Home / Young Adult / MR. ICE / Bertemu Jin

Share

Bertemu Jin

Author: Septy
last update Huling Na-update: 2021-09-21 18:56:55

 

Hari ini tepat dua Minggu aku menginjak kan kakiku sebagai mahasiswa di kampus ini. Kampus kebanggaan kakak ku yang selama ini sama sekali tak pernah aku lirik dan tidak pernah ada didaftar kampus pilihanku. Tapi semuanya berubah semenjak aku tahu bahwa Mr. ice kuliah disini.

Semuanya sudah aku pastikan jika benar dia anak kampus sini. Karena selama ini aku mengintainya sepanjang waktu. Eh, bukankah itu bukan rahasia lagi? Dan kalian semua tau itu. Hihihi...

Aku berjalan menyusuri setapak demi setapak jalan menuju taman kampus. Tempat dimana aku melihat Mr. ice di kampus ini. Kepalaku tak mau diam, melihat ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan sang pujaan. Berharap bisa menemukan wajah tampan nya hari ini.

Aku hanya fokus pada pencarianku, tanpa melihat ada orang lain yang berjalan di depanku.

Brughh...

"Aw.." Aku meringis kala lututku mencium jalan setapak yang aku pijak. Aku terjatuh setelah menabrak dada  seseorang.

"Maaf." Ucap seorang pria yang tak aku kenal.

 

Seorang Pria tampan yang kelihatannya keturunan orang Korea. Mirip boy band yang terkenal dan sering wara-wiri di televisi. Tak aku sangka ia mengulurkan tangannya dan membantuku berdiri, membawaku ke sebuah bangku taman yang tak jauh dari kami. Aku meringis melihat lututku yang mengeluarkan sedikit darah. Ya cuma sedikit, tapi lumayan perih menurutku.

"Tunggu sebentar." Ujarnya lalu berlari dengan tergesa-gesa meninggalkan ku entah kemana. Aku hanya memandangi tubuhnya yang telah hilang,"Mau kemana dia?" Gumamku dengan heran.

 

Aku merasakan perih di lututku yang lecet.

"Aduh, perih banget." Tuturku seraya mengibas lutut yang cedera dengan tangan kananku. Ingin rasanya aku menangis karena ini, tapi aku menahan diri karena sudah pasti aku akan di ejek jika kedapatan menangis hanya karena luka kecil. Dasar cengeng, pekik ku pada diri sendiri.

Tak lama pria itu kembali dengan membawa kantong plastik putih. Ia mengeluarkan antiseptik dan dengan sigap ia mulai membersihkan lukaku. Pria itu berjongkok dihadapan ku. Membuatku melebarkan mata.

"Maaf ya, aku hanya membantu mu. Tahan sedikit, ini agak perih." Ujarnya.

Aku hanya mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa ataupun menolak.

"Aw.." Ringisku kembali ketika antiseptic itu menyentuh luka. Terasa amat perih, hingga mataku berair. Dasar cengeng, kembali ku rutuki dalam hati.

"Maaf," ujar pria itu kembali.

Aku hanya mengangguk kecil, kemudian pria itu mengeluarkan plaster dan menempelkan pada lukaku dengan amat hati-hati.

"Maaf ya atas kejadian ini." Ucapnya dengan raut wajah yang penuh penyesalan.

"Iya, tidak apa-apa. Ini juga salahku yang tidak hati-hati." Aku menunduk, menyesali kecerobohanku.

"Aku juga salah. Maafkan aku." Ucapnya sekali lagi.

"Iya, santai saja." Aku melengkungkan senyum. Dengan tiba-tiba pria itu menyodorkan tangannya. Aku terpaku dan hanya bengong tanpa menerima uluran tangannya.

"Aku jin. Lee Hyun jin."

"Ahh, iya. Aku Alexa." Aku menerima uluran tangannya Setelah beberapa detik. Wow, pria setampan dia mengajak ku berkenalan. Dan siapa nama nya? Jin? jin ifrit atau jin dalam botol ya.

 

Hihihi... Aku terkikik dalam hati.

"Kenapa tersenyum?" Tanya jin yang mengagetkanku.

"Eh tidak." Ucapku seraya menarik tangan kami yang masih berjabatan tanpa aku sadari.

"Tapi senyum mu manis." Ujarnya beberapa detik kemudian. Yang seketika membuatku salah tingkah.

"Emang gula." Candaku untuk mengurangi kecanggungan yang menyergapku.

"Lebih manis dari gula. Dan aku takut nanti bisa diabetes jika terus berdekatan dengan mu."

Blusshh...

Pipiku merona. Baru kali ini aku dirayu seorang pria. Wah, dia ini Casanova atau apa?

"Aku harus pergi." Ujar diriku cepat. Tak ingin terbuai oleh gombalan nya yang akan menyesatkanku. Meski dia tampan, tapi tak bisa menggoyahkan pertahananku untuk tetap berjuang mendapatkan Mr. ice.

"Apa kaki mu baik-baik saja?" Tanya nya dengan nada khawatir.

"Iya, aku rasa kakiku baik-baik saja. Terimakasih." Ucapku seraya berdiri.

 

Kuraih tas yang ku abaikan tadi. Berjalan perlahan menuju kelas yang lumayan jauh.

"Apa kamu memerlukan bantuan?" Ia berdiri mendekatiku.

"Ah tidak terimakasih. Aku bisa sendiri." Tolak ku dengan halus. Aku tidak ingin merepotkan nya. Apalagi dia pria yang baru ku kenal. Aku berjalan dengan tertatih meninggalkan Jin yang masih berdiri diam ditempat nya.

"Apa Setelah ini kita bisa bertemu lagi?" Tanya Jin setengah berteriak karena jarak kami yang agak menjauh. Aku menghentikan kakiku dan menoleh padanya. Aku sempat bingung, tapi akhirnya aku hanya mengangguk pelan.

"Terimakasih. Aku menantikan hari itu." ujarnya seraya tersenyum manis. Aku pun ikut tersenyum dan kembali melanjutkan langkah ku yang tertunda karena ulah jin botol itu. Eh maksud ku Lee Hyun jin. hihihi...

Agak tertatih aku melangkah demi selangkah. Berjuang menahan perih yang merayap di lututku. Menyesal juga mengapa hari ini aku hanya memakai rok pendek. Coba saja tadi aku memakai celana panjang, pasti semuanya tidak akan begini jadinya. Halah sudahlah, tidak ada gunanya menyesal sekarang Alexa. Toh semua sudah menjadi bubur, sudah terlanjur. Celotehku sendiri. Mengutuk kebodohan yang aku perbuat.

Hampir saja aku sampai ke kelas saat mataku menangkap sosok seseorang yang amat aku kenal. Langkahku terhenti, jantungku terasa akan lompat. Mataku menyiratkan tatapan yang tak bisa di jelaskan. Aku terpaku, bagai tersihir oleh pesona yang selalu ia pancar kan. Hati ku berbunga, ingin rasanya aku melompat kegirangan. Tapi aku masih berada dalam kesadaran yang penuh.

Dia yang aku cari sedari tadi. Wajah itu yang selalu aku rindukan dalam setiap hariku. Dia my Mr. ice. Memakai kemeja berwarna navy dengan lengan yang digulung sebatas siku. Ditambah kacamata yang bertengger dihidung mancungnya. Dia tampan sekali. Oh my God, sungguh indah ciptaan Mu.

Aku tersihir oleh tatapannya. Dia menatapku !!! Aku hanyut dalam rasa yang tak bisa aku jelaskan. Bahagia menyelimuti hatiku. Kala tatapan hangat miliknya menembus jantungku. Ahh... biarkan waktu berhenti Tuhan. Agar aku bisa lebih lama bertatapan dengan nya. Agar lebih lama aku menikmati ciptaan Mu yang selalu membuat hatiku bergetar. Agar lebih lama aku menikmati momen yang tak pernah aku rasakan selama ini.

Dan jika aku boleh meminta satu lagi Tuhan, biarkan aku memilikinya. Merasakan hangatnya cinta darinya. Merasakan hangatnya genggaman tangannya. Merasakan damainya pelukannya. Ahh aku harus apa Tuhan agar semua itu semua terjadi. Sungguh aku rela melakukan apapun demi bisa bersamanya. Katakan Tuhan, apa yang harus aku lakukan.

Katakan Tuhan, apa yang bisa membuat ku bersamanya. Please, satu saja pintaku. Biarkan aku merasakan cintanya. Biarkan aku bersamanya. Sungguh aku mencintai nya. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Awan
ku kira ketemu jin botol beneran...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • MR. ICE   Pertemuan tak sengaja

    Aku dan Jin pergi lagi, kali ini pergi ke Taman ria. Aku ingin menepati janji yang ku ingkari tempo hari.Kami pergi ke taman Ria yang paling terkenal di kota ini. Taman yang di minati banyak orang, bahkan ada juga yang datang dari luar kota. Mulai dari taman, kolam renang arus, sampai berbagai wahana segala rupa memiliki daya tarik masing-masing bagi setiap pengunjung. Tempat ini menarik bayaran yang cukup mahal, namun tak sedikit orang yang datang.Kami bermain dan berenang bersama, tertawa dan menaiki wahana sampai rasanya ingin muntah. Yang paling seru adalah rollercoaster, permainan itu membuat jantungku terasa ingin lompat dari tempatnya. Hampir semua orang berteriak dan menjerit. Bahkan ada juga yang sampai menangis dan memohon untuk di turunkan.Aku dan Andy duduk bersebelahan, saling memejamkan mata karena takut. Kami sama-sama menjerit ketika rollercoaster itu bergerak dengan cepat, aku berdo’a dalam hati. Jika terjadi kecelakaan, pasti aku sangat menyesal. Dan yang paling a

  • MR. ICE   Mengingatmu

    Aku dan Jin menghabiskan waktu bersama hingga malam. Hanya sekedar bercerita di bawah pohon sebuah taman kota. Duduk berdua di bangku panjang dengan di temani beberapa camilan serta soda. Aku tidak terlalu suka dengan tempat yang ramai, karena menurutku di tempat seperti ini kita bisa bebas bercerita dan mendengarkan tanpa terganggu suara bising yang hanya akan mengganggu pembicaraan. Kami berbincang ringan di bawah pohon yang tidak terlalu besar, lampu taman yang berkerlipan membuat suasana menjadi lebih romantis menurutku. Tapi tetap saja, semua ini tidak bisa di bandingkan dengan lukisan maha karya Tuhan sewaktu bersama My mr. Ice waktu itu. Astaga, bayangan itu kembali berkelebat di benakku. Aku tersenyum pahit, dan mengusir jauh bayangan yang terasa menyakitkan itu. Jin paling pintar membuat lelucon yang super lucu. Sehingga wajahku terasa keram karena terlalu banyak tertawa. Inilah salah satu kelebihan yang membuatku tertarik padanya, dan harus aku akui bahwa aku nyaman berada

  • MR. ICE   Luapan cinta Jin

    "Alexa, hey!!" "Alexa.. bangun!" Kurasakan tubuhku bergoyang. Aku membuka mataku, sinar keemasan menyilaukan mata. Hari apa ini? Ohya, kemarin hari Sabtu. Berarti sekarang aku bisa bermalas-malasan seharian. Ku lirik mom yang berdiri di samping ranjangku, terlihat gusar. Wajahnya terlihat tidak sabar. "Pagi,mom." Sapaku, kuberikan senyum imut dan senyum terbaik di pagi hari seraya duduk. "Akhirnya kamu bangun juga pemalas. Ini, ada telepon untukmu." Mom memberikan telepon padaku. Lalu keluar kamar setelah memberikanku tatapan peringatan terlebih dulu. "Halo?" Terdengar suara seorang pria di seberang telepon. "Eh, halo? Siapa ini?" aku bicara malas sambil menguap. "Alexa... Ini aku, Jin. Ada apa dengan ponselmu?" Aku mengerjapkan mata berulang kali supaya hilang rasa kantukku. "Umm.. ku rasa baterainya habis. Entahlah..." "Hari ini bisakah kita pergi

