Dae Song menarik Anna kembali duduk disampingnya, ingin rasanya mengulang adegan romantis itu lagi. Namun Anna memijit-mijit kepala, tampak dia kembali pusing karena efek ngidam yang trimester menjelang trimester kedua. "Kau merasa pusing lagi?" Tanya Dae Song. Anna mengangguk, bangun shalat malam adalah rutinitas favoritnya, namun biasanya ia kembali tidur sejam di pagi hari untuk memulihkan energinya. "Tidurlah di sofa ini, aku akan menemanimu, atau kau ingin pulang?" "Disini saja dulu, aku tidak sanggup untuk melakukan perjalanan dengan kondisi seperti ini," Sahut Anna. Dae Song menaruh kepala Anna di bantal sofa. Anne memejamkan mata agar lebih rileks lagi. Berpikir keras dan berlebihan malah menimbulkan gejala depresi di kehamilannya. Kehamilan kedua ini bagi Anna lebih berat ketimbang kehamilan Haneul dan Micha. "Tidurlah Anna, aku akan menjagamu," Ucap Dae Song lagi. Anna mencoba tidur nyenyak di ruangan kerja suaminya, ada banyak yang harus ia lakukan sebelum Dae Song k
"Duduklah disini Zura," Ajak Anna. Sebelum memulai pembicaraannya, Anna terlebih dulu ke toilet untuk mencuci wajah, dia menyegarkan dirinya agar pikirannya ikut jernih. Usai dengan rutinitas pribadinya, Anna kembali menemui Zura yang masih duduk anteng menantinya. "Aku lama ya?" "Tidak Nona, lakukan saja apa yang perlu lakukan dulu," Sahut Zura. "Hm, jangan panggil Nona, kita hanya sedang berdua, tidak ada Oppa Dae Song disini," Serah Anna. Zura tersenyum mengangguk, Anna menarik nafas panjang, duduk disamping Zura. Anna melepas kerudungnya, rambut panjangnya yang lebat dan hitam terurau. Zura yang perempuan saja terperangah melihat kecantikan Anna. Wajah khas Indonesia "Kau merasa nyaman kerja disini? Apa Oppa Dae Song tidak semena-mena padamu?" Tanya Anna. "Alhamdulillah, Nona. Perusahaan ini luar biasa, Pak Dae Song juga memperlakukan saya dengan baik," Sahutnya. Anna cukup lega karena mendengar penuturan Zura, ia sempat berpikir jika Dae Song kurang baik memperlakukan baw
Usai berbincang pribadi dengan Ji Yeong, Dae Song ingin kembali ke ruangannya, namun sebelum itu ia menyinggahi Zura. Sekretarisnya itu sudah bergelut dengan berkas dan laptopnya, ia terkejut dengan kehadiran Dae Song yang tiba-tiba. "Anna sudah berbicara denganmu?" Tanyanya. "Iya, Pak. Nona Anna menunggu Pak Dae Song," Sahut Zura. Dae Song bergegas ke ruangannya, ketika ia membuka pintu, terlihat Anan sedang berdandan di depan cermin bedaknya. Dae Song menyilangkan kedua tangan lalu bersiul, dia menggoda Anna yang sedang memakai liptint saat itu. "Kamu tahu aku datang secepat ini, makanya kau berdandan," Ucap Dae Song. "Aku berdandan agar tidak terlihat pucat, tapi memang juga untuk dirimu, untuk siapa lagi, seorang istri berdandan hanya untuk suaminya," Sahut Anna yang masih berfokus dengan pantulan wajahnya di cermin. Dae Song menutup pintu ruangannya, dia berjalan menuju Anna. Istrinya itu masih sibuk merapikan hijabnya. Dae Song memandangi Anna, mengamati Anna merapikan ker
Anna dan Dae Song tiba di rumah, dua pelayan menyambut kedatangan mereka, Anna masuk ke kamar menaruh paper bag belanjanya. Sedangkan Dae Song ke taman belakang, kedua pelayanannya sudah mempersiapkan makan siang di taman terbuka dengan nuansa romantis. "Ini sudah sangat bagus, Terima kasih kalian sudah berusaha membantu," Ucapnya. Kedua pelayan itu terhenyak, Dae Song tipe majikan yang sedingin es, jarang berterima kasih secara langsung kepada pelayan atau karyawannya, mendengar ucapan terimakasih dari Dae Song, kedua pelayan itu terharu. "Aku akan menjemput Anna di kamar, lebih baik kalian jiah akan Siang diruang makan, panggil mereka diluar juga ikut makan bersama kalian," Ujarnya. Yang dimaksud oleh Dae Song ialah kedua pengawalnya. Dae Song berjalan ke kamar, dia menemukan Anna sedang mencoba mukenah hadiah darinya. "Kau menyukainya?" Tanyanya. "Iya, ini sangat bagus, mukenah ini akan nyaman di pakai sholat atau beraktivitas lainnya di rumah," Sahut Anna yang masih memandan
Menjelang maghrib, paket kiriman Dae Jung tiba di rumah Dae Song, saat itu Anna tertidur lelap, Dae Song tidak tega membangunkannya lebih awal. Dae Song turun karena ada panggilan khusus dari pengawalnya. Dia tahu jika sikap pengawalnya mulai privasi dihadapan Anna, maka hal itu bukanlah yang baik untuk didengar istrinya. "Tuan, Nona Anna apakah ada di atas?" Tanya salah satu pengawal itu. "Iya, istriku sedang tidur? Ada apa? Ini rahasia?" Tanyanya balik. "Ini rahasia yang tidak boleh Nona Anna ketahui, mari menepi di ruangan Tuan, kami akan membawakan barang itu untuk Tuan," Ucap pengawalnya lagi. Dae Song bergegas ke ruangan pribadinya, tidak lama berselang, kedua pengawal itu menggotong kotak kayu yang hampir mirip brankas. Dae Song mengerutkan alis karena kebingungan dengan maksud kotak itu diberikan kepadanya. "Kotak ini dari siapa?" Tanyanya. "Dari Tuan Kim, Tuan."Dae Song mengerutkan dahi, mulai terbata-batw sebab ia berpikir kotak itu berisi suatu bentuk kemarahan Dae J
"Kau, anak nakal, kau membuatku menangis, kenapa kau baru mengatakannya?" Tanya Dae Song tersedu-sedu.Dae Jung terdiam sesaat, matanya berat menahan kantuk. Namun dia masih mendengar keluhan Kakaknya."Ternyata aku di sayang Ibu, aku ingin memeluk Ibu saat ini Dae Jung," Kata Dae Song lada adiknya.Tak ada rasa gengsi lagi terhadap adiknya, Dae Song menjadi seorang Kakak yang mencurahkan isi hatinya pada saudara kembarnya."Hyung, luapkan semua isi hatimu, lihatlah aku sebagai adikmu yang sebenarnya," Kata Dae Jung.Ada banyak perbincangan yang mereka katakan, Dae Song dan Dae Song mengobrol di telepon layaknya seorang adik-kakak yang saling bercerita tentang kenangan orang tuanya. Ingin rasanya Dae Jung bertemu Kakaknya, namun ia tahu itu akan mengusik Anna lagi, saat ini ketiganya belajar ikhlas menerima takdir yang mereka jalani."Aku sangat ingin dipeluk Ibu, aku sangat ingin tidur dipangkuan Ibu, aku ingin Ibu muncul di dalam mimpiku," Ucap Dae Song mengutarakan keinginannya."B
Beberapa jam Anna dan Dae Song lewati dengan bercengkrama, Anna berusaha untuk tidak memberatkan Dae Song melangkah lagi, dia tahu suaminya sangat mencintainya, namun Dae Song juga tidak ingin melukai hati Dae Jung lebih dalam. Anna membereskan barang-barang suaminya ke dalam koper, ada kesedihan karena ia akan berpisah dari Ayah calon anaknya."Aku sudah melihat semua yang kamu butuhkan disana," ujar Anna."Terimakasih, Anna.." Hanya itu yang dapat Dae Song ucapkan. Dia tidak ingin mengungkapkan kalimat lebih dari itu, takut menyebabkan Anna bersedih."Apa aku boleh ke bandara bersamamu?" tanya Anna.Dae Song melirik jam tangannya, tidak lama lagi dia akan ke bandara, disana sudah ada Zura dan tim lainnya menunggu. Dae Song pikir jika Anna mengantarnya itu lebih baik sebagai ucapan perpisahan, lagipula Anna akan bersama pengawal yang ia utus untuk menjaga anak dan istrinya selama dirinya berada di Indonesia."Boleh sayang," jawabnya.Anna mulai bersiap-siap, mengganti pakaiannya, ber
Anna kembali ke rumah lama Dae Song, dia memutuskan untuk singgah sejenak karena ingin melihat suasana ruang itu yang sudah nampak sepi. Tetap kedua pelayan yang bertugas di rumah Dae Song, merawat rumah itu hingga tuannya kembali."Kalian jaga baik-baik ya rumah ini, sesekali aku akan mampir untuk mengeceknya," ucap Anna."Baik, Nona. Kami akan merawat rumah ini layaknya masih ada tuan Dae Song," sahut salah satu dari pelayan itu.Anna pamit, setelah mengambil barang belanjaannya yang hadiah dari Dae Song. Anna kembali ke rumah Korain bersama kedua pengawal Dae Song.Di perjalanan, Anna tak henti melihat gambar-gambar Dae Song di ponselnya. Perasaan Anna tidak enak, ia menerka Dae Song pergi ke Indonesia untuk mematikan perasaan cintanya terhadap Anna."Kalian tahu di kota mana Tuan Dae Song akan tinggal?" tanya Anna.Kedua pengawal itu yang berada di jok depan diminta untuk bungkam, Dae Song mewanti-wanti agar kedua pengawalnya tidak membocorkan leyak keberadaan Dae Song jika sudah