Tangis Anna masih sesenggukan di balik kedua telapak tangannya. Dae Song memandangi Anna dengan hati pilu. Dia tahu, ini berat buat Anna, bahkan ia tahu pula tak ada sedikitpun keikhlasan di hati adik iparnya itu. Tapi, demi kebaikan untuk perkembangan anaknya, Dae Song harus tega melakukan pemaksaan itu pada Anna.
"Aku tahu perasaan kamu, tapi maaf, ini lebih baik kita lakukan demi anak ini," ucap Dae Song.Anna terisak tangis, dia tak menjawab ucapan Dae Song yang ia anggap akan membunuhnya secara perlahan. Mana mungkin ia bisa sekuat itu berpisah cerai dengan Dae Jung. Sosok suami yang sangat ia cintai.
"Anna, tolong, pahami keadaan kita, pahami sejenak," pinta Dae Song.
Dengan berurai air mata, Anna menatap wajah Dae Song.
"Kamu tahu, ini sudah sulit, tapi bagaimana dengan hati Dae Jung? apakah dia tidak punya hati untuk kecewa, bersedih, dan marah pada kita?" Anna menyerang Dae SoDua hari telah berlalu, Dae Song menunggu masih menanti jawaban Anna yang tak kunjung ia dapat. Rasa khawatir tak henti menyelimutinya, takut bila Anna malah membiarkan janinnya terbengkalai.Siang itu Dae Song tak lagi ke kantor, sejak kemarin dia tak diberikan wewenang dari Kakek Hang untuk menjabat di kantor sebelum masalah dia dengan Anna selesai. Keputusan itu diterima Dae Song karena sangat memahami rasa terpukul kakeknya."Anna dimana, Bu Nas?" tanyanya pada Bu Nas yang sedang mengawasi para pelayan."Nona Anna masih ada di atas kamarnya, sejak kemarin belum pernah turun."Dae Song yang khawatir bergegas ke atas kamar Anna. Bu Nas yang takut bila akan ada perdebatan lagi mengikuti Dae Song secara diam-diam.Setiba di depan kamar Anna, Dae Song mencoba menguping dari luar, namun tak ada suara sediki
Zura dan Dae Jung masih menunggu Gang Sang di rumah sakit, pria yang berwajah sangar itu sedang berdiskusi dengan dokter untuk mendonorkan paru-paru pada Dae Jung. Saat itu kondisi keponakan Gang Sang memang sangat kritis karena gagal ginjal dan asam lambung yang di deritanya. Setelah memberikan keyakinan penuh, dokter yang ia berikan sejumlah suap itupun menyetujui permintaan Gang Sang meski hal itu tidak diketahui oleh Zura. Gang Sang keluar membawa map biru hasil ronsen paru-paru keponakannya, menggambarkan paru-paru yang akan didonorkan pada Dae Jung cukup sehat dan baik. "Kamu lihat 'kan? paru-paru keponakan ku bersih, selama masa hidupnya dia tidak pernah merokok," ujar Gang Sang. Dae Jung lega karena paru-paru yang akan di donor kan padanya. Zura yang sangat berniat membantu Dae Jung merelakan tabungannya untuk memberikan uang muka pada Gang Sang. "Aku rasa ini cukup untuk uang muka, jadi tolong awasi terus se
Zura menangkap ada mimik kesedihan di wajah Dae Jung. Dia mengikuti langkah Dari Jung dari arah belakang, memandangi pria tampan itu dengan perasaan iba.'Aku tahu perasaan mu sedih saat ini, kau tidak bisa menyapa keluarga mu sedangkan mereka ada dihadapan mu,' ucap Zura dalam hati.Dae Jung duduk di bangku jalan. Dia banyak mengingat tentang kenangan indahnya bersama Anna. Bagaimana ia membuatkan makanan Anna saat di masa ngidamnya."Aku merindukan masa itu," lirihnya.Tiba-tiba Zura mengejutkannya dari belakang."Hei, kau terlalu bersedih, kamu masih punya kesempatan, jangan putus asa," seru Zura.Dae Jung hanya membalas dengan senyuman, Ia bersyukur Tuhan mengirimkan Zura untuk membantunya, jika tidak, dia hanya ruh yang sebatang kara tanpa harapan yang jelas."Pulanglah, aku akan duduk disini sampai besok," kata Dae Jung. Duduk di bangku jalan yang tidak jauh dari rumahnya mengobati rasa rindu kenangan di masa kecilnya. Di taman itu, dia dan Anna seringkali berlari pagi menghiru
Saat Anna hendak masuk ke dalam mobil, namun mata terarah pada Zura yang berdiri di depan pintu masuk rumah sakit. Wanita bercadar itu juga tak melepaskan pandangan darinya. Anna yang sudah pernah bertemu Zura di Masjid Sentral Seoul menyimpan rasa penasaran dengan Zura."Perempuan bercadar itu lagi," gumam Anna tak melepaskan pandangannya dari Zura. "Dia melihat kita," kata Zura pada Dae Jung. "Bukan kita, tapi hanya kamu," timpal Dae Jung. Anna mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil. Dia beranjak ke arah Zura seraya melemparkan senyuman."Assalamualaikum, kalau tidak salah, sepertinya kita pernah bertemu," ucap Anna pada Zura. Dia yakin karena Anna mengenali mata dan bentuk alis tebal Zura pada waktu itu."Iya, Nona. Saya Zura, di Masjid Seoul," sahut Zura menyambut tangan Anna.Mata Dae Jung tak melepas pandangan dari Anna, sosok perempuan cantik yang begitu ia cintai itu selalu mengagumkan baginya. Anna selalu ramah pada semua orang."Kamu sedang apa disini? Ada keluarga kam
"Lepaskan, ingat perjanjian kita," kata Anna mengingatkan."Bahkan memeluk pun saat ini aku berhak sepenuhnya, jadi jangan mencoba protes, Anna. Aku sakit hati dengan penolakan kamu seperti ini!" Dae Song menatap tajam pada Anna. Dia ingin dihargai oleh Anna sebagaimana Anna memperlakukan Dae Jung. "Aku tidak ingin berdebat, aku sudah kehabisan tenaga, kasihanilah aku dengan anak yang aku kandung saat ini," pinta Anna. Dae Song melemah, dia melirik ke perut Anna yang sudah diisi oleh buah hatinya. Mengacaukan pikiran Anna, sama saja membuat ketidaknyamanan pada janinnya. "Aku tahu pernikahan ini paksaan, tapi bisakah kau memperlakukan ku sebagai suami mu sehari saja, sebelum Dae Jung sadar," pinta Dae Song memohon. Dia ingin merasakan kebahagiaan menjadi suami dengan ditemani istrinya yang mengandung anaknya pula. Sementara itu Anna terenyuh, dia tahu Dae Song dari dulu mencintainya, tetapi bukan seperti ini caranya jika pria itu ingin memilikinya, pikir Anna."Kamu tidak memikir
Anna tak bergeming, tatapan Dae Song memang sudah dipenuhi nafsu lagi. Dia bahkan mulai meraba punggung Anna. "Apa kau ikhlas kali ini?" tanya Dae Song.Anna menundukkan wajahnya, batinnya bergejolak ingin kari dari dekapan Dae Song. Sementara tangan pria itu sudah nakal menjelajahi tubuh Anna. "Aku mohon Anna .." Pinta Dae Song berbisik mesra ditelinga Anna. Hembusan nafasnya melemahkan tubuh Anna.Mata indah Ibu dua anak itu menatap nanar Dae Song, Anna memejamkan matanya, pertanda bersiap menerima segala perlakuan Dae Song. Tubuh Anna dibaringkan di sofa, Dae Song tahu, lima tahun belakangan ini Anna juga berusaha menahan hasratnya. Dia ingin membusi Anna dengan sentuhan-sentuhan lembut dengan lidahnya. Anna sudah mengeluarkan suara desahan, Dae Song lebih bersemangat. "Oppa ..shhh," ucap Anna mencengkram bantal sofa. Dae Song memanfaatkan kesempatan itu, dia adalah suami Anna, sudah sepantasnya melakukan hubungan badan dengan istrinya. Di kamar calon bayinya, mereka berdua ber
Anna terbangun dari tidurnya, dia melihat Daerah Song memeluknya dengan erat, perlahan ia melepaskan diri dari Dae Song, Anna terkejut karena ia larut begitu saja dengan cara Dae Song merayunya. Air mata Anna bercucuran begitu saja, dia merasa sudah menjadi wanita murahan. "Aku harus pergi dari Dae Dong, aku bisa gula jika seperti ini terus, anak ini tidak aku inginkan, tetapi aku tidak bisa juga melakukan hal buruk padanya," gumam Anna yang duduk dilema di sofa. Suara tangis Anna di dengar lagi oleh Dae Song. Pria itu membangunkan dirinya, dia memandangi Anna dengan tatapan sendu, Anna yang ditatap mengalihkan pandangannya dari Dae Song. "Apa aju terlalu buruk untuk mu? Apa kami terlalu buruk untuk kau perlakukan selayaknya menjadi suami dan anakmu?" tanya Dae Song. Anna berdiri dari tempat duduknya, "Coba pikir, di posisi Dae Jung setelah dia sadar, apakah dia bisa menerima kita yang seperti ini?" "Tentu tidak, dia akan memukuli ku, tapi inilah kenyataannya, kisah Yama dan
Anna masih tetap duduk disamping Dae Jung, tak mengalihkan pandangannya dari pria yang sangat ia cintai itu, rasa cinta yang telah di penuhi rasa bersalah pula, sementara Dae Song di luar mengetahui Anna sedang berada di ruang rawat Dae Jung. Dae Song cemburu, tetapi tidak ada keinginan mencegah Anna menjenguk Dae Jung, baginya, kapanpun Anna dapat bersama mantan suaminya itu. Namun tiba-tiba ada Bu Nas yang mengejutkannya dari belakang, meskipun sedih dengan kondisi Dae Jung, tetapi Bu Nas tetap ingin adil memberikan kasih sayangnya untuk Dae Song dan Dae Jung. "Ada yang ingin saya sampaikan pada Tuan," Ucap Bu Nas. Dae Song mengira Bu Nas mengatakan akan memindahkan barang-barangnya dari rumah Korian, Dae Song mengira diusirnya dari rumah dipercepat oleh Kakeknya. "Apa yang ingin Bu Nas katakan? Hmm?" tanya Dae Song lebih dulu, ia tahu Bu Nas selalu segan kepadanya. Dae Song ingin Bu Nas lebih akrab seperti Bu Nas akrab dengan Dae Jung. "Kita bicara ditempat yang aman saja," Ja