  • MR. ICE   Kekecewaan Lee Hyung Jin

    Bab 41"Aku harus ke toilet!" Aku segera meninggalkan meja kami dengan cepat. Bukannya ke toilet, tapi aku berbelok mengejar Dokter Beni. Di depan sana, aku melihat Dokter Beni sedang berjalan bersama seorang wanita."Dokter! Tunggu!"Dokter Beni dan wanita itu segera menoleh, menatapku dengan heran.Wajah wanita itu terlihat bingung, tapi tidak dengan Dokter Beni. Ia terlihat tenang dan hanya memandangku dengan datar."Ada apa?" tanya Dokter Beni dingin. Tidak ada basa basi dan langsung ke inti."Bisakah kita berbicara empat mata?" Aku memohon.Dokter Beni memandangku sejenak, lalu berpindah pada wanita yang ada di sebelahnya."Tunggu di mobil sebentar! Aku tidak akan lama." ucapnya pada wanita itu dan langsung di balas anggukan. Wanita itu segera berlalu keluar cafe melalui pintu samping. Apakah mereka bekerja disini? Mengapa mereka tidak lewat depan? Ah itu tidak penting. Aku harus berta

  • MR. ICE   Apa maksudnya

    Beberapa hari kemudian aku pulang diantar Jin dengan mobilnya. Kami lewat cafe yang dulu seringkali Bintang kunjungi. Ingatan beberapa tahun lalu melintas di pikiranku, di balik pohon besar itu aku seringkali mengintai si Mr. Ice sampai berjam-jam. Aktivitas yang tak sebentar ku lakukan demi melihat pria dingin yang menyebalkan itu. Kini aku menyadari betapa bodohnya aku dulu. Aku terlalu bucin hingga menghabiskan waktu hanya untuk mengintai Mr. Ice dan mengaguminya dalam diam. Setelah cintanya ku dapatkan, semua berakhir begitu saja dan tak hubungan kami tak berlangsung lama. Tampaknya takdir sebercanda itu padaku.Jin menghentikan mobilnya tepat di depan cafe. Membuatku terkejut dan langsung menoleh padanya."Mengapa berhenti disini? Aku ingin pulang aja.""Aku ingin mencoba kopi yang terkenal itu. Katanya kopi disini sangat enak, dan aku ingin sekali mencobanya." ujar Jin."Baiklah, kita pesan kopi saja d

  • MR. ICE   Menerima Jin

    Semakin hari, aku semakin dekat dengan Jin. Kami sering menghabiskan waktu bersama, ia selalu menjemput dan mengantarkanku pulang. Sedikit demi sedikit, hatiku mulai pulih. Tak lagi meratapi kepergian Bintang .Hingga suatu hari saat itu datang juga. Saat Jin menyatakan cintanya kepadaku.Malam itu, di mobilnya. Jin memutar sebuah lagu instrumental yang aku tak tahu milik siapa di CD player mobil. Jin tak sekalipun membuang senyumannya sampai dia meraih sebuah tas kecil berwarna merah muda. Dari dalamnya, Jin mengeluarkan sesuatu. Ia membawakan aku sebuah apel merah yang mengkilap, di hiasi pita merah muda yang super cantik. Munculnya apel itu juga di iringi sebuah pisau yang tampak begitu tajam."Terima dan makanlah apel ini, jika aku layak berada di dekatmu. Tapi belah saja apelnya jika aku ini tak pantas untukmu."katanya seraya menatapku.Jujur, sebenarnya aku mulai menyukai Jin. Jadi ku pik

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status