalan selama lebih dari satu tahun. Hubungan itu sudah mereka jalani selama lima belas bulan, dimulai dari semester kedua kelas tujuh hingga saat ini.Nada dan Rigel terpaksa menutupi hubungan mereka karena tidak mau memperburuk
Hari ini adalah hari terakhir masa karantina para peserta lomba. Mereka mendapat pembimbingan khusus selama dua minggu penuh.Mereka benar-benar disibukkan dengan belajar, sehingga tidak ada waktu untuk bersenang-senang. Namun, khusus di hari terakhir, mereka hanya diwajibkan untuk mengerjakan atau melakukan tes kemampuan. Setelah itu, mereka akan dibebaskan untuk bermain keliling vila.“Akhirnya! Soal-soal ini benar-benar membuatku gila,” gerutu Nada setelah mengerjakan seratus soal fisika dan biologi. Nada memutuskan untuk keluar dari kamar, kemudian menuju ruang berlatih debat dan pidato.“Bita dan Mitta masih sibuk berlatih, aku jalan-jalan sendiri saja kalau begitu. Pikiranku butuh yang segar-segar.” Nada bermonolog, kemudian ia berjalan menuju ke bagian samping vila tersebut. “Wah … ada sungai di sana, ini sangat menyegarkan mata,” ucap Nada setelah melihat sungai dan sawah yang berada di sekeliling vila.
“Nada! Bagaimana?” Dua orang gadis berlari tergopoh-gopoh menghampiri Nada yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Nada hanya terdiam dan menunduk, hal tersebut membuat kedua gadis itu khawatir. “Nada, katakan sesuatu jangan membuatku khawatir,” ucap salah satu di antara mereka. Nada tiba-tiba mengangkat kepalanya dan tersenyum manis ke arah kedua gadis tersebut. “Tenang saja, kita tunggu pengumumannya dua jam lagi.” Kedua gadis itu akhirnya dapat bernapas sedikit lega. Mereka adalah Tsabita Maura Anindya yang biasa dipanggil Bita dan Sellameitta Rhiyadina Safitri yang biasa dipanggil Mitta. Keduanya adalah sahabat baik Nada sejak pertama kali mereka menginjakkan kaki di Cordova Junior High Schooll. Saat ini, Nada beserta tujuh siswa Cordova Junior High School sedang mengikuti festival perlombaan terbesar tingkat sekolah menengah pertama. Mereka adalah Nada, Rigel, Bitta, Mitta, Revan, Fito dan Daren yang mengikuti lomba sesuai dengan keahlian masi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments